Pasca makan siang itu, hubungan Alvin dan Anita tak lagi intens seperti sebelumnya. Beberapa kali Alvin mencoba mengirim pesan di aplikasi hijau, tetapi Anita hampir tak antusias membalasnya.Alvin akhirnya sadar mungkin perjuangannya memang harus kandas pada titik itu juga. Anita ternyata bukanlah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuk menggantikan Vira dan Meisya, melainkan teguran agar ia mau berubah dan memperbaiki dirinya.Sejujurnya gadis itu memang sulit untuk ia jangkau. Kehidupan mereka sangat lah jauh berbeda. Anita terlahir dari keluarga kaya dan memiliki pekerjaan yang punya prestis baik di mata masyarakat, seorang dokter spesialis anak.Sedangkan ia tak punya apa-apa. Baru saja mencoba merintis usaha menjadi seorang content creator di aplikasi berwarna merah. Itu pun masih terhitung pemula. Meski sudah mulai memiliki penghasilan, tetapi semua itu belumlah sepadan untuk bisa membuatnya sebanding dengan Anita.[Vin, buktikan kamu sudah berubah jauh lebih baik dari yang dulu. Bar
"Kamu kenapa, Vin? Kok senyum senyum sendiri?" tanya Bu Surti saat melihat putranya tampak senyum-senyum simpul saat membaca pesan WhatsApp yang baru saja diterima olehnya.Pesan WhatsApp dari sosok Anita yang beberapa hari ini kembali dekat dengannya setelah hampir dua tahun lamanya mereka tak lagi menjalin komunikasi. Namun, kemarin secara tiba-tiba gadis itu kembali menghubunginya dan barusan mengatakan kalau kedua orang tuanya memintanya bertemu dengan dirinya.Apakah itu berarti kedua orang tua gadis itu telah siap sedia menerima dirinya menjadi calon menantu mereka? Ah, senangnya andai benar demikian, batin Alvin penuh harap dan bahagia."Hmm, ini Bu. Ada pesan dari teman dekat Alvin. Dia bilang kedua orang tuanya mau bertemu Alvin. Gimana menurut ibu?" jawab Alvin sambil menatap lekat ibunya.Bu Surti balik menatap putranya dan tersenyum lebar."Oh ya? Kamu sudah punya teman dekat dan kedua orang tuanya ingin segera bertemu kamu? Syukurlah kalau begitu, Vin. Semoga ini pertanda
Usai waktu magrib menjelang, Alvin pun segera bersiap-siap. Barusan ia telah mendapatkan lampu hijau dari Anita kalau kedua orang tua gadis itu meminta bertemu dengannya malam ini juga. Itu sebabnya, sehabis magrib malam ini, ia pun segera siap-siap hendak menuju kediaman orang tua Anita."Vin, nanti di sana, kamu harus bisa meyakinkan kedua orang tua Anita kalau kamu sudah berubah ya. Kamu harus bisa meyakinkan kedua orang tua Anita bahwa meskipun kamu sudah pernah dua kali menikah dan dua kali pula bercerai, tapi kamu bukanlah laki-laki tidak bertanggung jawab yang berperilaku buruk serta suka menelantarkan istri ya.""Bilang saja jodohnya sudah habis. Takdir sudah ditentukan. Dan suratan nasib telah digariskan. Manusia hanya bisa berencana, Tuhan juga yang punya kuasa. Kalau kalian bercerai, itu bukan karena salah siapa- siapa tapi karena suratan jodohnya sudah selesai. Nggak usah ngomong yang jelek-jelek soal mantan istri kamu ya. Nggak ada gunanya," ucap Bu Surti berpesan pada pu
Glek!!!Alvin menelan ludah dengan kerongkongan sedikit kelu dan tercekat saat Pak Hadi Widjaya telah selesai berucap. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya jika ternyata pertemuan dengan kedua orang tua Anita adalah demi membahas persyaratan yang harus ia penuhi jika ingin melamar anak gadis mereka yang bagi Alvin tentu saja begitu fantastis itu.Rumah, mobil, asisten rumah tangga dan segudang fasilitas lain yang harus ia siapkan dan penuhi jika ingin melamar gadis itu? Ah, apakah ini tidak berlebihan? Pikirannya mendadak kalut.Ia harus menyediakan sebanyak itu persyaratan jika ingin mempersunting Anita dan menjadikan gadis itu istrinya? Apa ia sanggup?Tadinya ia berpikir cinta dan kesetiaan serta perubahan diri ke arah yang lebih baik saja sudah cukup untuk mempersunting gadis itu mengingat Anita juga tak bisa berpindah ke lain hati sejak bertemu dengannya kemarin, tetapi ternyata tidak. Harta dan fasilitas hidup tetap menjadi bagian penting yang tak bisa dilupakan dari hubungan mer
"Gimana, Vin? Sukses pertemuannya?" tanya Bu Surti saat Alvin telah kembali ke rumah.Di ruang tamu, keluarga besarnya tampak masih berkumpul seolah menunggu kepulangannya. Menunggu kabar baik yang harusnya ia bawa tetapi tidak, karena semua itu ternyata tak sesuai dengan ekspektasinya semula.Alvin menggeleng lemah lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan gerakan lunglai.Melihat itu sontak Bu Surti dan Yuni yang duduk di sampingnya mengernyitkan kening mereka karena heran."Gimana, Vin? Apa kata kedua orang tua Anita?" buka suara Bu Surti.Alvin menghembuskan nafas dalam dalam sebelum akhirnya membuka mulutnya."Susah, Bu kayaknya. Papa Anita meminta syarat yang rasanya sulit buat Alvin penuhi," jawabnya lirih. Nyaris putus asa."Syarat? Syarat apa?" Bu Surti bertanya kaget dan ingin tahu."Iya, Vin. Kok pakai syarat -syarat segala sih? Kayak mau kredit motor aja? Syarat apa memangnya?" timpal Yuni pula merasa penasaran."Syarat untuk menikahi Anita, Bu ... Mbak. Yaitu memberikan An
Dina buru-buru keluar dari rumah menuju gerbang saat notifikasi WA-nya berbunyi. Ia seolah bisa menduga siapa yang datang pagi-pagi buta begini ke rumahnya. Benar saja, orang itu sesuai tebakannya tadi adalah Bu Hadi Widjaya yang barusan mengirimkan pesan padanya kalau beliau sedang dalam perjalanan menuju ke kediamannya itu.Setelah turun dari mobil mewah miliknya, perempuan paruh baya itu buru-buru mendekati Dina. Setelah sampai di hadapan gadis itu, Nyonya Hadi Wijaya segera mengangsurkan sebuah kantung plastik berisikan beberapa kotak makanan di dalamnya. "Ini apaan, Tante? Pagi-pagi gini Tante udah nyampe aja ke sini?" tanya Dina dengan suara berbisik takut terdengar oleh ibunya dan Vira yang malam tadi kebetulan menginap di rumahnya ini. Gadis itu memaksakan senyumnya pada perempuan paruh baya di depannya itu."Ini, Din. Sarapan pagi buat kamu sama Ibu kamu. Kebetulan tante tadi nyari sarapan pagi, jadi sekalian aja mampir ke sini sambil bawain kamu beberapa kotak bubur ayam.
Anita keluar dari kamar dengan langkah tak bersemangat. Semalam berulang kali Alvin berusaha menghubunginya tetapi panggilan telepon dari laki laki itu tak ia angkat. Ia merasa serba salah, di satu sisi ia sangat bahagia bisa kembali bertemu Alvin dan menjalin kasih dengan laki laki itu meski hanya bisa dilakukan dengan diam diam seperti yang selama ini mereka jalani.Ia juga senang karena setelah dua tahun hubungan diam diam yang mereka jalani ini, Alvin sudah banyak menampakkan perubahan yang berarti dalam hidupnya.Dia bukan lagi pria pengangguran tanpa pekerjaan dan penghasilan apa apa. Dia telah menjadi seorang content creator yang cukup diperhitungkan dan pemilik usaha kecil-kecilan yang katanya mulai merangkak naik.Namun, ternyata semua perubahan itu sepertinya tak cukup mampu membuat mama dan papanya setuju dengan pilihan hatinya itu.Terbukti tadi malam, papa dan mamanya telah memberikan syarat yang sangat tidak mudah bagi Alvin jika ingin meneruskan rencananya melamar diri
Berbekal informasi dari ibunya, Rudy, kakak Anita pun berniat menemui Alvin secara langsung dan pribadi. Lelaki itu yang konon merupakan kekasih dari adik semata wayangnya itu.Dari ibunya dan Dina, dia jadi tahu kalau Vira, rekan bisnisnya pernah menikah dan gagal dalam pernikahannya karena punya suami dan mertua yang begitu jahat memperlakukan dirinya. Tapi dia tidak pernah mengira sama sekali kalau pria yang pernah menyakiti hati rekannya itu ternyata adalah kekasih adik perempuannya saat ini dan calon suami yang diidamkan oleh Anita. Benar benar tak masuk di akal kalau dipikir pikir, batinnya.Rudy pun menyeringai gundah memikirkan nasib adiknya itu. Bukan tak sayang pada Anita kalau pagi ini dia memutuskan hendak bicara empat mata dengan Alvin supaya laki laki itu mau menjauh dari adiknya.Tapi justru karena rasa sayanglah yang membuat dia bela belain menemui Alvin saat ini. Supaya adiknya itu tidak terjebak dalam pernikahan yang salah nantinya, seperti Vira.Ada pun, karena tida
Dina mendelik kaku dan membulatkan bola matanya saat melihat kertas undangan berwarna krem yang barusan diberikan oleh Bu Hadi ke padanya.Perempuan itu seolah tak percaya hingga memandang Bu Hadi dengan tatapan tak mengerti dan sebentar sebentar berubah ubah ekspresi wajahnya."Tante nggak bohong ini? Akhirnya Tante setuju juga Anita menikah dengan Alvin? Apa Tante nggak salah? Tante sudah pikirkan masak masak semua ini, Tan?" tanya Dina pada Bu Hadi dengan nada sangsi yang datang mengunjunginya siang itu demi mengabarkan berita bahagia Anita dan Alvin pada gadis itu.Bu Hadi mengulum senyum lalu menganggukkan kepalanya."Ya, Tante berusaha untuk percaya aja, Din. Anita bilang masa lalu seseorang itu tidak akan bisa dirubah, tapi masa depan semua orang berhak merubahnya. Jadi Tante merasa Tante harus memberikan kesempatan pada Alvin untuk berubah dan membuktikan semuanya itu, Din.""Bukan Tante tidak berpikir panjang lagi, tapi justru karena Tante berpikir panjang lah makanya Tante d
[Sudah ada pengganti Mas? Maksudnya?] tanya Anita dari seberang lagi.[Hmm ... iya. Mas dengar begitu. Tapi kamu yang paling tahu bukan? Kalau memang iya, ya nggak apa apa juga, Nit. Mas ikhlas kok. Mungkin kita nggak jodoh. Mas sadar Mas ini siapa, kamu siapa. Kita beda jauh, Nit. Nggak mungkin bisa bersatu ... .] tulis Alvin merendah.Di seberang sana terlihat Anita dengan cepat mengetik balasan.[Kok Mas ngomongnya gitu? Apa Mas juga sudah ada yang lain? Dengar Mas ... aku juga bukan siapa siapa lagi sekarang ini. Mama dan Papa sudah jatuh. Sementara karir kamu di dunia maya sekarang justru sedang bersinar terang. Jadi mungkin sebaliknya. Aku yang nggak pantas mungkin bersanding sama kamu, Mas.] balas Anita lagi.[Nggak pantas bersanding sama Mas gimana? Siapa bilang? Bukan kamu yang nggak pantas buat Mas, tapi Mas yang nggak pantas buat kamu, Nit. Dan Mas harus tahu itu. Jujur saja andai Mas diberi kesempatan, ingin sekali Mas melamar kamu. Tapi Mama dan Papa kamu juga kakak kamu
[Halo? Hadi?] sapa Wibisana tanpa embel embel Pak atau Mas lagi seperti yang selama ini tak pernah lupa lelaki itu sematkan sebagai panggilan pada rekan bisnisnya itu.Meski tak enak mendengar panggilan itu, tapi Pak Hadi menjawab juga salam dari rekannya tersebut dengan nada biasa. Rekan yang seharian ini sudah coba di hubungi tapi tak bisa sebab tiba tiba semua panggilan dan pesan WhatsApp yang dia kirimkan tak dibalas oleh laki laki itu.[Ya, Bi. Ada apa?] tanya Pak Hadi dengan menekan perasaan tak enak sekuat mungkin saat Wibisana memanggilnya seperti itu.[Gini, Hadi ... masalah perjodohan anak anak kita dan lamaran Rio kemarin itu, kami sekeluarga mohon maaf ya. Kami berniat membatalkannya, karena barusan Rio bilang dia tak jadi melamar Anita sebab dia sudah ada calon yang baru yang suka sama suka dengan dia. Tidak seperti Anita yang kemarin sempat menolak tegas bukan? Jadi fix ya, Di. Lamaran keluarga kami ke putri kamu, kami batalkan sekarang juga.] Ucap Wibisana tanpa ingin m
"Gimana, Pa? Bisa dihubungi Wibi sama Henti?" tanya Bu Hadi pada suaminya. Pak Hadi Widjaya menggelengkan kepalanya lalu mendesah lirih."Nggak bisa, Ma. Padahal wa-nya aktif dari tadi tapi telepon Papa kok nggak diangkat ya? Pesan Papa juga nggak dibalas. Kenapa ya?" sahut Pak Hadi dengan wajah ditekuk gundah."Nggak tahu, Pa. Jadi gimana lagi ini, Pa? Apa kita minta bantuan Vira dan Dina aja? Nggak mungkin mereka nggak bantu kan di saat kita sedang kemalangan begini?" jawab Bu Hadi.Pak Hadi menghembuskan nafasnya."Mereka kan sudah dua kali bantu keuangan kita, Ma. Masak sih kita mau minta bantuan lagi? Pinjaman kita yang kemarin saja belum bisa kita bayar. Masa sudah mau pinjam lagi. Walau pun pasti diberi, tapi Papa rasanya kok nggak enak dan nggak tega ya, Ma, memberatkan kolega bisnis kita terus.""Ini juga Papa berani minjam ke Wibi karena dia kan calon besan kita. Tapi sejak tahu pabrik kita terbakar, Wibi seperti menghindar. Kenapa ya? Apa ... Wibi sudah nggak mau lagi besa
Malam itu di kediaman pak Hadi Widjaya, tampak Rudy, dan kedua orang tuanya tengah makan bersama di meja makan. Sementara Anita tak ikut bergabung sebab masih harus menjalani shif malam sebagai seorang dokter jaga.Di sela sela makan malam, Pak Hadi membuka suaranya."Dy, gimana? Kemarin jadi kamu menemui Alvin dan menyampaikan amanat papa dan mama sama dia?" tanya Pak Hadi pada putranya.Rudy menganggukkan kepalanya lalu menjawab."Jadi dong, Pa. Rudy ancam kalau dia berani dekati Anita lagi, Rudy mau bikin perhitungan sama dia. Kayaknya Alvin ketakutan dan sepertinya nggak berani lagi dekatin Anita 'kan, Pa? Ma? Nggak ada lagi kan laki laki itu dekat dekat Nita lagi?" tanya Rudy balik.Pak Hadi mengedikkan bahunya."Nggak tahu juga, Dy. Tapi semoga ajalah laki laki itu sadar kalau dia nggak pantas buat adik kamu," jawab Pak Hadi singkat."Iya! Apa kata orang orang nanti kalau kita punya besan keluarga aneh seperti mereka? Mau ditaruh di mana muka kita besanan dengan keluarga nggak j
"Nita, kenapa kamu ninggalin Om Wibi, Tante Henti dan Rio tadi? Apa kamu nggak suka mereka datang melamar kamu, Sayang?""Nit, Rio itu lelaki yang baik. Di usia muda dia sudah sukses menjalankan perusahaan orang tuanya. Dia lulusan universitas ternama di luar negeri. Tampan, cerdas, kaya. Apalagi yang kamu cari, Nit? Rio itu sudah paket lengkap. Nggak ada lagi tandingannya. Nyesel kamu nanti kalau nolak cowok sesempurna dia, Nit," ucap Bu Hadi pada putrinya saat tamu mereka sudah pulang.Anita yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur tak bersuara. Hanya menundukkan wajahnya tanpa ingin menatap wajah sang mama."Pokoknya kali ini kamu harus dengar omongan mama ya, Nit, kamu harus mau menerima kehadiran Rio menjadi suami kamu ya. Kalau enggak ... mama akan sangat kecewa sama kamu, Nit. Mama nggak tahu lagi gimana caranya membuat kamu mau menikah karena semua pilihan mama dan papa sudah kamu tolak semuanya. Mama nggak ngerti lagi kriteria seperti apa yang kamu inginkan untuk menjadi s
Pria itu seolah hendak menelanjanginya tanpa ampun. Tatapan yang membuat dia dari dulu merasa ilfil dan tak suka pada pria itu.Selama ini beberapa kali dia telah bertemu Rio. Tapi dia tak cukup menyukai pria itu sebab menurut nya pria itu bukanlah pria yang baik. Dia terlihat begitu liar saat melihat seorang perempuan. Dan itu membuat Anita merasa tak menyukai Rio."Ma ... maksud Om?" Anita membuka tanya dengan nada terkejut yang sangat. Seolah tak percaya kalau kedatangan Om Wibi dan Tante Henti serta putranya ke rumahnya ini adalah demi untuk melamar dirinya menjadi istri Rio.Melihat itu, Bu Hadi pun buru buru membuka suaranya."Begini, Nita. Om Wibi dan Tante Henti ini datang ke sini hendak melamar kamu untuk menjadi istrinya Rio, menjadi menantu di keluarga mereka. Kamu bersedia kan, Sayang? Rio ini sekarang sudah jadi pengusaha besar lho. Cocok dong sama kamu yang seorang dokter terkenal.""Jadi kamu jangan menolak ya, Sayang. Percayalah, Rio ini pasti bisa jadi suami yang baik
"Vin, kamu kenapa? Kok wajah kamu murung gitu?" tanya Yuni saat Alvin baru saja pulang.Dilihatnya adiknya itu berjalan gontai menuju sofa hingga membuat keningnya berkerut."Ada apa, Vin? Ada masalah ya?" tanya perempuan itu dengan nada penasaran pada adiknya itu.Alvin menghembuskan nafasnya dengan gundah."Iya, Mbak ... tapi sudahlah. Mungkin sudah nasib Alvin begini. Tadi kakaknya Anita datang menemui Alvin dan minta supaya hubungan kami nggak usah dilanjutkan dan diputuskan saja karena mereka nggak mau Alvin menikah sama Anita. Katanya kita nggak sepadan. Alvin laki laki nggak jelas. Datang dari keluarga nggak jelas juga. Nggak sepadan dengan keluarga mereka yang terhormat.""Hmm ... ya sudahlah. Alvin sudah berusaha selama ini supaya bisa mensejajarkan diri dengan dia, tapi ternyata semua itu nggak cukup juga Mbak, jadi ... mungkin Alvin harus mengubur semua ini rapat rapat. Alvin harus bisa segera melupakan Anita dan mimpi mimpi kami," tutur laki laki itu dengan nada sendu.Men
"Maksud Mas Rudy?" Alvin tergagap.Mendengar Alvin menyebut namanya, Rudy tersenyum lebar.Hmm ... jadi rupanya Alvin masih ingat kalau dia adalah kakak kandung Anita? Syukurlah kalau begitu! Batinnya."Gini ya, Vin. To the point aja kita ... Nggak usah kamu dekati Anita lagi! Karena saya sebagai kakak kandungnya, nggak sudi punya calon adik ipar seperti kamu!" Hardik Rudy untuk kedua kalinya dengan suara keras dan nada tak bersahabat. "Tapi Mas ... Saya dan Anita saling mencintai, Mas. Kenapa kami tak boleh bersama? Kalau masalah materi, mungkin saya belum bisa memberikan yang cukup buat dia, seperti yang Om dan Tante inginkan. Tapi saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan Anita, Mas. Saya janji akan kerja lebih keras lagi supaya bisa lebih sukses dari sekarang, Mas. Tolong ... beri saya kesempatan sekali lagi, Mas. Please .....!" Alvin memohon dengan sungguh sungguh.Namun, Rudy menggelengkan kepalanya."Tidak! Sebagai kakak kandung Anita, saya nggak bisa memberi kamu