Share

Bab 46

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 20:05:52

Bab 46

"Ibu, apa kabar?" Aku mencium tangan yang mulai agak keriput itu.

Hari ini RSIA Hermina kedatangan tamu istimewa. Dialah Ibu Wardah Aurora, ibunda dari dokter Aariz El Fata, yang merupakan pemilik rumah sakit ini.

"Saya sangat sehat dan bahagia, apalagi hari ini bisa berjumpa sama kamu, Alifa. Kenapa jarang sekali main ke rumah utama, hmm...? Saya sangat merindukan cucu saya," ujarnya ramah.

"Aduh... maaf sekali, Bu. Kebetulan Dokter Aariz maupun Mas Atta belum sempat mengantar. Karena kalau bersama dengan adek Gibran, biasanya saya diantar langsung oleh salah satu dari mereka," jelasku. Sebenarnya agak sungkan juga. Aku melihat jelas dari sorot matanya seperti menahan kerinduan.

"Wanita yang penurut." Perempuan tua itu mengusap kepalaku, sentuhan yang hangat. "Saya merasa sangat senang, karena di bawah asuhanmu cucu saya tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia."

"Saya senang sekali bisa menyusui dan mengasuh Adek Gibran. Dia menganggap saya seperti ibunya sendiri, Bu." Aku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 47

    Bab 47[Selamat hari ibu, wanita yang hebat!Teriring doa, semoga tetap menjadi seperti ini, memberikan cinta yang besar kepada putramu.Alifa, bolehkah saya minta sesuatu? Saya ingin agar kamu menjadi Ibu yang sebenarnya untuk cucu saya, Gibran dan calon adik-adiknya nanti. Menikahlah dengan Aariz. Saya mohon....]Tubuhku lemas seketika. Bahkan secarik kertas itu terlepas dari peganganku, jatuh ke lantai.Isi kotak itu memang benar sebuah boneka beruang yang cantik dan berukuran mungil. Namun bukan itu saja. Ada sebuah kotak yang ternyata isinya adalah satu set perhiasan bertahtakan berlian. Sepertinya satu set perhiasan ini dipesan khusus, karena kotak perhiasannya tertera logo merek perhiasan itu."Mbak dilamar?" cicit Naira."Aku tidak mengerti, Naira. Ini membingungkan. Aku nggak tahu." Menggunakan tanganku yang gemetar, aku segera membungkus kembali barang-barang itu, berikut dengan kertas yang berisi tulisan tangan bu Wardah. Aku membungkusnya seperti semula, lengkap dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 48

    Bab 48"Ke rumah utama?" Aku sangat terkejut. Ini memang sudah lewat seminggu dari momen hari ibu, dan ini adalah hari terakhir tugas dokter Aariz sebelum menjalani masa cuti tahun baru.Di benakku langsung terbayang sosok ibu Wardah. Wanita baik hati itu pasti kini tengah menunggu jawabanku. Tapi apa yang harus kujawab? Terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan, termasuk ketidaktahuan dokter Aariz kalau ibunya sudah melamarku untuknya.Aku tidak bisa memprediksi bagaimana sikap dokter Aariz selanjutnya. Apakah ia memarahi ibunya, atau justru memarahiku yang tidak tahu apa-apa?Heran, kenapa bu Wardah bersikap begini? Wanita itu terlihat bijaksana, tapi kenapa malah memperlakukan putranya seperti anak kecil yang harus dipilihkan mainan?Aku benar-benar tidak habis pikir.Aku tidak bisa membayangkan bagaimana terkejutnya dokter Aariz ketika mengetahui jika ibunya sudah menjodohkannya dengan seorang perempuan."Iya, Alifa. Mama meminta kita semua untuk makan malam bersama. Kangen cu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 49

    Bab 49"Menikah?" Pria itu spontan mendekatkan telinganya ke mulut sang bunda. "Mama bilang apa tadi?""Jangan pura-pura tuli, Aaariz!" Wardah yang merasa jengah langsung mendorong wajah putranya dengan keras "Mama melihat hubunganmu dengan Alifa sudah cukup dekat. Kalian pun tampaknya merasa nyaman satu sama lain. Jadi kapan Mama bisa mendapatkan kabar baik itu?""Aku dan Alifa hanya berteman, karena Alifa itu ibu susu Gibran. Mama sendiri tahu, kan? Aku menerima keberadaan Alifa sebagai ibu susu yang Mama pilihkan untuk anakku." Aariz menatap ibunya dalam-dalam, berupaya menjelaskan, namun wajah itu terlihat sangat serius, bahkan mata tajamnya tak lepas memandangi mereka berdua. Sementara Atta duduk sedikit agak menjauh. Pria itu tengah fokus dengan ponselnya, seolah tak peduli jika di dekatnya ada perdebatan serius.Demi Tuhan, Atta hanya berpura-pura. Dia hanya sekedar memainkan game offline yang tak memerlukan fokus. Telinganya sudah tegak, ingin tahu bagaimana hasil pembicaraa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 50

    Bab 50"Siapa yang bilang kalian sudah dewasa?! Bagi Mama, kamu dan Atta adalah anak-anak kecil yang tetap butuh bimbingan. Mama wajib mengarahkan kalian, memastikan agar jalan hidup kalian lurus, tidak bengkok. Asal kamu tahu, Winda itu tidak sebaik yang kamu kira, dan kamu akan rugi besar, karena sudah memperjuangkannya. Lagi pula, keluarga Subrata tidak merestui kalian. Apalagi yang kamu harapkan, Aariz?" Rasanya Wardah ingin meledak saja. Memberi pengertian pada putranya di tengah keinginannya untuk menjaga sebuah rahasia, ternyata amatlah sulit."Ada Gibran di antara kami, Ma.""Mereka sudah menyerahkan Gibran sama kamu. Dan itu berarti Gibran adalah anak kamu, bukan anak Winda!""Tetap saja Gibran lahir dari rahimnya, Ma!""Aariz, menjadi seorang ibu bukan hanya sekedar hamil dan melahirkan, tetapi juga mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Kamu tentu ingat, jika seorang ibu itu adalah pendidik yang paling utama, dan semua peran itu diambil oleh Alifa, kecuali hamil dan melahirkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 51

    Bab 51 "Apa itu syaratnya, Ma?" tanya Aariz. "Kamu dan Gibran harus melakukan tes DNA!" Apa??! Bukan cuma dokter Aariz, tetapi aku pun menganga. Bukankah Gibran adalah anaknya dokter Aariz dengan istrinya yang bernama Winda? Kenapa harus tes DNA segala? Apakah Atta tidak bisa dipercaya sehingga ada kemungkinan bayi mereka tertukar saat di rumah sakit? Saat itu hanya Atta yang menunggui Winda di rumah sakit menjelang proses persalinannya. Dokter Aaariz tidak bisa menunggui istrinya, karena ada pasien yang harus ia tangani, terlebih dia tidak sanggup untuk menghadapi kenyataan jika harus kehilangan Winda. Bisa saja kan saat itu Atta kehilangan kewaspadaan, sehingga tidak sadar jika pihak rumah sakit menukar bayi yang merupakan keponakannya itu dengan bayi yang lain? Tapi bagaimana mungkin? Winda melahirkan di sebuah rumah sakit yang bahkan jauh lebih baik daripada RSIA Hermina karena perintah dari orang tuanya yang menginginkan pelayanan eksklusif. Tidak mungkin pihak rumah s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 52

    Bab 52"Kalian tidak salah sampel, kan? Yang kalian teliti itu sampel yang saya kasih kepada kalian tadi malam, kan?!""Betul sekali, Dok. Sama sekali tidak ada kesalahan sampel. Dan itu adalah hasil real, bukan rekayasa. Kami tidak berani melakukan kejahatan, Dok. Anda, Aariz El Fata dan ananda Gibran Adirama El Fata bukanlah ayah dan anak kandung," jawab petugas laboratorium itu dengan takut-takut. Tentu saja dia takut, karena ini merupakan kejutan untuk mereka. Tidak mungkin kan, pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja ini sampai kecolongan sehingga tanpa sadar memiliki anak yang ternyata bukan anak biologisnya?Pria itu menggeram. Rahang yang mengetat, dengan tangan yang mengepal sehingga kertas berisi hasil tes DNA itu menggumpal menjadi satu. Namun dia tidak bisa mengucap sumpah serapahnya di sini.Semarah apapun dirinya, dan masalah apapun yang menimpanya, tetap saja dia adalah seorang dokter yang harus menjaga reputasinya sebaik mungkin."Baiklah, hasil ini saya terima. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 53

    Bab 53Biasanya pria itu selalu nempel pada putranya di setiap ada kesempatan. Bahkan dia sampai bela-belain membawaku dan Gibran ke RSIA Hermina hanya demi supaya bisa selalu bersama putranya.Namun sampai hari ini, pria itu tidak kunjung muncul, padahal Gibran selalu menanyakan papanya. Bertanya kepada ibu Wardah tentunya aku merasa sungkan, sebab ini pasti ada kaitannya dengan tes DNA.Bagaimana dengan hasil tes itu? Kenapa dokter Aariz maupun ibu Wardah tidak memberitahukan hasilnya kepadaku?Padahal ini sangat penting, karena aku adalah ibu susunya. Sekecil apapun informasi tentang putraku, aku harus tahu."Pa pa." Mulut mungil itu kembali bergerak-gerak."Papa lagi kerja, Sayang. Jangan dicariin terus. Nanti Papa pasti pulang kok dan bisa bermain lagi sama Adek," bujukku. Gibran merangkak ke sana kemari berusaha menggapai mobil-mobilan yang biasa dimainkan oleh papanya. Aku mencoba memainkan mobil itu dan selalu bertepuk tangan ketika Gibran berhasil mengejar mobil-mobilannya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 54

    Bab 54Tubuhku langsung berkeringat dingin, tak menyangka jika mantan ibu mertuaku hadir di acara ini. Aku tidak takut dengan hinaan yang mungkin akan terlontar dari mulut pedas wanita itu, tetapi yang aku takutkan jika ibu Wardah merasa dipermalukan."Kamu Alifa?""Oh... jadi Bu Yunita kenal sama anak angkatnya Bu Wardah ini?" tanya salah seorang ibu yang mengenakan kerudung berwarna putih."Sangat kenal malah, Bu," jawab mama Yunita dengan tatapannya yang penuh arti kepadaku. "Dia ini adalah mantan menantu yang pernah saya ceritakan dulu. Anak saya menceraikannya karena dia berselingkuh.""Oh... ternyata dia janda. Kirain masih gadis toh." Mata wanita-wanita itu diarahkan kepadaku, kecuali mata sang punya rumah yang sudah tahu identitasku, karena diperkenalkan oleh ibu Wardah saat berada di teras rumah ini."Dia memang janda, ibu-ibu. Kalau nggak janda, mana mungkin mau menjadi ibu susu cucu saya. Jadi, Alifa ini ditalak suaminya saat dalam keadaan hamil. Nah... kemudian dia melahir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04

Bab terbaru

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 146

    Bab 146"Aku yang membuat mereka bercerai, dan aku pula yang harus membuat mereka rujuk. Ini sama sekali tidak lucu, Winda.""Tapi aku menginginkan mereka bisa rujuk," ucapnya berapi-api. Perempuan itu sangat cantik, dengan tubuh semampai, dengan kulit wajah yang begitu glowing. Namun kecantikan tubuhnya tidak lantas membuat hatinya juga cantik. Winda salah langkah. Dia berpikir Aariz tetap mencintai setelah mereka di cerai paksa, dan ia menikah lagi. Tak pernah disangka jika ternyata mantan ibu mertuanya menghadirkan perempuan baru yang bisa mengalihkan dunia Aariz.Kini terpaksa ia mati-matian mengembalikan cintanya. Segala cara harus ia lakukan."Atau kamu ingin jika aku menyingkirkan Alifa dengan cara kasar?!""Apa urusannya denganku? Tapi sekedar mengingatkan, sebaiknya kamu berpikir ulang untuk menyingkirkan Alifa. Status Alifa saat ini cukup kuat. Dia mendapatkan kasih sayang dan perlindungan dari keluarga El Fata, beda jauh saat kamu masih menjadi istrinya dokter Aariz. Kamu

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 145

    Bab 145"Papa berangkat dulu ya, Sayang." Pria itu menggendong baby Arga, lalu mendaratkan kecupan di wajah mungil itu sekilas, dan menyerahkan kembali kepada Donita."Mas jadi menengok bu Eli?""Buat apa?" Pria itu merotasi malas kedua bola matanya, lalu menatap wanita itu tanpa kedip. "Apa untungnya buatku? Dia hanya ingin meminta perhatianku dan aku tidak akan pernah memberikan perhatianku lagi kepadanya.""Dengan alasan kemanusiaan....""Jika kamu pikir selama ini aku bukan manusia, rasanya kamu sudah salah paham. Aku sudah memanusiakan Eliana, memberinya kesempatan untuk hidup, dan memberinya kesempatan untuk kembali dekat dengan anaknya. Apa itu bukan manusia namanya?! Padahal untuk kesalahan sebesar yang sudah ia perbuat, dia sebenarnya lebih pantas untuk mati.""Dendam itu tidak baik, Mas."Aku sedang tidak membalas, tetapi membiarkan tangan Tuhan bekerja. Mungkin ini karma buat dia.""Mas." Perempuan itu memegang tangan Keenan setelah ia kembali merebahkan baby Arga di pembar

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 144

    Bab 144"Saya hanya memberi kesempatan kepada Eliana untuk kembali dekat dengan putrinya, tapi bukan berarti itu adalah lampu hijau untuknya bisa kembali memanfaatkan saya. Dan saya pikir, ini memang bagian dari rencananya. Siapa lagi yang bisa dimintai tolong selain saya?!" Keenan menerima selembar kertas itu dari Ina sore ini saat ia baru pulang kerja.Dia membacanya sekilas. Alamat sebuah rumah sakit, dan ia tahu lokasinya."Tapi kasihan Bu Eli. Dia bilang dia kena tumor payudara dan harus dioperasi besok pagi," sahut Ina. Gadis itu memandangi Keenan tanpa berkedip."Kamu pikir dia hanya sekedar minta support, dukungan, atau minta ditengok, gitu aja?!" tukas pria itu."Jangan terlalu polos, Ina. Kamu ini baby sister anak saya, dan tahu benar bagaimana sikap Eliana selama ini. Tidak mungkin kan tiba-tiba saja dia baik dengan anaknya sendiri, yang sejak lahir sudah ia abaikan, kalau nggak ada apa-apa?!""Saya pun juga berpikir ke arah sana, Pak. Tapi saya hanya kasihan. Mungkin Bu El

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 143

    Bab 143"Nggak! Nggak mungkin! Nggak mungkin! Nggak!" Perempuan itu seketika berteriak histeris. Tempo hari Eliana hanya mendapatkan pemeriksaan fisik, kemudian hasilnya akan dicek di laboratorium. Dan hari ini dia diberitahu hasilnya oleh dokter spesialis."Mohon maaf, Bu. Tapi saya menyatakan hal yang sebenarnya. Saya mendiagnosa sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Ibu positif mengidap tumor payudara....""Jadi...." Mata perempuan itu seketika mengembun."Tidak ada jalan lain untuk menghentikan semuanya, Bu. Kedua payudara Ibu harus segera dioperasi untuk menghindari penyebaran yang tidak bisa kita kendalikan.""Saya harus kehilangan payudara saya, Dok?""Daripada Ibu harus kehilangan nyawa Ibu, bagaimana?"Lunglai rasanya seluruh persendian Eliana. Vonis ini sangat mengerikan dan dia tak pernah membayangkan jika akibat dari penolakan menyusui bayinya dulu berakibat fatal. Setidaknya itu penjelasan yang diterimanya dari dokter spesialis. Menyusui bayi di tengarai bukan cuma b

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 142

    Bab 142Eliana melenggang santai menuju sofa dan duduk di kursi nan empuk itu. Tak terlihat gurat lelah dan marah di wajahnya. Perempuan itu ternyata pandai berakting."Aku tunggu di sini, Ina. Aku ingin bertemu dengan putriku. Sudah sebesar apa dia sekarang?" Matanya berbinar-binar saat menyebut nama putrinya."Tapi, Bu....""Percayalah, aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya ingin bertemu dengan Sherina, putriku. Sudah lama aku tidak ke sini. Bukan aku tidak ingin bertemu putriku, tapi Mas Keenan yang melarang. Bahkan aku bersabar dengan menemui Mas Keenan di kantor saja, walaupun aku sangat ingin menemui Sherina kembali. Dulu mas Keenan memintaku untuk lebih memperhatikan Sherina, dan sekarang aku memenuhi keinginannya." Eliana mengarang alasannya panjang lebar.Ina langsung berdecih. Kemarin kemana saja? Saat orang-orang, bahkan Sherina sekalipun sudah putus harapan dengan peran Eliana sebagai seorang ibu, kenapa sekarang baru ingat jika ia memiliki seorang putri kecil yang butuh

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 141

    Bab 141Wanita itu mendengus. Dia mengibaskan tangannya kasar demi melepaskan pegangan tangan dua orang petugas security yang menyeretnya sampai ke luar gedung. Ditonton secara gratis oleh ratusan orang yang kebetulan berpapasan dengan mereka tak lagi menumbuhkan rasa malu di hati Eliana. Hatinya sudah mati. Dia sudah terbiasa dengan tatapan sinis semua orang. Meski jika dipikir-pikir, dia seperti seorang pengemis saja, yang meminta uang untuk biaya hidup sehari-hari kepada mantan suami.Dia sudah tak punya harga diri. Namun Eliana tak punya pilihan. Ekonomi keluarganya sudah berada di titik nadir. Dia sudah mencoba mencari pekerjaan, tetapi tak ada pekerjaan yang layak untuknya. Dia memang berpendidikan di luar negeri, namun dia tidak serius menuntut ilmu. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk clubbing dan pesta yang menghabiskan uang milik orang tuanya. Jadi tidak ada hal yang bisa dibanggakan dengan pendidikannya di luar negeri, bahkan dia diberhentikan secara paksa dari u

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 140

    Bab 140Keenan tahu, orang yang dimaksud oleh dokter Aariz itu adalah Eliana, dan dokter Aariz juga memberi tindakan operasi caesar kepada Eliana atas paksaannya, karena pria itu tidak mau terlalu lama mendengarkan umpatan kesakitan dari mantan istrinya itu.Pria itu mendengar dengan jelas apa yang disampaikan oleh dokter Aariz. Obrolan mereka sangat jelas terdengar. Namun Keenan sengaja tidak mau turut campur. Tidak ada urusan dengannya. Lagi pula sepertinya Alifa memang hanya menginginkan bertemu dengan Donita.Terlihat jelas dari sikap dokter Aariz bahwa dia begitu posesif. Dia dan dokter Aariz sama-sama laki-laki dan tentu tahu bagaimana caranya agar pasangan tidak lagi berhubungan dengan mantan. Jelas sekali bahwa pria itu tidak menginginkan Alifa berhubungan kembali dengan mantan suaminya, walaupun hanya sebatas berteman."Apa aku terlihat menyedihkan?" Pria itu memutar bola matanya malas sembari berjalan mendekat setelah sepasang suami istri itu meninggalkan ruangan perawatan

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 139

    Bab 139"Sepanjang kondisi kamu masih memungkinkan, Mas pasti mengizinkan." Aku berbaring dengan posisi miring menghadapnya. Pandangan kami beradu, aku mencoba menyelami apa yang ada di dalam pikirannya.Barusan ia bilang jika Donita sudah melahirkan, dan aku spontan mengemukakan keinginan untuk menjenguk Donita di rumah sakit, lagi pula itu adalah rumah sakit milik suamiku sendiri, seharusnya kan tidak masalah."Tapi ingat kamu nggak boleh mual-mual atau menunjukkan ekspresi yang mencurigakan, karena kita harus menyembunyikan kehamilan kamu," ujarnya lagi."Sampai saat ini aku masih tidak mengerti apa alasan Mas menyembunyikan semuanya.""Kelak kamu pasti akan mengerti jika usia kandunganmu sudah memasuki trimester ketiga.""Mas menyembunyikan sesuatu dariku," rajukku."Ini untuk kebaikanmu dan keluarga kita, jangan sampai kamu kenapa-kenapa." Pria itu melingkarkan tangan di pinggangku dan wajah kami pun terpadu. Dia mencium keningku lalu berlanjut ke pipi.Aku mendengus. "Mas selal

  • Menyusui Bayi Dokter Tampan    Bab 138

    Bab 138Pria itu tidak berbohong. Aariz menjamin jika Donita bisa melahirkan secara normal.Dan benar saja. Begitu pembukaan sudah lengkap, pria itu memberi instruksi Donita untuk segera mengejan Seorang bayi laki-laki lahir, dan suara tangis pertamanya memenuhi seisi ruangan persalinan, membuat Keenan seketika mengucap syukur. Lantaran Donita menggunakan metode ELA, jadi dia bisa lebih fokus dan tenang untuk mengejan. Dan hasilnya, perempuan itu hanya menerima dua bonus jahitan saja.Luar biasa, bukan?"Selamat ya Donita. Tuh, bisa kan lahiran normal?" Pria itu mengacungkan jempol setelah dokter anak mengambil alih bayi itu untuk diobservasi."Perjuangan yang luar biasa. Untung dokternya sabar." Perempuan itu menanggapi sambil tersenyum. Saat digigit pun, Donita tetap tenang karena rasanya memang tidak terlalu sakit, beda sekali jika menjahit. jalan lahir tanpa bius sama sekali.Itu karena kamu bersedia untuk berjuang. Kalau pasien nggak mau diajak berjuang dan maunya minta SC, ya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status