Randi merasa situasi semakin tidak nyaman, tiba-tiba mendapatkan ide. "Bagaimana kalau kita bertiga pergi bersama? Kita bisa membuat ini lebih menyenangkan!"Via terkejut, "Eh, maksudmu?"Randi melanjutkan, "Ya! Kita bisa menjadi rekan bisnis yang hebat. Raysa, bagaimana kalau kamu bergabung dengan kami? Kita bisa brainstorming bersama."Raysa merasa terkejut sekaligus bingung. Di satu sisi, dia ingin menolak ajakan itu, tetapi di sisi lain, dia tidak ingin terlihat pengecut di depan Randi. "Oh, itu terdengar menarik, tetapi aku tidak yakin seberapa banyak bisa membantu.""Ah, kamu pasti bisa membantu!" Randi meyakinkan sambil tersenyum. "Setiap orang punya keahliannya masing-masing."Via melihat ke arah Randi dengan harapan. Mungkin, dengan kehadiran Raysa, mereka bisa menjadikan situasi ini lebih baik.Namun, Raysa hanya tersenyum, mencoba berpura-pura tidak peduli. "Baiklah, aku akan ikut. Tapi ingat, aku hanya ingin yang terbaik untuk semua orang di sini, terutama untuk diri sendi
Reza duduk di ruang kerjanya, berusaha menyusun langkah strategis dalam penyelidikan internal terkait pembelian yang merugikan perusahaan. Dani, yang menyamar sebagai orang kepercayaan Reza di RB Skincare, telah memberikan laporan awalnya, namun Reza masih merasa ada banyak hal yang belum terungkap.Reza melihat ke arah Dani yang berdiri di hadapannya dengan wajah serius. "Apa yang kamu temukan sejauh ini, Dan?" tanya Reza sambil merapikan beberapa dokumen di mejanya.Dani mengambil napas dalam sebelum menjawab, "Aku menemukan pola pembelian yang tidak wajar, terutama terkait supplier bahan baku. Ada beberapa transaksi yang sepertinya di-mark-up oleh pihak ketiga, dan anehnya, Raysa terlibat dalam proses persetujuan pembelian itu."Reza mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah yang sudah lama membara. "Aku sudah menduga. Raysa selalu ada di balik skandal seperti ini, tapi kita harus punya bukti yang lebih kuat sebelum bisa menyeretnya keluar."Dani mengangguk. "Betul, kita tidak
Reza duduk di meja kantornya dengan segudang berkas yang menumpuk di hadapannya. Sudah lima bulan sejak ia bergabung dengan perusahaan, dan situasinya semakin rumit setiap hari. Laporan keuangan menunjukkan kerugian besar, sementara pembelian bahan baku untuk RB Skincare tampak mencurigakan.Dani, yang saat itu menjadi tangan kanan Reza, mendatangi ruangan dengan raut serius. "Bos, kita punya masalah besar," katanya sembari menyerahkan dokumen dengan beberapa transaksi yang terlihat janggal. "Ada tanda tangan Anda di dokumen-dokumen ini, padahal kontrak ini sudah berlangsung sebelum Anda bergabung di perusahaan."Reza memandang dokumen-dokumen itu dengan kening berkerut. "Aku tidak pernah menandatangani ini. Kenapa ada namaku?""Sepertinya seseorang mencoba menjebak Anda. Semua ini sudah terjadi sejak lama, tapi tanda tangan Anda dipalsukan untuk membuatnya seolah-olah ini kelalaian Anda," jelas Dani.Reza terdiam sesaat. Di dalam benaknya, satu nama terlintas—Pak Bima, pamannya. Oran
Chandra duduk gelisah di ruang kerja Pak Bima, menatap ayahnya yang berjalan mondar-mandir di depan jendela besar. Wajah Pak Bima terlihat tegang, menunjukkan bahwa situasi ini lebih serius dari yang ia duga. Setelah beberapa saat, Pak Bima menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Chandra dengan tajam."Chandra," kata Pak Bima dengan nada tegas, "kau tahu kita tidak bisa membiarkan kasus ini lepas kendali. Perusahaan dalam masalah besar. Kau harus ikut dalam rencana ini."Chandra menghela napas berat. "Papa, aku tidak mau terlibat lebih jauh lagi, terutama kalau ini soal Raysa. Aku tidak akan berhubungan lagi dengannya. Ini bukan urusanku."Mendengar nama Raysa, Pak Bima semakin berang. "Ini bukan soal mau atau tidak mau, Chandra! Kau tahu betul bahwa Raysa bisa terlibat dalam masalah besar kalau kita tidak mengambil tindakan sekarang. Dia tahu terlalu banyak tentang transaksi itu, dan dia mungkin saja dihubungi oleh pihak-pihak yang menyelidiki kasus ini. Kau harus memperingatkan
Via tersentak mendengar pernyataan Eyang Wiryo tentang rencana perjodohannya dengan Chandra. Dalam hatinya, ia benar-benar terkejut. Ia tidak pernah menyangka bahwa Eyang Wiryo, yang selalu ia anggap sebagai sosok nenek yang baik dan sederhana, ternyata adalah orang kaya dengan kekuasaan besar. Lebih dari itu, fakta bahwa ia harus dihadapkan pada perjodohan yang tidak ia inginkan membuatnya merasa terjebak.Via menatap Eyang Wiryo dengan mata yang mulai berkaca-kaca, merasa semua tekanan datang begitu tiba-tiba. Dia menahan napas sejenak sebelum berkata dengan suara yang gemetar namun tegas, "Eyang... sebenarnya, aku sudah menikah."Pernyataan itu membuat ruangan terasa hening. Chandra, yang tadinya duduk dengan tenang, tiba-tiba terlihat terkejut. Dia membeku, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Matanya menyipit, menahan emosi yang mulai memuncak di dadanya.Eyang Wiryo mengernyitkan dahi, jelas tidak menduga hal itu. "Kau sudah menikah, Via?" Eyang bertanya dengan na
Dani akhirnya menemukan bukti kuat mengenai penyelewengan dana besar-besaran yang melibatkan Chandra dan Raysa. Setiap kali ia memeriksa catatan transaksi dan faktur pembelian, angka-angka yang tidak wajar semakin jelas. Pembelian bahan baku fiktif dan pengalihan dana ke rekening pribadi Raysa menjadi bukti krusial. Ini bukan hanya skema biasa, tapi rencana yang sudah dijalankan sejak lama oleh Chandra, dan Raysa terlibat langsung sebagai eksekutornya.Setelah mengumpulkan bukti yang cukup, Dani segera melapor ke Reza. Reza, yang sudah mencium adanya penyelewengan, merasa lega sekaligus murka. Mereka segera memutuskan untuk menggelar rapat dengan seluruh pemegang saham guna membahas masalah ini secara terbuka. Namun, Reza tahu bahwa ini bukan hanya tentang uang, tapi tentang reputasi keluarga dan posisinya di perusahaan. Chandra dan Raysa telah bermain licik di belakangnya, dan dia tahu mereka tidak akan menyerah tanpa perlawanan.Sementara itu, Pak Bima, paman Reza, sudah mendengar t
Pak Bima duduk di kantornya dengan tatapan licik. Dia baru saja menerima kabar dari informannya yang membuatnya tersenyum puas. Fakta bahwa Reza pernah menikah dengan Raysa memberinya peluang besar untuk memojokkan keponakannya.“Kau pikir bisa lolos dari ini, Reza? Masa lalumu akan menghancurkanmu,” gumamnya sambil mengerutkan dahi, memikirkan langkah berikutnya.Dia pun memanggil Chandra ke kantornya. “Kita akan mainkan ini dengan halus, Chandra. Sebarkan rumor tentang Reza yang menggelapkan uang perusahaan Raysa saat mereka masih menikah. Pastikan semua pemegang saham tahu, dan biarkan mereka mempertanyakan integritas Reza.”Chandra tersentak ketika mendengar bahwa Raysa adalah mantan istri dari sepupunya. "Oh My God, jadi selama ini Reza suami Raysa!" batin Chandra kesal. Chandra ragu sejenak, tetapi tahu bahwa dia tidak bisa menolak perintah ayahnya. “Apa ini tidak terlalu berlebihan, Pa?”Pak Bima tersenyum dingin. “Tidak ada yang berlebihan ketika kita bicara soal kekuasaan, C
Setelah skandal tentang dirinya dipublikasikan, Raysa merasa hidupnya hancur. Semua mata memandangnya dengan tuduhan, seolah seluruh dunia menyalahkannya. Kemarahan membuncah di dalam dirinya, dan satu-satunya orang yang bisa ia pikirkan adalah Chandra.Raysa segera menuju rumah Chandra dengan tekad bulat. Begitu sampai di sana, tanpa basa-basi, dia langsung mengetuk pintu dengan keras. "Chandra! Buka pintunya!" serunya dengan nada tegas.Tak lama, Chandra membuka pintu dengan wajah penuh kejengkelan. "Apa lagi sekarang, Raysa? Bukankah sudah cukup masalah yang kamu buat?""Masalah? Kamu mau bicara soal masalah?" Raysa menatapnya dengan tajam. "Kamu pikir aku yang membuat semua ini? Pak Bima menggunakan aku sebagai kambing hitam, dan kamu duduk tenang seolah tidak terlibat apa pun!"Chandra menghela napas panjang dan dengan kasar berkata, "Dengar, Raysa. Aku tidak ada hubungannya dengan ini. Kamu yang terlibat, jadi jangan coba-coba menyeretku ke dalamnya."Raysa, yang sudah sangat te
Raysa termenung di tepi jendela kamarnya, menatap matahari yang mulai condong ke barat untuk menyentuh peraduan. Warna kuning keemasan menghias langit dengan indah, tetapi tak mampu mengindahkan perasannya saat ini. Fakta tentang Reza yang ternyata merupakan salah satu anggota keluarga kaya dan kini telah sukses sebagai pengusaha, menampar keras kebodohannya di masa lalu yang dengan sengaja membuang pria itu dari hidupnya. Andai bisa lebih sabar, Reza pasti saat ini masih menjadi miliknya. Namun, apa mau dikata, semua sudah terjadi dan waktu tak bisa diulang kembali. Rasa sesal menggerogoti hati Raysa tanpa ampun. Dia benar-benar menjadi sangat tidak terima dengan kenyataan bahwa Reza kini telah menjadi suami Via dan secara tidak langsung, dia sendirilah yang menjadi jembatan untuk kedua orang tersebut. “Aaarrrggght!” Raysa menjambak rambutnya, rahang wanita itu mengeras, seiring gigi yang berbunyi karena saling beradu. Embusan napasnya tak lagi terdengar santai, penyesalan dan ra
Bab: Janji yang BeratSetelah konfrontasi dengan Pak Bima, Reza kembali ke rumah dengan wajah yang tegang. Ia langsung mencari Via, yang saat itu sedang duduk di ruang keluarga. Via tengah berusaha menenangkan diri dengan membaca buku, tetapi pikirannya tetap gelisah. Begitu melihat raut wajah suaminya, ia tahu ada sesuatu yang serius."Reza, apa yang terjadi?" tanyanya sambil menutup buku dan meletakkannya di pangkuan.Reza berjalan mendekat, duduk di sampingnya, dan langsung meraih tangannya. Ia menatap Via dengan penuh kesungguhan. "Aku sudah bertemu dengan Pak Bima. Dia tidak akan berhenti begitu saja, Via. Tapi aku berjanji, aku akan melindungimu dari semua ini."Via mengangguk pelan, tetapi hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. Janji Reza adalah penguat, tetapi tidak cukup untuk menghilangkan rasa takut yang terus menghantuinya."Reza," katanya pelan, mencoba meredam suaranya agar tidak terdengar gemetar, "aku percaya padamu. Tapi... aku takut. Semua ini terasa terlalu berat untu
Konfrontasi di Perusahaan Di kantor, suasana menegang saat Reza memanggil Chandra ke ruangannya. Chandra, yang awalnya terlihat percaya diri, mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dari ekspresi dingin sepupunya. “Chandra,” suara Reza terdengar tenang, namun sarat dengan ketegasan, “Aku ingin kita berbicara serius hari ini. Tentang kamu, Raysa, dan segala permainan yang kalian jalankan di belakangku.” Wajah Chandra langsung berubah pucat. Ia mencoba menyangkal. “Saya tidak mengerti maksudmu. Apa yang akmu bicarakan?” Reza meletakkan flash drive di atas meja. “Aku punya rekaman percakapanmu dengan Raysa. Kau pikir aku akan membiarkan kalian terus menghancurkan hidupku dan Via?” Chandra tercekat, berusaha mencari alasan. “Om, itu bukan seperti yang terlihat. Saya hanya...” Reza memotong dengan nada dingin, “Hanya ikut campur dalam urusan pribadiku? Hanya berusaha menghancurkan istri yang kucintai? Cukup, Chandra! Aku sudah cukup bersabar dengan semua ini.” Reza berdiri,
Malam itu, Reza duduk di ruang kerja dengan laptopnya terbuka. Ia memeriksa rekaman yang diberikan Lisa kepada Via, mencatat setiap detail penting. Ada sesuatu yang memberinya ide—rekaman ini bisa menjadi kunci untuk membalikkan keadaan.Namun, saat Reza berencana untuk melibatkan pengacaranya, Via tiba-tiba masuk ke ruang kerja dengan tatapan penuh tekad.“Aku ingin menghadapi Raysa sendiri,” katanya.Reza menoleh, terkejut. “Via, ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang kita. Biarkan aku menangani ini.”Via menggeleng. “Sudah terlalu lama aku diam, Reza. Aku selalu mengandalkanmu untuk melindungiku, tapi aku sadar, jika aku terus begini, mereka akan berpikir aku lemah. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku juga bisa bertarung.”Reza terdiam sesaat, lalu mengangguk perlahan. “Baik, tapi kita hadapi ini bersama.”Via dan Reza memutuskan untuk mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi semua rumor yang beredar. Dalam ruangan yang dipenuhi wartawan, Via berdiri di depan podi
Via berdiri di kamar dengan ponsel Reza di tangannya. Pesan dari Raysa tampak mencolok di layar:"Aku tahu kamu masih peduli padaku, Reza. Jangan bohongi dirimu sendiri. Aku akan menunggu kapan pun kamu siap kembali."Pesan itu membuat darah Via mendidih. Selama ini, ia sudah mencoba bertahan di tengah segala hinaan dan fitnah. Namun, pesan itu membuatnya merasa seolah-olah semua perjuangannya sia-sia.Saat Reza masuk ke kamar, ia melihat Via menatapnya dengan mata penuh amarah dan rasa sakit. “Reza, apa maksud semua ini?” Via menunjukkan layar ponselnya.Reza mengernyit. Ia mendekat untuk melihat pesan tersebut, lalu menghela napas berat. “Via, dengarkan aku. Aku tidak pernah membalas pesannya, apalagi memiliki hubungan apa pun dengannya.”Namun, Via sudah terlalu lelah untuk menerima penjelasan. “Kalau begitu, kenapa dia masih berani menghubungimu seperti ini? Apa yang membuat dia merasa punya hak untuk mengatakan semua itu?”Reza mencoba mendekati Via, tapi istrinya mundur selangka
Malam itu, setelah konferensi pers selesai, Via tidak bisa tidur. Ia merasa semua tindakan Reza untuk membelanya hanya memperburuk keadaan. Berita dan komentar di media sosial semakin menjadi-jadi. Bahkan, beberapa pasien di kliniknya mulai membatalkan jadwal konsultasi dikliniknha, membuatnya merasa reputasi kliniknya juga ikut hancur. Banyak pelanggan mengkritik meminta Via untuk di pecat. Pagi harinya, saat Via duduk di meja makan dengan tatapan kosong, Lisa datang untuk mengecek kondisi Bu Diana. Melihat Via yang tampak tidak bersemangat, Lisa langsung bertanya, “Vi, kamu kelihatan makin drop. Ada apa lagi? Aku dengar berita itu viral lagi.”Via hanya mengangguk lemah. “Aku lelah, Lis. Aku gak tahu lagi harus gimana.”Lisa menghela napas panjang. “Vi, kamu harus tegas. Kalau ini memang ulah Raysa, kamu gak bisa terus-menerus diam dan biarkan dia menang. Aku yakin Reza juga akan mendukungmu.”Namun, Via menggeleng. “Aku tidak yakin, Lis. Semakin Reza mencoba membelaku, semakin ban
Malam itu, ketika Reza tiba di rumah, ia langsung mencari Via untuk membicarakan kejadian di kantor. Namun, ia mendapati istrinya sedang duduk di ruang tamu dengan wajah lelah dan pandangan kosong. Raut wajah Via sudah cukup bagi Reza untuk tahu bahwa istrinya telah mendengar sesuatu yang buruk lagi.“Via, ada apa? Apa yang terjadi hari ini?” tanya Reza, mencoba mendekati istrinya.Via mengangkat pandangan, matanya sudah basah oleh air mata yang tertahan. “Reza, apa kamu tahu seberapa jauh Raysa mencoba menghancurkan aku? Aku merasa tidak punya tempat lagi di dunia ini.”Reza terkejut mendengar nada suara Via yang begitu hancur. “Apa maksudmu? Apa dia melakukan sesuatu lagi?”Via mengangguk perlahan. “Hari ini, aku mendengar gosip dari beberapa orang di klinik. Mereka membicarakan skandal lama kita… saat aku dan kamu ditangkap di hotel. Mereka mengaitkannya dengan statusku sebagai istrimu sekarang, seolah-olah aku adalah wanita murahan yang merebutmu dari Raysa. Aku malu, Reza... Aku
Setelah acara berakhir, dalam perjalanan pulang, Via tak mampu menahan lagi emosinya. Di dalam mobil, ia menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. “Aku lelah, Reza. Selalu dihina, dianggap rendah… semua hanya karena aku menikah denganmu. Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini?”Reza menggenggam tangannya, mencoba menenangkan hati istrinya. "Aku akan selalu melindungimu, Via. Apa pun yang terjadi, aku akan memastikan mereka berhenti meremehkanmu. Bahkan jika itu berarti aku harus meninggalkan semua ini demi kita."Namun di lubuk hati, Via mulai mempertanyakan apakah cinta mereka mampu bertahan di tengah tekanan seperti ini, dan apakah Reza benar-benar mampu mengatasi ambisi keluarga besar Wijaya yang penuh intrik demi dirinya.Sesampainya di rumah, Via merasa benar-benar lelah dan tertekan. Semua perkataan hinaan, tatapan tajam, dan sindiran selama acara tadi masih terngiang di kepalanya. Sejak pernikahannya dengan Reza, ia tak pernah merasa diterima penuh oleh lingkungan keluarga be
Konflik yang dihadapi Via dan Reza mulai meruncing, terutama setelah Raysa dan Chandra semakin berani menjalankan rencana mereka. Raysa, yang tahu betul titik lemah Via, mulai menyusun skenario untuk mempermalukan dan menyudutkan Via di depan publik.Suatu pagi di klinik, Via menerima telepon dari seorang wartawan yang menanyakan kabar tentang "Masa lalu Raza," dan posisinya sebagai istri pewaris Wijaya Nikel. Wartawan itu, yang jelas-jelas telah mendapat bocoran dari Raysa atau Chandra, berusaha memancing Via untuk memberikan pernyataan resmi tentang tuduhan merebut suami orang, Via yang terkejut dengan pertanyaan tersebut, langsung menyadari bahwa sesuatu sedang dipermainkan.Namun masalah ini tak berhenti di situ. Setelah hari yang melelahkan, Via menerima undangan acara amal dari perusahaan Reza, di mana ia diharapkan hadir sebagai pendampingnya. Reza berharap kehadiran mereka sebagai pasangan akan memulihkan citra mereka. Via, meski ragu, akhirnya setuju demi menjaga kehormatan s