Share

Bab 42

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 20:12:40

Bab 42

"Kenapa tidak?! Tuhan itu maha baik. Selama ini kalian terobsesi dengan keturunan, sampai melakukan segala cara untuk menyingkirkanku yang dianggap mandul." Tatapanku beralih pada dua orang perawat yang masih sibuk berbelanja.

Troli yang mereka dorong sudah hampir penuh. Di samping boneka, pihak rumah sakit juga memberikan hadiah berupa satu set alat makan yang cantik. Harganya memang tidak seberapa, hanya sekedar tanda kecil bahwa pihak ke rumah sakit begitu menghargai setiap pasien yang mempercayakan perawatan diri dan buah hatinya ke rumah sakit Ibu Dan Anak Hermina

"Alah... paling-paling juga anak dari pria lain!" seru mbak Yuna.

"Kalau begitu, kalian menganggap jika Mas Keenan itu mandul?" Aku mengerjapkan mata berkali-kali, sedikit menjahili dua orang yang pernah menyakitiku ini. Rasanya puas juga melihat mereka sepertinya kelimpungan.

"Tidak mungkin anak saya mandul. Saya saja punya tiga anak kok. Baik dari papanya maupun saya, tidak ada riwayat mandul. Kami sekeluarga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 43

    Bab 43"Berasa jadi pengemis kalau begini caranya," gerutu Yuna. Dia terus mengeluh sambil mengamati barang-barang yang dipajang di rak dan mulai memilih barang yang sesuai dengan kebutuhannya."Kamu pakai sabun mandi dan shampo ini saja. Harganya lebih murah," tegur Yunita. Dia mengambil shampo dan sabun mandi cair kemasan reffil yang sudah diletakkan Yuna ke dalam troli, lalu menukarnya dengan shampo dan sabun mandi yang harganya lebih murah. Bukan cuma itu. Dia mengambil odol, sikat gigi, detergen, pelembut pakaian dari dalam troli, lalu menggantinya dengan produk serupa yang harganya lebih murah."Aduh, Ma. Masa Mama hitung-hitungan sama harga. Biasanya juga nggak," keluh Yuna lagi. Tapi dia memilih pasrah saja dan terus mendorong troli mengiringi ibunya."Mika jangan dibiasain lagi makan makanan cepat saji. Itu nggak sehat. Kamu bikin aja sendiri." Lagi-lagi Yunita menegur saat Yuna akan membuka freezer yang berisi dengan nugget, sosis, dan kawan-kawannya."Mana aku bisa bikin ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    bab 44

    Bab 44"Oh... maaf, saya nggak nyadar." Pria itu mengangguk, lalu mendekati ranjang, menatap putranya yang tertidur. Dua buah guling yang berbentuk boneka Keroppi dan Doraemon berada di sisi kanan dan kirinya."Nggak apa-apa, Dok. Kalau Dokter mau istirahat, kami bisa keluar kok. Nanti kalau Adek Gibran bangun, Dokter bisa dipanggil lagi kami," ujarku."Iya benar, saya memang mau istirahat sebentar. Nanti jam 13.30 siang akan ada operasi lagi. Mudah-mudahan tidak ada lagi pasien dadakan.""Oh, kalau begitu baiklah, Dok. Saya dan Naira akan keluar dulu sekalian mau shalat zuhur." Aku menarik Naira dan berjalan menuju pintu, keluar dari ruang peristirahatan itu. Masih ada waktu hampir satu jam, cukup untuk kami shalat zuhur dan makan siang. "Sekarang mbak Alifa seperti nyonya saja. Semua orang di rumah sakit ini hormat sama mbak Alifa," ujar Naira. Saat ini mereka tengah berada di salah satu lorong dan berpapasan dengan para petugas medis yang terlihat tersenyum dan mengangguk hormat k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 45

    Bab 45Keenan membuka mata dan terlonjak dari tempat duduk. Seketika ia merenggangkan tubuhnya dari wanita yang juga tak kalah kaget, karena ternyata Donita juga memejamkan mata sembari bersandar di bahu pria itu."Bu Eli," tegur wanita itu."Ternyata benar ya, rumor yang beredar jika seorang bos itu biasanya selingkuh sama sekretarisnya. Dan ternyata memang benar sih!" Tangan wanita itu sudah terulur bermaksud menarik Donita, namun Keenan lebih dulu membuat Eliana tidak berkutik. Dia malah menarik Eliana, lalu mengunci sepasang tangan wanita itu di belakang tubuhnya."Lepas, Mas. Kamu apa-apaan sih? Niat banget melindungi pelakor ini?!""Kamu pikir, aku diam saja melihat kamu mau berlaku seenaknya sama karyawan terbaik di perusahaan ini?!" Keenan balas membentak."Tapi dia pelakor, Mas. Aku dengar percakapan kalian barusan. Dia mengompori kamu supaya menceraikan aku!""Saya nggak mengompori Pak Keenan untuk menceraikan Ibu. Cuma yang bener aja sih, logikanya mana ada pria yang tahan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 46

    Bab 46"Ibu, apa kabar?" Aku mencium tangan yang mulai agak keriput itu. Hari ini RSIA Hermina kedatangan tamu istimewa. Dialah Ibu Wardah Aurora, ibunda dari dokter Aariz El Fata, yang merupakan pemilik rumah sakit ini."Saya sangat sehat dan bahagia, apalagi hari ini bisa berjumpa sama kamu, Alifa. Kenapa jarang sekali main ke rumah utama, hmm...? Saya sangat merindukan cucu saya," ujarnya ramah."Aduh... maaf sekali, Bu. Kebetulan Dokter Aariz maupun Mas Atta belum sempat mengantar. Karena kalau bersama dengan adek Gibran, biasanya saya diantar langsung oleh salah satu dari mereka," jelasku. Sebenarnya agak sungkan juga. Aku melihat jelas dari sorot matanya seperti menahan kerinduan."Wanita yang penurut." Perempuan tua itu mengusap kepalaku, sentuhan yang hangat. "Saya merasa sangat senang, karena di bawah asuhanmu cucu saya tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia.""Saya senang sekali bisa menyusui dan mengasuh Adek Gibran. Dia menganggap saya seperti ibunya sendiri, Bu." Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 47

    Bab 47[Selamat hari ibu, wanita yang hebat!Teriring doa, semoga tetap menjadi seperti ini, memberikan cinta yang besar kepada putramu.Alifa, bolehkah saya minta sesuatu? Saya ingin agar kamu menjadi Ibu yang sebenarnya untuk cucu saya, Gibran dan calon adik-adiknya nanti. Menikahlah dengan Aariz. Saya mohon....]Tubuhku lemas seketika. Bahkan secarik kertas itu terlepas dari peganganku, jatuh ke lantai.Isi kotak itu memang benar sebuah boneka beruang yang cantik dan berukuran mungil. Namun bukan itu saja. Ada sebuah kotak yang ternyata isinya adalah satu set perhiasan bertahtakan berlian. Sepertinya satu set perhiasan ini dipesan khusus, karena kotak perhiasannya tertera logo merek perhiasan itu."Mbak dilamar?" cicit Naira."Aku tidak mengerti, Naira. Ini membingungkan. Aku nggak tahu." Menggunakan tanganku yang gemetar, aku segera membungkus kembali barang-barang itu, berikut dengan kertas yang berisi tulisan tangan bu Wardah. Aku membungkusnya seperti semula, lengkap dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 48

    Bab 48"Ke rumah utama?" Aku sangat terkejut. Ini memang sudah lewat seminggu dari momen hari ibu, dan ini adalah hari terakhir tugas dokter Aariz sebelum menjalani masa cuti tahun baru.Di benakku langsung terbayang sosok ibu Wardah. Wanita baik hati itu pasti kini tengah menunggu jawabanku. Tapi apa yang harus kujawab? Terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan, termasuk ketidaktahuan dokter Aariz kalau ibunya sudah melamarku untuknya.Aku tidak bisa memprediksi bagaimana sikap dokter Aariz selanjutnya. Apakah ia memarahi ibunya, atau justru memarahiku yang tidak tahu apa-apa?Heran, kenapa bu Wardah bersikap begini? Wanita itu terlihat bijaksana, tapi kenapa malah memperlakukan putranya seperti anak kecil yang harus dipilihkan mainan?Aku benar-benar tidak habis pikir.Aku tidak bisa membayangkan bagaimana terkejutnya dokter Aariz ketika mengetahui jika ibunya sudah menjodohkannya dengan seorang perempuan."Iya, Alifa. Mama meminta kita semua untuk makan malam bersama. Kangen cu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 49

    Bab 49"Menikah?" Pria itu spontan mendekatkan telinganya ke mulut sang bunda. "Mama bilang apa tadi?""Jangan pura-pura tuli, Aaariz!" Wardah yang merasa jengah langsung mendorong wajah putranya dengan keras "Mama melihat hubunganmu dengan Alifa sudah cukup dekat. Kalian pun tampaknya merasa nyaman satu sama lain. Jadi kapan Mama bisa mendapatkan kabar baik itu?""Aku dan Alifa hanya berteman, karena Alifa itu ibu susu Gibran. Mama sendiri tahu, kan? Aku menerima keberadaan Alifa sebagai ibu susu yang Mama pilihkan untuk anakku." Aariz menatap ibunya dalam-dalam, berupaya menjelaskan, namun wajah itu terlihat sangat serius, bahkan mata tajamnya tak lepas memandangi mereka berdua. Sementara Atta duduk sedikit agak menjauh. Pria itu tengah fokus dengan ponselnya, seolah tak peduli jika di dekatnya ada perdebatan serius.Demi Tuhan, Atta hanya berpura-pura. Dia hanya sekedar memainkan game offline yang tak memerlukan fokus. Telinganya sudah tegak, ingin tahu bagaimana hasil pembicaraa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 50

    Bab 50"Siapa yang bilang kalian sudah dewasa?! Bagi Mama, kamu dan Atta adalah anak-anak kecil yang tetap butuh bimbingan. Mama wajib mengarahkan kalian, memastikan agar jalan hidup kalian lurus, tidak bengkok. Asal kamu tahu, Winda itu tidak sebaik yang kamu kira, dan kamu akan rugi besar, karena sudah memperjuangkannya. Lagi pula, keluarga Subrata tidak merestui kalian. Apalagi yang kamu harapkan, Aariz?" Rasanya Wardah ingin meledak saja. Memberi pengertian pada putranya di tengah keinginannya untuk menjaga sebuah rahasia, ternyata amatlah sulit."Ada Gibran di antara kami, Ma.""Mereka sudah menyerahkan Gibran sama kamu. Dan itu berarti Gibran adalah anak kamu, bukan anak Winda!""Tetap saja Gibran lahir dari rahimnya, Ma!""Aariz, menjadi seorang ibu bukan hanya sekedar hamil dan melahirkan, tetapi juga mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Kamu tentu ingat, jika seorang ibu itu adalah pendidik yang paling utama, dan semua peran itu diambil oleh Alifa, kecuali hamil dan melahirkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 171 ( Diculik)

    Bab 171Langkahnya tersaruk-saruk dengan tangan gemetar menenteng tas besar. Lisa akhirnya memasuki lift yang akan membawanya ke lantai dasar bangunan pencakar langit ini. Tas besar itu berisi seluruh pakaiannya dan terasa cukup berat baginya. Perempuan itu baru merasakan punggungnya yang sakit akibat didorong oleh Winda saat menyandarkan dirinya di dinding lift. Kebetulan hanya ada dia seorang di sana.Mungkin ini hampir tengah malam, jadi lift sepi."Wanita sinting! Kapok aku kerja sama dengan dia. Padahal seharusnya dia tanggung jawab, karena gara-gara ini aku harus kehilangan pekerjaan. Masih untung Mas Atta masih mau mengampuniku dan tidak membawa kasus ini ke jalur hukum," gumam Lisa. Dia memejamkan matanya sejenak."Sudah nggak dapat bayaran, kehilangan pekerjaan pula! Sial benar aku. Tapi ya, sudahlah. Sudah terlanjur pula, nggak bisa balik lagi. Aku juga nggak mungkin kerja di kota ini. Lebih baik pulang kampung saja."Terbayang di kampungnya, ibunya yang tengah sakit dan but

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 170

    Bab 170"Jadi kamu gagal? Keterlaluan! Lalu apa gunanya kamu kemari?" bentak Winda."Saya ingin menagih bayaran yang sudah Nyonya janjikan, karena saya sudah melaksanakan tugas dengan baik. Soal berhasil atau gagal, itu bukan urusan saya, Nyonya, karena itu tergantung kepada keberuntungan atau tidaknya. Dan Mbak Alifa rupanya masih beruntung, dia hanya memakan sedikit dari bubur itu, lalu merasa lemas dan Dokter Aariz dengan cepat memberinya tindakan. Apa Nyonya lupa, jika mantan suami Nyonya itu adalah seorang dokter?!"Tentu saja Lisa tidak mau disalahkan. Dia tidak ingin usahanya gagal begitu saja. Sudah diusir dari rumah keluarga El Fata, tidak mendapat bayaran pula. Padahal dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Hanya saja Alifa memang beruntung. Ulahnya kepergok oleh bi Narti. Meskipun perempuan itu hanyalah perempuan kampung, tetapi rupanya bi Narti cukup cerdik. Merasa ada yang mencurigakan, bi Narti malah menyimpan bubur itu ke tempat rahasia, lalu setelah dirasa situasi cuk

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 169

    Bab 169Atta memang sungguh tidak terduga. Dia cerdik melebihi ekspektasi, walaupun terkadang sikapnya rada menyebalkan. Tapi Aariz tidak menampik, Atta memang memiliki kepekaan tinggi jika ada bahaya disekitar mereka.Dia dan Atta memang jarang akur, jarang satu pemikiran dan pendapat, tapi mereka tetaplah saudara. Di dalam diri mereka mengalir darah yang sama, darah El Fata.Di sela-sela kesibukannya yang berkali-kali lipat meningkat sejak Hotel Permata bekerjasama dengan perusahaan milik Keenan, Atta tetap meluangkan waktunya untuk mengamati perkembangan yang terjadi di rumah utama, terutama Alifa dan orang-orang yang berada di sekitar perempuan itu. Bahkan Naira dan Maya pun tidak luput dari perhatian Atta, walaupun sebenarnya kedua gadis itu bisa dipercaya.Aariz dan Alifa bahkan tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Meski Alifa selalu berusaha menutupi kehamilan dengan pakaian longgar, tetapi memakai pakaian yang sangat longgar bukan merupakan style Alifa. Alifa memang menyuk

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 168

    Bab 168"Sudah berapa bulan, Mbak?" tunjuk Atta pada perut Alifa."Berapa bulan?!" Perempuan itu sangat terkejut. Selama ini tidak ada yang tahu tentang kehamilannya selain mereka berdua."Mbak bisa menyembunyikan kehamilan pada semua orang, tetapi tidak padaku." Pria itu tersenyum, tapi senyumnya terasa amat misterius."Berapa bulan apanya? Kamu jangan macam-macam deh!" sergah Aariz. Tentu saja ia panik. Dia tidak menyangka ternyata ada orang yang mengetahui kehamilan Alifa, padahal mereka sudah berusaha maksimal untuk menutupi fakta itu."Aku hanya menginginkan kejujuran kalian. Mbak Alifa sudah hamil berapa bulan?" tegas pria itu. "Jangan coba-coba mengelak. Aku sudah tahu semuanya. Aku hanya ingin menguji kejujuran kalian."Alifa terlihat menghela nafas, sebelum akhirnya mendesah. "Sudah hampir 5 bulan, Ta. Dari mana kamu tahu jika aku hamil?""Akhir-akhir ini Mbak Alifa terlalu tertutup sama aku. Di awal aku malah berpikir jika Mbak ingin menghindariku setelah menikah dengan Mas

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 167

    Bab 167"Masa Mas bohong sih?"Setelah memberikan penjelasan panjang lebar kepada keluarga pasien, termasuk menahan kekesalannya terhadap keluarga pasien yang terlihat sama sekali tidak khawatir dengan keadaan anggota keluarganya, bahkan malah lebih khawatir kehilangan sawah ketimbang nyawa istri sendiri, Aariz langsung kembali ke ruangan pribadinya di rumah sakit umum ini. Tentu dia mencemaskan Alifa yang harus ia tinggalkan sendirian di ruangan ini, apalagi proses operasi pengangkatan rahim itu memakan waktu berjam-jam karena penuh dengan pendarahan dan prosedurnya jauh dari kata mudah.Sebagai seorang dokter kandungan, satu hal yang paling ia hindari adalah operasi pengangkatan rahim, karena ini yang paling krusial. Bukan cuma tingkat kesulitannya yang tinggi, tapi juga tingkat emosional, karena diangkatnya rahim dari tubuh seorang perempuan, berarti mematikan harapan perempuan itu beserta keluarganya untuk mendapatkan keturunan.Terbukti, dia harus berjuang mati-matian untuk meya

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 166

    Bab 166 "Mana suaminya? Panggil kemari ya." perintah Aariz kepada Nia, yang dengan segera dituruti gadis itu. Dia beranjak meninggalkan ruangan. Hanya berselang 5 menit, Nia sudah datang diiringi dengan dua orang laki-laki. Seorang laki-laki separuh baya, dan satu lagi merupakan laki-laki yang sudah tua renta. "Silahkan duduk." Pria itu mendengus kasar sebelum akhirnya ia berhasil menguasai dirinya. Sebenarnya dia ingin sekali marah, tapi dia tetap harus menjaga sikap. Ini adalah kedua kalinya dia bertemu dengan suami dari pasien yang mengalami pendarahan pasca operasi caesar ini. Dua tahun yang lalu dia juga menangani kasus yang sama. Jejak rekam medik pasien bernama Rusmina ini membuat Aariz rasanya ingin angkat tangan saja. "Mohon maaf, dua tahun yang lalu saya lah yang menangani persalinan ibu Rusmina, persalinan anak ketiga yang waktu itu pun juga mengalami kasus yang sama. Persalinan lewat operasi caesar dengan kasus plasenta akreta dan obesitas. Saat itu saya sudah m

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 165

    Bab 165"Aku ikut, Mas!" Perempuan itu mengambil tasnya, lalu memegang tangan sang suami, membuat Aariz menghela nafas berat. Dia tentu paham maksud sang istri."Kamu yakin? Mas tidak tahu kapan kita bisa pulang. Mungkin malam....""Tidak apa-apa. Aku bisa menunggu di ruang pribadi Mas seperti biasa.""Baiklah." Pria itu berjongkok, lalu mencium pipi anak sambungnya sekilas. "Papa dan Mama berangkat dulu ya. Gibran baik-baik sama tante Naira."Beruntungnya tidak ada drama yang menghambat kepergian mereka. Gibran anak yang anteng dan jarang rewel. Dia sudah biasa hanya bersama pengasuhnya. Aariz mengendarai mobilnya dengan terburu-buru, meski tidak ugal-ugalan. Dia tetap memperhatikan keselamatan berlalu lintas, apalagi ada istri di sampingnya.Alifa hanya terdiam. Dia tidak berminat untuk berbicara dengan sang suami, dan justru tenggelam dalam pikirannya sendiri. Frasatnya sudah tidak enak saat dokter Halimah menelpon. Alifa tahu dokter Halimah adalah orang yang loyal kepada suaminy

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 164

    Bab 164 "Program masih berjalan, walaupun tidak terlalu efektif. Ada orang yang dikhususkan untuk mengurusi itu," jelas Aariz. "Kok bisa? Bukannya kemarin banyak yang menyambut antusias program itu? Terutama para ibu hamil atau pasangan suami istri yang merencanakan kehamilan dan punya anak." Alifa menyerngitkan kening. Dia baru ingat, karena terlibat secara langsung saat launching program itu. Dan dia melihat sendiri bagaimana antusiasme para undangan yang memenuhi tempat acara itu, terutama ibu-ibu hamil yang memang pernah memeriksakan kandungan ke RSIA Hermina, atau yang sedang menjalani promil. "Mas juga kurang tahu apa sebabnya, tetapi Mas bersyukur masih banyak juga orang yang percaya dengan RSIA Hermina, dan masih banyak orang yang mau menitipkan uangnya agar nantinya mereka bisa merencanakan persalinan yang aman dan selamat." "Itu tujuan kita, bukan?" tukas Alifa. "Itu tujuan utama, di samping pihak rumah sakit pastinya akan mendapatkan dana segar yang bisa digunakan

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 163

    Bab 163Membayangkannya saja sudah membuat Alifa merasa ngilu, apalagi jika ia sendiri yang mengalaminya. Jangankan riwayat SC 3 kali, riwayat SC 1 kali pun pasien tidak boleh melahirkan di rumah, apalagi tanpa ada bantuan dari tenaga medis. Seharusnya ketika pasien akan melahirkan, harus dirujuk ke rumah sakit yang lengkap peralatan dan tenaga medisnya, karena melahirkan normal dengan riwayat SC sebelumnya rentan terjadi robekan rahim yang bisa mengancam jiwa, baik ibu maupun bayi.VBAC ( Vaginal Birth After Cesarean) atau persalinan normal setelah operasi caesar tidak bisa dilakukan sembarangan, harus di awasi ketat oleh dokter kandungan. Bukan cuma itu. Fasilitas operasi harus disiapkan untuk berjaga-jaga bila terjadi komplikasi di dalam persalinan, semisal robekan di rahim.Aariz benar-benar mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan sangat tinggi. Dia bahkan memijat pelipisnya berkali-kali dengan keringat dingin yang membasahi dahi. Bukan sekedar nyawa pasien yang menjadi taruhan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status