Beranda / Romansa / Mercy on me [INDONESIA] / Chapter 4 - I'm sorry

Share

Chapter 4 - I'm sorry

Penulis: Nady
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-31 18:49:33

Aku terbangun oleh suara handphone ku yang berbunyi nyaring, aku melihat sekeliling kamar yang berantakan seperti habis terjadi gempa besar, aku pun bangun dan berusaha untuk duduk menyandarkan badan ke tembok dan berusaha untuk memulihkan diri ku.

Perlahan aku bangun dan berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, rasa nyeri mulai terasa dibagian tangan yang sudah dibalut oleh kassa, aku hanya meringis kesakitan. Dengan langkah yang pelan aku pun berjalan gontai menggapai handphone ku yang tergeletak di sudut kamar.

Hancur.

Hanya suara nya saja yang berfungsi, sisa nya hancur, bahkan aku pun tak bisa mengangkat telfon itu karna layar handphone ku yang retak, aku tak tahu siapa yang menelfon saat itu. Aku menghembuskan nafas kasar frustasi, sekarang aku menyesali emosi ku yang tak terkendali beberapa jam lalu.

"Harusnya tadi jangan di lempar, ancur, nanti kalo Alka nyariin gimana" - batin ku.

Kembali aku melihat tangan ku yang sudah dibalut oleh kassa, air mata ku pun seketika jatuh kembali mengingat rasa sakit yang aku rasakan di hati ku jauh lebih besar dari rasa sakit yang aku buat sendiri.

Sekilas aku berpikur, apa seharusnya aku mengakhiri hidup ku saja? apa dengan begitu Alka akan menyesal dan mengingat ku serta kembali mencintaiku sampai ia mati?

Lamunan ku terhenti ketika aku mendengar Sarah memanggil nama ku lembut. Rasa sesal memenuhi relung dada, untuk kesekian kalinya aku membuat sahabat ku terluka, untuk kesekian kali nya aku membuat sahabat ku kecewa karna perbuatan ku sore tadi.

Tak lama pintu kamar terbuka dan terlihat Sarah berjalan masuk ke dalam kamar mendekati aku yang sedang duduk di sudut kamar.

"Udah bangun? kita makan dulu yuk, ngapain disini bukannya panggil gue aja" Tangan Sarah membelai rambut ku, sesekali ia merapikan rambut-rambut yang menutupi wajah ku.

"Tadi Alka telfon gue" Ucap nya.

Pandangan ku langsung ber-alih menatap nanar wajar Sarah, jantung ku berdegup sangat kencang, beribu pertanyaan ada di pikiranku saat ini. Apa Alka menghubungi karna khawatir? apa Alka masih mencari ku karna ia mencintaiku? apa Alka akan meminta maaf dan kembali? pertanyaan - pertanyaan itu berputar di kepala ku. 

Aku masih diam seribu bahasa, ingin rasanya aku menanyakan semua pertanyaan yang ada di otak ku sekarang namun lidah ku terasa kelu, tenggorokan ku terasa kering hingga aku tak mampu mengucapkan satu patah kata pun.

Sarah menatap ku frustasi, berkali-kali ia mengelus tangan ku yang sudah dibalut dengan kassa, tanpa mengucap satu kata pun. Aku memegang tangan nya dan meminta nya untuk membantu ku bangun, Sarah memapah ku menuju kasur, kepala ku masih terasa sangat berat dan terasa sakit, begitupun tenaga ku yang seperti terkuras habis biarpun aku sempat tertidur sebentar. 

Setelah membantuku merebahkan diri di kasur Sarah langsung menyelimuti aku dan keluar dari kamar, aku memang meminta nya untuk membiarkan aku beristirahat lebih lama lagi, ia menyetujui nya dengan syarat pintu kamar tak boleh lagi tertutup apalagi terkunci.

Baiklah, lagipula aku tak ingin mati di tempat ini, kalaupun aku harus mati, aku ingin mati di hadapan Alka, agar ia paham sebesar apa rasa sakit yang ia tinggalkan untukku.

********

Pukul 7 malam lewat sedikit, aku terbangun dari tidur ku, pandangan ku lurus menatap langit-langit kamar, fikiran ku kosong. Perlahan aku pun membuka selimut dan berusaha berdiri, berjalan dengan langkah gontai keluar kamar mencari Sarah.

Terlihat Sarah sedang menelfon seseorang di ruang tamu, namun begitu melihat ku, dengan cepat ia mematikan telfon nya dan berjalan ke arah ku yang diam berdiri di tangga. Sarah memapahku dan membantu ku untuk berjalan menuju sofa

"Gua mau pulang" Aku menatap nanar Sarah dan segera duduk di sofa, kepala ku terasa sakit, aku meringis sambil memegang kepala nya.

Sarah duduk di samping ku, ia dengan cepat memeriksa badan ku yang ternyata sudah demam, Sarah bangkit dan pergi ke kamar nya dengan langkah cepat untuk mencari tas kecil yang sudah ia siapkan, tas itu berisi macam-macam obat, pengukur suhu panas, obat merah, dan kassa tentu nya, bagaimana aku tahu semua itu? Karna aku adalah sahabat nya, beberapa kali aku memergoki Sarah membawa tas berisikan barang-barang tadi saat sedang pergi dengan ku, kemanapun, kapanpun.

Sarah memang sudah merencanakan membawa itu semua, karena ia tahu kejadian seperti ini pasti akan terjadi mengingat ia lah satu-satu nya yang paling memahami hidup ku sejak lama, sejak aku mengenal nya dan dia masuk ke dalam kehidupan ku.

Sarah kembali ke ruang tamu membawa tas kecil dengan tergesa-gesa, tak lupa ia membawa selimut, dan bantal. Dengan sigap ia memeriksa keadaan ku.

38,7° suhu badan ku saat ini. 

"Kita pulang besok, sekarang lo istirahat dulu disini, gua mau ke dapur bikinin bubur, lo jangan ke kamar ya, biar gua bisa pantau lo dari dapur" Sarah menata bantal di atas sofa dan segera membantu ku untuk merebahkan diri, tak lupa ia menyelimuti tubuh ku. Sarah membereskan kembali tas kecil nya sebelum pergi ke dapur.

"Maaf" Aku menahan tangan Sarah ketika Sarah ingin beranjak dari sofa, perasaan ku tak karuan saat melihat Sarah membereskan kembali isi dari tas kecil itu, aku merasa sangat menyesal dan bersalah telah mengecewakan Sarah.

Sarah hanya tersenyum seraya bangkit dan berjalan ke arah dapur.

Aku meringkuk dibawah selimut hangat nya, memejamkan mata berusaha untuk tertidur kembali, aku berharap malam ini demam ku sudah turun dan aku bisa pulang besok. Saat sedang berusaha untuk tertidur, handphone Sarah yang tergeletak diatas meja bergetar, aku langsung membuka selimut dan memanggil nama Sarah, namun karna tubuh ku yang sangat lemah, aku rasa suara parau ku tak terdengar oleh Sarah yang sedang sibuk memasak untuk ku di dapur.

Dengan setengah malas aku pun bangun dan mengambil handphone Sarah, aku berniat memberikan handphone itu kepada pemilik nya, sesaat aku melihat nama seseorang yang menurut ku asing terpampang di layar handphone Sarah.

Rival.

Nama itu tertera di layar handphone, aku mengernyit kebingungan.

siapa Rival? - batin ku.

Tanpa mengangkat telfon itu, aku berjalan ke arah Sarah dan memberikan handphone nya, memberitahu bahwa laki - laki bernama Rival menelfon. Mendengar nama Rival, Sarah yang sedang memotong wortel langsung berhenti, segera mencuci tangan dan mengambil handphone nya yang aku letakkan di atas meja marmer di dapur.

"Cie, baru nih ye, kok gak cerita sih?" Ucap ku menggoda Sarah.

"Apa sih, udah nih minum obat sebelum makan nya dulu, nih minum nya, abis itu tiduran lagi, gue lagi bikinin bubur" Sarah memberikan pil obat berwarna hijau dan segelas air putih.

Setelah meminum obat, aku kembali ke ruang tamu untuk mengistirahatkan badan ku. Namun, aku kembali lagi ke dapur untuk sekedar meminta Sarah meminjamkan handphone nya mengingat handphone ku yang rusak setelah kejadian kemarin.

"Gak boleh, udah deh istirahat aja, nyokap lo juga udah gua kabarin handphone lo rusak, gue bilang gasengaja jatoh di kebun kemaren, gua gamau ya lo hubungin dia lagi, udah sana hus husss" Sarah mengibaskan tangan nya ke arah ku seakan-akan mengusir ku dari dapur, dengan perasaan yang sebal aku  kembali ke sofa, merebahkan diri ku dan menutup badan ku dengan selimut dari ujung kaki sampai kepala.

Ketika aku sudah hampir tidur, aku merasakan guncangan yang seketika membangunkan ku, aku menyibakkan selimut dan melihat Sarah sudah ada di hadapanku seraya memegang satu mangkuk berisikan bubur, ia menyuruh ku untuk bangun dan mengubah posisi ku agar aku duduk dan bisa menyender. Aku yang masih setengah sadar hanya bisa menuruti semua perkataannya.

Harum. - Batin ku.

Bubur buatan Sarah selalu menjadi makanan kesukaan ku, sesaat setelah aku mencium harum aroma bubur itu aku langsung meminta mangkuk yang Sarah pegang. Melihat sikap ku Sarah tertawa kecil dan memberikan semangkuk bubur yang aku jamin rasanya enak, sangat sangat enak ini untuk aku nikmati.

Aku memakan bubur ini dengan perlahan sambil menonton acara tv, ah lebih tepat nya drama korea kesukaan aku dan Sarah. Sementara Sarah sibuk dengan handphone nya sampai-sampai ia tidak fokus menjawab setiap pertanyaan yang aku lontarkan tentang drama yang sedang kami--maksud ku, drama yang sedang aku tonton.

"Sibuk banget sih, pasti lagi chat gebetan baru" Ucap ku sambil sedikit menyikut tangan nya.

Mendengar itu Sarah langsung mematikan handphone nya, ia menjadi salah tingkah, "Gebetan apaan halu aja nih" Ucap nya sambil memainkan remot tv

"Alah ngaku aja deh"

"Ngaku apaan?!"

"Ituuuu yang tadi Rival Rival gebetan lo ya? kok lo gak cerita ke gue sih, lo udah ga anggap gue sahabat lo lagi ya?" Ucap ku dengan nada melas diiringi dengan puppy eyes andalan ku.

"Gausah drama deh, ini dia temen gue doang, kan lo tau gue lagi lamar magang di kantop shipi, kebetulan dia ini Hrd yang 'bakal' bocorin pertanyaan Hrd lain supaya gue diterima gitu deh"

"Dih keadilan sosial bagi warga kekuatan orang dalam ini mah" Ucap ku.

"Ya engga gitu juga sih, Rival temen nya abang gue lah intinya, udah gausah nanya lagi pusing" Ucap Sarah sambil menutup kedua telingan nya tangan.

Aku pun hanya tertawa kecil dan melanjutkan acara makan bubur ter-enak buatan sahabat ku tersayang.

Bab terkait

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 5 - I miss you

    Pagi ini langit sedang bersahabat, cahaya hangat yang menyinari pepohonan, kicauan burung yang terdengar saling bersautan, aku menikmati setiap hembusan angin di teras depan villa, duduk di sebuah kursi rotan ditemani dengan secangkit teh hangat dan beberapa potong biskuit keju kesukaanku yang sudah Sarah beli sebelum kami datang ke Villa ni.Aku memang berencana bangun lebih pagi, aku ingin menikmati suasana damai yang menenangkan jiwa sebelum aku kembali ke Jakarta."Aku kangen kamu" Ucap ku dengan lirih sambil menatap lurus kedepan.Sejak kemarin, aku berusaha membujuk Sarah untuk meminjamkan handphone nya, aku berharap bisa mendengar suara Alka hari ini, aku khawatir Alka akan mencari ku karena sudah beberapa hari ini handphone ku rusak. Namun nihil, Sarah tetap pada pendirian nya dan semakin berusaha menjauhkan aku dari Alka.Bagi ku, melupakan Alka sama hal nya dengan menyelam ke dasar laut tanpa peralatan menyelam, bahkan sebelum mencapai dasar,

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-02
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 6 - I remember cloudy days

    Terkadang kita harus mengingat masa lalu sepahit apapun itu, karna dibalik kejadian tragis di setiap berakhir nya suatu hubungan, kita akan selalu dibawa untuk mengingat momen-momen indah bersama seseorang yang pernah kita cintai.*****Aku menutup pintu rumah, duduk di bangku yang ada di teras rumah ku untuk menunggu Alka menjemput ku. Senyum ku mengembang ketika membayangi lelaki itu sebentar lagi akan datang dan menyambutku dengan senyuman hangat dan sebuah pelukan yang terasa sangat nyaman.Berulang kali aku berdiri dan melihat refleksi diri ku di kaca jendela, mencoba merapihkan diri ku untuk Alka. Hingga tak lama suara motor yang sangat aku kenal berhenti tepat di depan pagar rumah ku, jantung ku berdegup kencang, dengan susah payah aku mengatur nafas ku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu, namun bagi ku setiap pertemuan dengan Alka terasa sama seperti pertama kali kamu bertemu, sangat mendebarkan.Aku berjalan ke depan pagar, membuka nya dan l

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-02
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 7 - Lose

    Aku tersadar setelah mendengar suara yang sangat aku kenali. Perlahan aku membuka mata, sesaat mata ku menangkap sosok seorang laki-laki yang sedang menangis sambil menggenggam tangan ku."Papa" Ucap ku dengan nada lirih.Begitu mendengar suara ku, Hendra--Papa ku segera mengangkat wajah nya dan dengan cepat mengelap air mata dengan tangan nya. "iya nak, Citra udah bangun ya? apa yang kamu rasain? Papa panggilin dokter ya" Papa ku mengelus-elus tangan dan kening ku pelan."keluar" Aku menarik tangan nya dari genggaman Papa ku."Citra...""Aku bilang keluar, keluar sekarang juga" Aku memalingkan wajah ku, sejujurnya diri ku enggan untuk melihat sosok Papa.Sekuat tenaga aku menahan tangis ku. Papa berusaha untuk menggenggam tangan ku."Gara-gara Papa" Ucap ku lirih, kali ini aku tak kuasa menahan air mata yang perlahan mengalir.Mendengar hal itu Papa ku terdiam, kali ini ia melepaskan genggamannya. "Maksud kamu apa nak?"Se

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-28
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 8 - Healing and praying

    Selesai mengerjakan Sholat, Sarah dengan cepat merapihkan mukena nya dan menelfon ibu nya untuk mengemasi pakaiannya dan mengabarkan akan menginap di rumah sakit serta memberi tahu kondisi ku saat ini. Setelah itu ia memesan gosund untuk mengirimkan pakaian nya ke rumah sakit. Sesekali Sarah menatap aku dengan tatapan iba. Jauh di dalam lubuk hati nya mungkin sebenarnya Sarah merasa kecewa dengan perbuatan ku sekarang, namun aku rasa Sarah akan sangat mengerti dorongan kuat yang membuat ku melakukan perbuatan ini.Tak lama aku merasakan kantuk yang hebat, mungkin ini efek obat yang baru saja disuntikkan oleh Perawat, aku pun menutup mataku perlahan dan mencoba untuk tertidur lelap, namun samar-samar aku mendengar suara Sarah, tangannya mengelus rambut ku."Apa sih Cit yang buat lo se-cinta ini sama si kampret" Ucap nya dengan pelan, lebih terdengar seperti berbisik.Aku masih berpura-pura tertidur, ah tidak lebih tepatnya mencoba untuk tertidur, S

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-28
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 9 - Sunshine will come

    Sarah masih berusaha menghentikan tangis nya, banyak orang yang melewati nya langsung memperhatikan namun enggan untuk bertanya. Dengan sekuat tenaga Sarah menghentikan tangisan nya, mengelap air mata nya dan beranjak masuk ke dalam ruangan.Ia berjalan pelan kearah ku, sebelum Sarah masuk aku sudah terlebih dahulu menyeka air mata ku dan kembali berpura-pura tidur di atas kasur ku. Sarah mendekati dan menggenggam tangan ku, aku bisa merasakan betapa menyiksa nya kejadian ini untuk nya. Sarah mengahapus air mata dan berusaha menangkan diri kemudian mengambil handphone yang sebelum nya ia letakkan di atas sofa dan berjalan keluar.Gua butuh ngopi nih, pening banget kepala - Batin nya.Sarah menghampiri salah satu Perawat yang sedang berjaga dan meminta Perawat tersebut untuk mengecek ke dalam ruangan ku setiap 5 menit sekali, ia beralasan bahwa aku sendirian di dalam kamar dan ia khawatir sesuatu terjadi jika ia tak ada disini.kemudian ia pun d

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-28
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 10 - Hold on

    Samar-samar aku mendengar suara pintu terbuka, ternyata Sarah sudah datang. Langit sore terlihat semakin gelap, jam menunjukkan pukul 18:49. Sarah menaruh tas nya diatas sofa dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu. Baru saja ia ingin memulai berwudhu aku langsung memanggil nama nya. Dengan cepat Sarah menghampiri ku."Kenapa?" Tanya Sarah dari depan pintu kamar mandi."mau ngapain?""Shalat""Oh yaudah shalat dulu aja deh tapi lampu diatas kasur gua tolong matiin dong pusing nih kepala""Iya nanti abis wudhu ya"Aku hanya menganggukkan kepala ku. Sarah kembali melanjutkan wudhu dan shalat nya dengan cepat. Setelah berdoa ia langsung membereskan mukena dan sajadah lalu mematikan lampu sesuai permintaan ku.Selang beberapa menit pintu kembali terbuka, kali ini seorang Dokter perempuan beserta 3 Perawat masuk ke dalam ruangan."Permisi, udah waktu nya di periksa ya" Ucap Dokter itu sambil berusaha memba

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 11 - Like a grenade

    Pagi ini aku dibantu Mama dan Sarah membereskan perlengkapan ku, Dokter berkata bahwa hari ini aku sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang Mama membantu ku mandi sementara Alya hanya tiduran di atas kasur ku sambil memainkan Ipad nya. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, Mama dan Sarah izin kebawah untuk menyelesaikan urusan administrasi ku sementara aku dan Alya saling berdiam diri, anak itu benar-benar asyik dengan game yang ia mainkan di Ipad. Aku duduk di sofa sembari mencari channel televisi kartun yang biasa tayang di pagi hari, aku meminta Alya untuk mengambilkan biskuit yang ada di dalam nakas. Sekali, dua kali, hingga tiga kali aku memanggil nama nya namun ia tidak menghiraukan aku, bahkan ia tidak menoleh sedetik pun ke arah ku.Gemas. Aku beranjak berjalan menghampiri Alya dan mulai mengelurkan jurus kelitikan yang spontan membuat Alya terperanjat kaget

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 12 - Torture

    Aku terbangun dengan suara ketukan di pintu kamar ku, aku menatap dinding, jam menunjukkan pukul 8 malam. Pintu terbuka, seorang laki-laki masuk ke dalam kamar ku."Maaf aku bangunin kamu ya?"Aku menggeleng sambil memegang dahi ku, "Engga, kenapa?"Alka mengelus rambut ku dan tersenyum hangat, "Gapapa, aku mau pamit pulang sama kamu""Pulang tinggal pulang gak perlu pamit""Tetep harus pamit, yaudah aku pulang dulu ya? kamu sehat-sehat" Ucap nya kemudian berdiri dari sisi kasur ku.Aku terdiam menatap punggung nya yang kian menjauh dari pandangan ku. Namun, belum sempat ia keluar kamar aku kembali memanggilnya, "Tunggu, ada yang harus kita omongin" Ucap ku sambil berusaha bangun dan menyenderkan tubuh ku ke dinding.Ia menghampiriku dan duduk di sisi kasur ku, "Apa?""Sampe kapan kita bohongin mama dan semua orang?""Bohongin apa?" Tanya Alka.Diluar kamar, ternyata Mama sudah berada di depan pintu, keadaan pintu yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-27

Bab terbaru

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 12 - Torture

    Aku terbangun dengan suara ketukan di pintu kamar ku, aku menatap dinding, jam menunjukkan pukul 8 malam. Pintu terbuka, seorang laki-laki masuk ke dalam kamar ku."Maaf aku bangunin kamu ya?"Aku menggeleng sambil memegang dahi ku, "Engga, kenapa?"Alka mengelus rambut ku dan tersenyum hangat, "Gapapa, aku mau pamit pulang sama kamu""Pulang tinggal pulang gak perlu pamit""Tetep harus pamit, yaudah aku pulang dulu ya? kamu sehat-sehat" Ucap nya kemudian berdiri dari sisi kasur ku.Aku terdiam menatap punggung nya yang kian menjauh dari pandangan ku. Namun, belum sempat ia keluar kamar aku kembali memanggilnya, "Tunggu, ada yang harus kita omongin" Ucap ku sambil berusaha bangun dan menyenderkan tubuh ku ke dinding.Ia menghampiriku dan duduk di sisi kasur ku, "Apa?""Sampe kapan kita bohongin mama dan semua orang?""Bohongin apa?" Tanya Alka.Diluar kamar, ternyata Mama sudah berada di depan pintu, keadaan pintu yan

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 11 - Like a grenade

    Pagi ini aku dibantu Mama dan Sarah membereskan perlengkapan ku, Dokter berkata bahwa hari ini aku sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang Mama membantu ku mandi sementara Alya hanya tiduran di atas kasur ku sambil memainkan Ipad nya. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, Mama dan Sarah izin kebawah untuk menyelesaikan urusan administrasi ku sementara aku dan Alya saling berdiam diri, anak itu benar-benar asyik dengan game yang ia mainkan di Ipad. Aku duduk di sofa sembari mencari channel televisi kartun yang biasa tayang di pagi hari, aku meminta Alya untuk mengambilkan biskuit yang ada di dalam nakas. Sekali, dua kali, hingga tiga kali aku memanggil nama nya namun ia tidak menghiraukan aku, bahkan ia tidak menoleh sedetik pun ke arah ku.Gemas. Aku beranjak berjalan menghampiri Alya dan mulai mengelurkan jurus kelitikan yang spontan membuat Alya terperanjat kaget

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 10 - Hold on

    Samar-samar aku mendengar suara pintu terbuka, ternyata Sarah sudah datang. Langit sore terlihat semakin gelap, jam menunjukkan pukul 18:49. Sarah menaruh tas nya diatas sofa dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu. Baru saja ia ingin memulai berwudhu aku langsung memanggil nama nya. Dengan cepat Sarah menghampiri ku."Kenapa?" Tanya Sarah dari depan pintu kamar mandi."mau ngapain?""Shalat""Oh yaudah shalat dulu aja deh tapi lampu diatas kasur gua tolong matiin dong pusing nih kepala""Iya nanti abis wudhu ya"Aku hanya menganggukkan kepala ku. Sarah kembali melanjutkan wudhu dan shalat nya dengan cepat. Setelah berdoa ia langsung membereskan mukena dan sajadah lalu mematikan lampu sesuai permintaan ku.Selang beberapa menit pintu kembali terbuka, kali ini seorang Dokter perempuan beserta 3 Perawat masuk ke dalam ruangan."Permisi, udah waktu nya di periksa ya" Ucap Dokter itu sambil berusaha memba

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 9 - Sunshine will come

    Sarah masih berusaha menghentikan tangis nya, banyak orang yang melewati nya langsung memperhatikan namun enggan untuk bertanya. Dengan sekuat tenaga Sarah menghentikan tangisan nya, mengelap air mata nya dan beranjak masuk ke dalam ruangan.Ia berjalan pelan kearah ku, sebelum Sarah masuk aku sudah terlebih dahulu menyeka air mata ku dan kembali berpura-pura tidur di atas kasur ku. Sarah mendekati dan menggenggam tangan ku, aku bisa merasakan betapa menyiksa nya kejadian ini untuk nya. Sarah mengahapus air mata dan berusaha menangkan diri kemudian mengambil handphone yang sebelum nya ia letakkan di atas sofa dan berjalan keluar.Gua butuh ngopi nih, pening banget kepala - Batin nya.Sarah menghampiri salah satu Perawat yang sedang berjaga dan meminta Perawat tersebut untuk mengecek ke dalam ruangan ku setiap 5 menit sekali, ia beralasan bahwa aku sendirian di dalam kamar dan ia khawatir sesuatu terjadi jika ia tak ada disini.kemudian ia pun d

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 8 - Healing and praying

    Selesai mengerjakan Sholat, Sarah dengan cepat merapihkan mukena nya dan menelfon ibu nya untuk mengemasi pakaiannya dan mengabarkan akan menginap di rumah sakit serta memberi tahu kondisi ku saat ini. Setelah itu ia memesan gosund untuk mengirimkan pakaian nya ke rumah sakit. Sesekali Sarah menatap aku dengan tatapan iba. Jauh di dalam lubuk hati nya mungkin sebenarnya Sarah merasa kecewa dengan perbuatan ku sekarang, namun aku rasa Sarah akan sangat mengerti dorongan kuat yang membuat ku melakukan perbuatan ini.Tak lama aku merasakan kantuk yang hebat, mungkin ini efek obat yang baru saja disuntikkan oleh Perawat, aku pun menutup mataku perlahan dan mencoba untuk tertidur lelap, namun samar-samar aku mendengar suara Sarah, tangannya mengelus rambut ku."Apa sih Cit yang buat lo se-cinta ini sama si kampret" Ucap nya dengan pelan, lebih terdengar seperti berbisik.Aku masih berpura-pura tertidur, ah tidak lebih tepatnya mencoba untuk tertidur, S

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 7 - Lose

    Aku tersadar setelah mendengar suara yang sangat aku kenali. Perlahan aku membuka mata, sesaat mata ku menangkap sosok seorang laki-laki yang sedang menangis sambil menggenggam tangan ku."Papa" Ucap ku dengan nada lirih.Begitu mendengar suara ku, Hendra--Papa ku segera mengangkat wajah nya dan dengan cepat mengelap air mata dengan tangan nya. "iya nak, Citra udah bangun ya? apa yang kamu rasain? Papa panggilin dokter ya" Papa ku mengelus-elus tangan dan kening ku pelan."keluar" Aku menarik tangan nya dari genggaman Papa ku."Citra...""Aku bilang keluar, keluar sekarang juga" Aku memalingkan wajah ku, sejujurnya diri ku enggan untuk melihat sosok Papa.Sekuat tenaga aku menahan tangis ku. Papa berusaha untuk menggenggam tangan ku."Gara-gara Papa" Ucap ku lirih, kali ini aku tak kuasa menahan air mata yang perlahan mengalir.Mendengar hal itu Papa ku terdiam, kali ini ia melepaskan genggamannya. "Maksud kamu apa nak?"Se

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 6 - I remember cloudy days

    Terkadang kita harus mengingat masa lalu sepahit apapun itu, karna dibalik kejadian tragis di setiap berakhir nya suatu hubungan, kita akan selalu dibawa untuk mengingat momen-momen indah bersama seseorang yang pernah kita cintai.*****Aku menutup pintu rumah, duduk di bangku yang ada di teras rumah ku untuk menunggu Alka menjemput ku. Senyum ku mengembang ketika membayangi lelaki itu sebentar lagi akan datang dan menyambutku dengan senyuman hangat dan sebuah pelukan yang terasa sangat nyaman.Berulang kali aku berdiri dan melihat refleksi diri ku di kaca jendela, mencoba merapihkan diri ku untuk Alka. Hingga tak lama suara motor yang sangat aku kenal berhenti tepat di depan pagar rumah ku, jantung ku berdegup kencang, dengan susah payah aku mengatur nafas ku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu, namun bagi ku setiap pertemuan dengan Alka terasa sama seperti pertama kali kamu bertemu, sangat mendebarkan.Aku berjalan ke depan pagar, membuka nya dan l

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 5 - I miss you

    Pagi ini langit sedang bersahabat, cahaya hangat yang menyinari pepohonan, kicauan burung yang terdengar saling bersautan, aku menikmati setiap hembusan angin di teras depan villa, duduk di sebuah kursi rotan ditemani dengan secangkit teh hangat dan beberapa potong biskuit keju kesukaanku yang sudah Sarah beli sebelum kami datang ke Villa ni.Aku memang berencana bangun lebih pagi, aku ingin menikmati suasana damai yang menenangkan jiwa sebelum aku kembali ke Jakarta."Aku kangen kamu" Ucap ku dengan lirih sambil menatap lurus kedepan.Sejak kemarin, aku berusaha membujuk Sarah untuk meminjamkan handphone nya, aku berharap bisa mendengar suara Alka hari ini, aku khawatir Alka akan mencari ku karena sudah beberapa hari ini handphone ku rusak. Namun nihil, Sarah tetap pada pendirian nya dan semakin berusaha menjauhkan aku dari Alka.Bagi ku, melupakan Alka sama hal nya dengan menyelam ke dasar laut tanpa peralatan menyelam, bahkan sebelum mencapai dasar,

  • Mercy on me [INDONESIA]   Chapter 4 - I'm sorry

    Aku terbangun oleh suara handphone ku yang berbunyi nyaring, aku melihat sekeliling kamar yang berantakan seperti habis terjadi gempa besar, aku pun bangun dan berusaha untuk duduk menyandarkan badan ke tembok dan berusaha untuk memulihkan diri ku.Perlahan aku bangun dan berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, rasa nyeri mulai terasa dibagian tangan yang sudah dibalut oleh kassa, aku hanya meringis kesakitan. Dengan langkah yang pelan aku pun berjalan gontai menggapai handphone ku yang tergeletak di sudut kamar.Hancur.Hanya suara nya saja yang berfungsi, sisa nya hancur, bahkan aku pun tak bisa mengangkat telfon itu karna layar handphone ku yang retak, aku tak tahu siapa yang menelfon saat itu. Aku menghembuskan nafas kasar frustasi, sekarang aku menyesali emosi ku yang tak terkendali beberapa jam lalu."Harusnya tadi jangan di lempar, ancur, nanti kalo Alka nyariin gimana" - batin ku.Kembali aku melihat tangan ku yang sudah dibalut oleh kassa, air m

DMCA.com Protection Status