Home / Romansa / Mercy on me [INDONESIA] / Chapter 5 - I miss you

Share

Chapter 5 - I miss you

Author: Nady
last update Last Updated: 2021-02-02 03:53:08

Pagi ini langit sedang bersahabat, cahaya hangat yang menyinari pepohonan, kicauan burung yang terdengar saling bersautan, aku menikmati setiap hembusan angin di teras depan villa, duduk di sebuah kursi rotan ditemani dengan secangkit teh hangat dan beberapa potong biskuit keju kesukaanku yang sudah Sarah beli sebelum kami datang ke Villa ni. 

Aku memang berencana bangun lebih pagi, aku ingin menikmati suasana damai yang menenangkan jiwa sebelum aku kembali ke Jakarta.

"Aku kangen kamu" Ucap ku dengan lirih sambil menatap lurus kedepan.

Sejak kemarin, aku berusaha membujuk Sarah untuk meminjamkan handphone nya, aku berharap bisa mendengar suara Alka hari ini, aku khawatir Alka akan mencari ku karena sudah beberapa hari ini handphone ku rusak. Namun nihil, Sarah tetap pada pendirian nya dan semakin berusaha menjauhkan aku dari Alka.

Bagi ku, melupakan Alka sama hal nya dengan menyelam ke dasar laut tanpa peralatan menyelam, bahkan sebelum mencapai dasar, aku akan lebih dulu mati. Alka adalah seseorang yang sangat berarti untukku, seseorang yang sangat amat aku cintai sepenuh hati, untuk ku bahkan aku rela menyerahkan seluruh hidup ku, perhatianku, bahkan dunia ku untuk nya. 

Lebih dari itu, Alka adalah lelaki yang sedari awal mencuri perhatian ku dengan cara yang berbeda dari lelaki manapun yang pernah singgah di hidup ku. 

Beberapa kali aku memang berpacaran dengan orang lain sebelum Alka, namun saat bertemu Alka, saat itu juga aku menyadari bahwa yang pertama datang belum tentu menjadi cinta pertama. Menurut ku, cara Alka mencintai ku cukup "unik", aku mencintai segala hal tentang Alka, tentang bagaimana ia perduli pada lingkungan, bagaimana ia perduli terhadap diriku walaupun terkadang timbuk kesalah pahaman karna cara ia menunjukkan rasa perduli nya, dan aku mencintai bagaimana ia yang terkenal dingin dan cuek bisa menjadi sangat hangat jika membicarakan ummi nya bersama ku.

Didepan ku ia menjadi sosok yang selalu menunjukkan bahwa ia sangat mencintai ummi nya, bahkan beberapa kali Alka berkata bahwa tidak semua orang tahu bagaimana kehidupan ia yang sebenarnya, dan aku beruntung karna ia sangat mempercayaiku akan semua hal yang berhubungan dengan hidup nya, aku rasa karna hal itu yang membuat aku mencintai nya begitu dalam.

Meski terkesan dingin dan acuh pada orang lain, namun sosok Alka akan sangat hangat jika itu menyangkut soal ku, setidak nya dahulu seperti itu.

Bibir ku mengembangkan senyum ketika mengingat bagaimana Alka tertawa dan tersenyum untuk ku. Ingatan ku beralih ketika Alka berkali-kali meminta ku untuk jangan meninggalkannya, meminta ku untuk tetap tinggal bersama nya apapun yang terjadi, air mata ku pun kembali jatuh.

"Padahal kamu yang bilang takut kehilangan aku, tapi kenapa kamu tinggalin aku" Aku mengusap air mata yang mengalir di pipi ku.

Pikiran ku berkelana, rasa penasaran ku seakan-akan menggebu relung dada, bagaimana keadaan nya sekarang, apa dia juga menangisi ketiadaan ku di hidup nya, apa dia sekarang sudah merasa menyesal dan berusaha mencari agar aku kembali lagi? Percayalah, jika saat itu datang aku akan dengan senang hati menerima nya kembali, jangan sebut aku tolol, ini soal cinta.

"Satu jam lagi kita berangkat" Suara itu membuat ku buru-buru mengelap air mata ku.

"Oh oke, gua masuk dulu ya mau beres-beres"

Aku berjalan masuk ke dalam, melewati Sarah dengan senyum tipis. Di dalam kamar aku mulai membereskan koper ku, tak lupa aku mengecek laci-laci dan kolong kasur agar tak ada yang tertinggal. Saat sedang melihat kolong kasur, aku melihat serpihan kaca, hal itu membuat ku berhenti sejenak dan berpikir, lalu dengan cepat aku memasukkan serpihan kaca itu ke dalam tas kecil ku.

Setelah dirasa sudah rapih, aku keluar kamar menggeret koper sambil menenteng tas kecil ku menuruni anak tangga. Di ruang tamu, terlihat Sarah sedang duduk sambil menikmati semangkuk kecil es krim, aku tahu Sarah sengaja memakan ice cream rasa vanilla supaya aku mau memakannya, padahal Sarah lebih suka ice cream coklat.

"Lo mau?" Sarah mengulurkan ice cream itu kepada ku sesaat setelah aku duduk di samping nya. 

"Gak ah, lo abisin aja gua ga mood makan ice cream" Ucap ku.

"Makanya gua kasih lo ice cream ini biar mood lo bagus" 

"Tetep gamau"

Sarah menatapku sebal. Sebelumnya aku tidak pernah menolak jika diberikan ice cream rasa vanilla kapanpun di jam berapapun, akhirnya dengan berat hati Sarah menghabiskan ice cream rasa vanilla yang menurutnya tidak lebih enak dari rasa coklat.

"Buruan deh makan ice cream nya, gua mau beli bubble wrap" Ucap ku sambil mengikat rambut panjang ku yang sedari tadi terurai.

"Bubble wrap?"

"Iya, nanti mampir dulu ya ke toko Nci"

"Buat apaan sih bubble wrap? lo mau buka toko online?" 

"BUAT KETENANGAN JIWAAAAA" Aku pun tertawa kecil sambil meninggalkan Sarah, menggeret koper ku ke arah mobil.

******

Selama di perjalanan aku banyak diam, sesekali aku menimpali obrolan Sarah. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, kami pun memutuskan untuk berhenti di rest area untuk makan siang, setelah perdebatan kecil perihal memilih tempat makan, pilihan jatuh pada rumah makan padang.

"Lo pesen apa Cit?"

"Kayak biasa"

"Kayak biasa kayak biasa, lo kira gue yang jualan apa sampe hafal lo mau makan apa." 

Aku menatap Sarah dengan senyum sinis menahan tawa, "Iya iya bawel banget sih, gue makan rendang sama sayur, nasi nya setengah ya" Aku pun berlalu meninggal kan Sarah mencari meja kosong di rumah makan itu.

"Pegel banget gue nyetir, tau bakal macet gini mending pulang sorean deh" Ucap Sarah sambil meletakkan tas nya diatas meja.

"Yaudah nanti gantian"

"Jangan lah, lo belum stabil" 

"Maksud lo apa sih? gue gila gitu hah?" Aku tertunduk ketika mengucapkan kalimat itu. 

"Engga, sorry udah yuk cepet makan, nanti jalanan makin macet, lo mau ke toko nci kan."

"Hmm"

Setelah makan, kami berjalan menuju sebuah minimarket yang letak nya agak jauh dari tempat parkiran mobil. Sebenarnya aku malas sekali tapi Sarah terus merengek untuk menemani nya pergi ke minimarket demi membeli satu buah permen kesukaannya, aku ulangi, SATU BUAH PERMEN. Betapa luar biasa nya sahabat ku yang satu ini.

Ketika sedang mengantri untuk membayar, mata kami berdua tertuju kepada sosok laki-laki berbaju hitam dengan lengan tergulung, celana pendek coklat, tak lupa sepatu dan kacamata hitam yang bertengger di baju nya.

"Cit, liat deh buset nikmat mana lagi yang kau dustakan" Ucap Sarah sambil menyikut lengan ku penuh semangat.

"Iye cakep dah" 

"Lu sama dia aja ya Cit, gua restuin 10000%"

"Ih belajar gila lo ya kenal aja engga lo main serobot aja"

Sarah hanya tertawa mendengar jawaban ku, setelahnya kami membayar belanjaan dan segera berjalan ke parkiran mobil.

Aku diam memikirkan perkataan Sarah saat di rumah makan barusan, aku menyadari posisi ku saat ini amat sangat terpuruk. Rasa cinta yang terlalu besar serta ekspetasi akan rencana-rencana yang semula aku dan Alka bangun ku kira akan berjalan lancar namun ternyata hancur begitu saja. Bahkan rasanya, waktu pun tak mampu mengobati luka yang aku rasakan saat ini, aku tak pernah menyangka bahwa perasaan ku akan sedalam ini untuk mencintai seseorang.

Aku kira jika Alka tau bahwa aku sangat mencintai nya, Alka akan mencintai ku kembali dengan perasaan yang sama dalam nya, dengan rasa takut kehilangan yang sama besar nya, namun ternyata hal-hal seperti itu belum mampu untuk membuat Alka menetap, pada akhirnya ia memilih untuk pergi.

Sejujurnya, bagi ku ada hal yang lebih menyakitkan dari sekedar kehilangan raga Alka, yaitu alasan tentang perasaannya. Aku tak menyangka akan mendengar alasan yang begitu menyakiti diri ku, dengan semua yang sudah aku berikan untuk Alka, dunia ku, hidup ku, ketulusan, kesabaran, dan cinta seakan semua hilang begitu saja, entah lah mungkin memang cinta yang aku berikan kurang meyakinkan atau memang Alka yang kurang melihat ketulusan dari aku yang mencintai nya dengan sabar.

Kami melanjutkan perjalanan pulang. Kali ini kami berdua terlihat lebih banyak diam, hanya sesekali saja Sarah mengajak ku berbicara. Tak terasa setelah 2 jam perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di toko Nci. Aku memang meminta Sarah untuk lebih dulu mampir ke toko Nci untuk membeli bubble wrap untuk aku bawa pulang.

"Sore Nci" Aku menyapa Nci pemilik toko yang sedang sibuk dengan buku catatan dan kalkulator di meja kasir. 

"Ehh, aduh bentar ya Nci itung ini dulu nih pesenan orang aduh pusing dikejar waktu, bentar ya bentar duduk dulu" Ucap Nci toko sambil membenarkan kacamata nya dan memanggil salah satu karyawannya untuk memberikan 2 buah kursi untuk ku dan Sarah.

5 menit berlalu, Nci toko pun memanggil ku ke meja nya.

"Heyy mau beli apa nih? kayak biasa ya?" Tanya Nci toko kepada ku, aku memang terbiasa membeli bubble wrap di toko Nci sejak setahun yang lalu.

"Iya Nci"

"Pacar nya mana yang biasa nganter?" 

Aku terdiam menatap Nci toko yang menatap ku dengan senyuman. Jantung ku berdegup, perut ku terasa mual, aku berusaha menenangkan diri untuk terlihat baik-baik saja.

"Ada Nci, kebetulan lagi sibuk, jadi di temenin sama sahabat saya tuh" Ucap ku sambil memberikan senyuman, susah payah aku tersenyum untuk meyakinkan orang di hadapanku bahwa diri ku sedang baik-baik saja.

"Oh iya deh, bentar ya Nci suruh ambilin dulu bubble wrap nya, duduk dulu" 

"Iya Nci, makasih ya" Aku kembali duduk di tempat ku semula, namun Sarah meminta untuk menunggu ku di dalam mobil.

"Gerah Cit disini panas" Ucap nya sebelum ia beranjak pergi masuk ke dalam mobil.

Tak lama Nci toko kembali memanggil ku, menyerahkan 1 kantong plastik hitam besar yang kemudian dibayar oleh ku. Setelah berpamitan, aku pun kembali ke dalam mobil, di mobil Sarah bertanya apa ada tujuan lain sebelum sampai ke rumah, aku hanya menggelengkan kepala dan menatap lurus ke arah jalanan, meminta Sarah untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Suasana di dalam mobil kembali diam. Namun, ada suara hati yang tidak pernah berhenti bicara, suara yang tak pernah berhenti bertanya, dan suara hati yang tak henti nya berdoa. Harapan ku, semoga hari ini atau esok Alka akan datang kepada ku. Semoga semesta memberikan aku kesempatan sekali lagi untuk meyakinkan orang yang sangat aku cintai untuk tetap tinggal bersama ku.

Namun, aku sadar ada seseorang yang jauh tersakiti dibanding diri ku saat ini. Orang itu adalah sahabat ku sendiri, aku yakin meskipun dalam diam Sarah memikirkan diriku dan keadaan ku sekarang, memang setiap kali aku merasakan patah hati, Sarah selalu menjadi orang pertama yang menemani dan membantu ku menyembuhkan patah hati yang saat itu aku rasakan. Sarah selalu menjadi rumah pulang untukku. Mungkin awal nya Sarah berpikir masa-masa patah hati ini akan mudah aku lalui seperti sebelum-sebelumnya. Namun aku rasa ia salah besar, aku bisa merasakan bahwa saat ini Sarah menyadari sesuatu.

Ini adalah patah hati terkacau dalam hidup ku.

Related chapters

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 6 - I remember cloudy days

    Terkadang kita harus mengingat masa lalu sepahit apapun itu, karna dibalik kejadian tragis di setiap berakhir nya suatu hubungan, kita akan selalu dibawa untuk mengingat momen-momen indah bersama seseorang yang pernah kita cintai.*****Aku menutup pintu rumah, duduk di bangku yang ada di teras rumah ku untuk menunggu Alka menjemput ku. Senyum ku mengembang ketika membayangi lelaki itu sebentar lagi akan datang dan menyambutku dengan senyuman hangat dan sebuah pelukan yang terasa sangat nyaman.Berulang kali aku berdiri dan melihat refleksi diri ku di kaca jendela, mencoba merapihkan diri ku untuk Alka. Hingga tak lama suara motor yang sangat aku kenal berhenti tepat di depan pagar rumah ku, jantung ku berdegup kencang, dengan susah payah aku mengatur nafas ku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu, namun bagi ku setiap pertemuan dengan Alka terasa sama seperti pertama kali kamu bertemu, sangat mendebarkan.Aku berjalan ke depan pagar, membuka nya dan l

    Last Updated : 2021-02-02
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 7 - Lose

    Aku tersadar setelah mendengar suara yang sangat aku kenali. Perlahan aku membuka mata, sesaat mata ku menangkap sosok seorang laki-laki yang sedang menangis sambil menggenggam tangan ku."Papa" Ucap ku dengan nada lirih.Begitu mendengar suara ku, Hendra--Papa ku segera mengangkat wajah nya dan dengan cepat mengelap air mata dengan tangan nya. "iya nak, Citra udah bangun ya? apa yang kamu rasain? Papa panggilin dokter ya" Papa ku mengelus-elus tangan dan kening ku pelan."keluar" Aku menarik tangan nya dari genggaman Papa ku."Citra...""Aku bilang keluar, keluar sekarang juga" Aku memalingkan wajah ku, sejujurnya diri ku enggan untuk melihat sosok Papa.Sekuat tenaga aku menahan tangis ku. Papa berusaha untuk menggenggam tangan ku."Gara-gara Papa" Ucap ku lirih, kali ini aku tak kuasa menahan air mata yang perlahan mengalir.Mendengar hal itu Papa ku terdiam, kali ini ia melepaskan genggamannya. "Maksud kamu apa nak?"Se

    Last Updated : 2021-02-28
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 8 - Healing and praying

    Selesai mengerjakan Sholat, Sarah dengan cepat merapihkan mukena nya dan menelfon ibu nya untuk mengemasi pakaiannya dan mengabarkan akan menginap di rumah sakit serta memberi tahu kondisi ku saat ini. Setelah itu ia memesan gosund untuk mengirimkan pakaian nya ke rumah sakit. Sesekali Sarah menatap aku dengan tatapan iba. Jauh di dalam lubuk hati nya mungkin sebenarnya Sarah merasa kecewa dengan perbuatan ku sekarang, namun aku rasa Sarah akan sangat mengerti dorongan kuat yang membuat ku melakukan perbuatan ini.Tak lama aku merasakan kantuk yang hebat, mungkin ini efek obat yang baru saja disuntikkan oleh Perawat, aku pun menutup mataku perlahan dan mencoba untuk tertidur lelap, namun samar-samar aku mendengar suara Sarah, tangannya mengelus rambut ku."Apa sih Cit yang buat lo se-cinta ini sama si kampret" Ucap nya dengan pelan, lebih terdengar seperti berbisik.Aku masih berpura-pura tertidur, ah tidak lebih tepatnya mencoba untuk tertidur, S

    Last Updated : 2021-02-28
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 9 - Sunshine will come

    Sarah masih berusaha menghentikan tangis nya, banyak orang yang melewati nya langsung memperhatikan namun enggan untuk bertanya. Dengan sekuat tenaga Sarah menghentikan tangisan nya, mengelap air mata nya dan beranjak masuk ke dalam ruangan.Ia berjalan pelan kearah ku, sebelum Sarah masuk aku sudah terlebih dahulu menyeka air mata ku dan kembali berpura-pura tidur di atas kasur ku. Sarah mendekati dan menggenggam tangan ku, aku bisa merasakan betapa menyiksa nya kejadian ini untuk nya. Sarah mengahapus air mata dan berusaha menangkan diri kemudian mengambil handphone yang sebelum nya ia letakkan di atas sofa dan berjalan keluar.Gua butuh ngopi nih, pening banget kepala - Batin nya.Sarah menghampiri salah satu Perawat yang sedang berjaga dan meminta Perawat tersebut untuk mengecek ke dalam ruangan ku setiap 5 menit sekali, ia beralasan bahwa aku sendirian di dalam kamar dan ia khawatir sesuatu terjadi jika ia tak ada disini.kemudian ia pun d

    Last Updated : 2021-02-28
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 10 - Hold on

    Samar-samar aku mendengar suara pintu terbuka, ternyata Sarah sudah datang. Langit sore terlihat semakin gelap, jam menunjukkan pukul 18:49. Sarah menaruh tas nya diatas sofa dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu. Baru saja ia ingin memulai berwudhu aku langsung memanggil nama nya. Dengan cepat Sarah menghampiri ku."Kenapa?" Tanya Sarah dari depan pintu kamar mandi."mau ngapain?""Shalat""Oh yaudah shalat dulu aja deh tapi lampu diatas kasur gua tolong matiin dong pusing nih kepala""Iya nanti abis wudhu ya"Aku hanya menganggukkan kepala ku. Sarah kembali melanjutkan wudhu dan shalat nya dengan cepat. Setelah berdoa ia langsung membereskan mukena dan sajadah lalu mematikan lampu sesuai permintaan ku.Selang beberapa menit pintu kembali terbuka, kali ini seorang Dokter perempuan beserta 3 Perawat masuk ke dalam ruangan."Permisi, udah waktu nya di periksa ya" Ucap Dokter itu sambil berusaha memba

    Last Updated : 2021-04-20
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 11 - Like a grenade

    Pagi ini aku dibantu Mama dan Sarah membereskan perlengkapan ku, Dokter berkata bahwa hari ini aku sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang Mama membantu ku mandi sementara Alya hanya tiduran di atas kasur ku sambil memainkan Ipad nya. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, Mama dan Sarah izin kebawah untuk menyelesaikan urusan administrasi ku sementara aku dan Alya saling berdiam diri, anak itu benar-benar asyik dengan game yang ia mainkan di Ipad. Aku duduk di sofa sembari mencari channel televisi kartun yang biasa tayang di pagi hari, aku meminta Alya untuk mengambilkan biskuit yang ada di dalam nakas. Sekali, dua kali, hingga tiga kali aku memanggil nama nya namun ia tidak menghiraukan aku, bahkan ia tidak menoleh sedetik pun ke arah ku.Gemas. Aku beranjak berjalan menghampiri Alya dan mulai mengelurkan jurus kelitikan yang spontan membuat Alya terperanjat kaget

    Last Updated : 2021-04-21
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 12 - Torture

    Aku terbangun dengan suara ketukan di pintu kamar ku, aku menatap dinding, jam menunjukkan pukul 8 malam. Pintu terbuka, seorang laki-laki masuk ke dalam kamar ku."Maaf aku bangunin kamu ya?"Aku menggeleng sambil memegang dahi ku, "Engga, kenapa?"Alka mengelus rambut ku dan tersenyum hangat, "Gapapa, aku mau pamit pulang sama kamu""Pulang tinggal pulang gak perlu pamit""Tetep harus pamit, yaudah aku pulang dulu ya? kamu sehat-sehat" Ucap nya kemudian berdiri dari sisi kasur ku.Aku terdiam menatap punggung nya yang kian menjauh dari pandangan ku. Namun, belum sempat ia keluar kamar aku kembali memanggilnya, "Tunggu, ada yang harus kita omongin" Ucap ku sambil berusaha bangun dan menyenderkan tubuh ku ke dinding.Ia menghampiriku dan duduk di sisi kasur ku, "Apa?""Sampe kapan kita bohongin mama dan semua orang?""Bohongin apa?" Tanya Alka.Diluar kamar, ternyata Mama sudah berada di depan pintu, keadaan pintu yan

    Last Updated : 2021-04-27
  • Mercy on me [INDONESIA]   Prolog

    Semilir angin senja memainkan anak rambut pada wajah gadis itu. Sudah beberapa jam sejak ia datang dan hanya duduk diam. Matahari semakin cepat menghilang, namun sepertinya ia bahkan tak peduli pada apapun selain hal yang berkecamuk dipikirannya saat ini. Tidak pada wajahnya yang lesu, tidak pada rambut yang hampir berantakan, tidak pada orang-orang yang bahkan sesekali melihat kearahnya.

    Last Updated : 2021-01-29

Latest chapter

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 12 - Torture

    Aku terbangun dengan suara ketukan di pintu kamar ku, aku menatap dinding, jam menunjukkan pukul 8 malam. Pintu terbuka, seorang laki-laki masuk ke dalam kamar ku."Maaf aku bangunin kamu ya?"Aku menggeleng sambil memegang dahi ku, "Engga, kenapa?"Alka mengelus rambut ku dan tersenyum hangat, "Gapapa, aku mau pamit pulang sama kamu""Pulang tinggal pulang gak perlu pamit""Tetep harus pamit, yaudah aku pulang dulu ya? kamu sehat-sehat" Ucap nya kemudian berdiri dari sisi kasur ku.Aku terdiam menatap punggung nya yang kian menjauh dari pandangan ku. Namun, belum sempat ia keluar kamar aku kembali memanggilnya, "Tunggu, ada yang harus kita omongin" Ucap ku sambil berusaha bangun dan menyenderkan tubuh ku ke dinding.Ia menghampiriku dan duduk di sisi kasur ku, "Apa?""Sampe kapan kita bohongin mama dan semua orang?""Bohongin apa?" Tanya Alka.Diluar kamar, ternyata Mama sudah berada di depan pintu, keadaan pintu yan

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 11 - Like a grenade

    Pagi ini aku dibantu Mama dan Sarah membereskan perlengkapan ku, Dokter berkata bahwa hari ini aku sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang Mama membantu ku mandi sementara Alya hanya tiduran di atas kasur ku sambil memainkan Ipad nya. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, Mama dan Sarah izin kebawah untuk menyelesaikan urusan administrasi ku sementara aku dan Alya saling berdiam diri, anak itu benar-benar asyik dengan game yang ia mainkan di Ipad. Aku duduk di sofa sembari mencari channel televisi kartun yang biasa tayang di pagi hari, aku meminta Alya untuk mengambilkan biskuit yang ada di dalam nakas. Sekali, dua kali, hingga tiga kali aku memanggil nama nya namun ia tidak menghiraukan aku, bahkan ia tidak menoleh sedetik pun ke arah ku.Gemas. Aku beranjak berjalan menghampiri Alya dan mulai mengelurkan jurus kelitikan yang spontan membuat Alya terperanjat kaget

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 10 - Hold on

    Samar-samar aku mendengar suara pintu terbuka, ternyata Sarah sudah datang. Langit sore terlihat semakin gelap, jam menunjukkan pukul 18:49. Sarah menaruh tas nya diatas sofa dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu. Baru saja ia ingin memulai berwudhu aku langsung memanggil nama nya. Dengan cepat Sarah menghampiri ku."Kenapa?" Tanya Sarah dari depan pintu kamar mandi."mau ngapain?""Shalat""Oh yaudah shalat dulu aja deh tapi lampu diatas kasur gua tolong matiin dong pusing nih kepala""Iya nanti abis wudhu ya"Aku hanya menganggukkan kepala ku. Sarah kembali melanjutkan wudhu dan shalat nya dengan cepat. Setelah berdoa ia langsung membereskan mukena dan sajadah lalu mematikan lampu sesuai permintaan ku.Selang beberapa menit pintu kembali terbuka, kali ini seorang Dokter perempuan beserta 3 Perawat masuk ke dalam ruangan."Permisi, udah waktu nya di periksa ya" Ucap Dokter itu sambil berusaha memba

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 9 - Sunshine will come

    Sarah masih berusaha menghentikan tangis nya, banyak orang yang melewati nya langsung memperhatikan namun enggan untuk bertanya. Dengan sekuat tenaga Sarah menghentikan tangisan nya, mengelap air mata nya dan beranjak masuk ke dalam ruangan.Ia berjalan pelan kearah ku, sebelum Sarah masuk aku sudah terlebih dahulu menyeka air mata ku dan kembali berpura-pura tidur di atas kasur ku. Sarah mendekati dan menggenggam tangan ku, aku bisa merasakan betapa menyiksa nya kejadian ini untuk nya. Sarah mengahapus air mata dan berusaha menangkan diri kemudian mengambil handphone yang sebelum nya ia letakkan di atas sofa dan berjalan keluar.Gua butuh ngopi nih, pening banget kepala - Batin nya.Sarah menghampiri salah satu Perawat yang sedang berjaga dan meminta Perawat tersebut untuk mengecek ke dalam ruangan ku setiap 5 menit sekali, ia beralasan bahwa aku sendirian di dalam kamar dan ia khawatir sesuatu terjadi jika ia tak ada disini.kemudian ia pun d

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 8 - Healing and praying

    Selesai mengerjakan Sholat, Sarah dengan cepat merapihkan mukena nya dan menelfon ibu nya untuk mengemasi pakaiannya dan mengabarkan akan menginap di rumah sakit serta memberi tahu kondisi ku saat ini. Setelah itu ia memesan gosund untuk mengirimkan pakaian nya ke rumah sakit. Sesekali Sarah menatap aku dengan tatapan iba. Jauh di dalam lubuk hati nya mungkin sebenarnya Sarah merasa kecewa dengan perbuatan ku sekarang, namun aku rasa Sarah akan sangat mengerti dorongan kuat yang membuat ku melakukan perbuatan ini.Tak lama aku merasakan kantuk yang hebat, mungkin ini efek obat yang baru saja disuntikkan oleh Perawat, aku pun menutup mataku perlahan dan mencoba untuk tertidur lelap, namun samar-samar aku mendengar suara Sarah, tangannya mengelus rambut ku."Apa sih Cit yang buat lo se-cinta ini sama si kampret" Ucap nya dengan pelan, lebih terdengar seperti berbisik.Aku masih berpura-pura tertidur, ah tidak lebih tepatnya mencoba untuk tertidur, S

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 7 - Lose

    Aku tersadar setelah mendengar suara yang sangat aku kenali. Perlahan aku membuka mata, sesaat mata ku menangkap sosok seorang laki-laki yang sedang menangis sambil menggenggam tangan ku."Papa" Ucap ku dengan nada lirih.Begitu mendengar suara ku, Hendra--Papa ku segera mengangkat wajah nya dan dengan cepat mengelap air mata dengan tangan nya. "iya nak, Citra udah bangun ya? apa yang kamu rasain? Papa panggilin dokter ya" Papa ku mengelus-elus tangan dan kening ku pelan."keluar" Aku menarik tangan nya dari genggaman Papa ku."Citra...""Aku bilang keluar, keluar sekarang juga" Aku memalingkan wajah ku, sejujurnya diri ku enggan untuk melihat sosok Papa.Sekuat tenaga aku menahan tangis ku. Papa berusaha untuk menggenggam tangan ku."Gara-gara Papa" Ucap ku lirih, kali ini aku tak kuasa menahan air mata yang perlahan mengalir.Mendengar hal itu Papa ku terdiam, kali ini ia melepaskan genggamannya. "Maksud kamu apa nak?"Se

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 6 - I remember cloudy days

    Terkadang kita harus mengingat masa lalu sepahit apapun itu, karna dibalik kejadian tragis di setiap berakhir nya suatu hubungan, kita akan selalu dibawa untuk mengingat momen-momen indah bersama seseorang yang pernah kita cintai.*****Aku menutup pintu rumah, duduk di bangku yang ada di teras rumah ku untuk menunggu Alka menjemput ku. Senyum ku mengembang ketika membayangi lelaki itu sebentar lagi akan datang dan menyambutku dengan senyuman hangat dan sebuah pelukan yang terasa sangat nyaman.Berulang kali aku berdiri dan melihat refleksi diri ku di kaca jendela, mencoba merapihkan diri ku untuk Alka. Hingga tak lama suara motor yang sangat aku kenal berhenti tepat di depan pagar rumah ku, jantung ku berdegup kencang, dengan susah payah aku mengatur nafas ku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu, namun bagi ku setiap pertemuan dengan Alka terasa sama seperti pertama kali kamu bertemu, sangat mendebarkan.Aku berjalan ke depan pagar, membuka nya dan l

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 5 - I miss you

    Pagi ini langit sedang bersahabat, cahaya hangat yang menyinari pepohonan, kicauan burung yang terdengar saling bersautan, aku menikmati setiap hembusan angin di teras depan villa, duduk di sebuah kursi rotan ditemani dengan secangkit teh hangat dan beberapa potong biskuit keju kesukaanku yang sudah Sarah beli sebelum kami datang ke Villa ni.Aku memang berencana bangun lebih pagi, aku ingin menikmati suasana damai yang menenangkan jiwa sebelum aku kembali ke Jakarta."Aku kangen kamu" Ucap ku dengan lirih sambil menatap lurus kedepan.Sejak kemarin, aku berusaha membujuk Sarah untuk meminjamkan handphone nya, aku berharap bisa mendengar suara Alka hari ini, aku khawatir Alka akan mencari ku karena sudah beberapa hari ini handphone ku rusak. Namun nihil, Sarah tetap pada pendirian nya dan semakin berusaha menjauhkan aku dari Alka.Bagi ku, melupakan Alka sama hal nya dengan menyelam ke dasar laut tanpa peralatan menyelam, bahkan sebelum mencapai dasar,

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 4 - I'm sorry

    Aku terbangun oleh suara handphone ku yang berbunyi nyaring, aku melihat sekeliling kamar yang berantakan seperti habis terjadi gempa besar, aku pun bangun dan berusaha untuk duduk menyandarkan badan ke tembok dan berusaha untuk memulihkan diri ku.Perlahan aku bangun dan berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, rasa nyeri mulai terasa dibagian tangan yang sudah dibalut oleh kassa, aku hanya meringis kesakitan. Dengan langkah yang pelan aku pun berjalan gontai menggapai handphone ku yang tergeletak di sudut kamar.Hancur.Hanya suara nya saja yang berfungsi, sisa nya hancur, bahkan aku pun tak bisa mengangkat telfon itu karna layar handphone ku yang retak, aku tak tahu siapa yang menelfon saat itu. Aku menghembuskan nafas kasar frustasi, sekarang aku menyesali emosi ku yang tak terkendali beberapa jam lalu."Harusnya tadi jangan di lempar, ancur, nanti kalo Alka nyariin gimana" - batin ku.Kembali aku melihat tangan ku yang sudah dibalut oleh kassa, air m

DMCA.com Protection Status