Pagi itu, saat Reza baru saja terbangun di kursi ruang rawat Raysa, terdengar suara berita dari TV di ruangan sebelah. Suara pembawa berita yang lantang dan jelas membuat Reza terperangah."Berita mengejutkan datang dari salah satu perusahaan skincare terbesar. Mantan suami dari Raysa, terlihat di rumah sakit di paviliun kandungan, di mana Raysa dirawat setelah mengalami keguguran. Dugaan kuat bahwa mereka masih menjalin hubungan mesra meski sudah bercerai. Bahkan kabarnya, kehamilan Raysa adalah hasil dari hubungan gelap tersebut!"Reza tersentak. Raysa, yang masih lemah di tempat tidur, mengangkat kepalanya pelan, mencoba memahami situasi. Tatapan mereka bertemu, dan seketika wajah Raysa berubah pucat. "Reza... ini semua salah... ini fitnah," katanya dengan suara bergetar.Reza segera berdiri, membuka pintu ruangan untuk memeriksa situasi di luar. Dia tahu ini tidak akan berakhir baik. Beberapa perawat dan pasien sudah mulai bergosip tentang berita tersebut. Wajah-wajah penasaran mu
Reza pulang ke rumah dengan wajah letih, berharap bisa langsung beristirahat setelah semalam penuh di rumah sakit. Namun, begitu membuka pintu, suasana di dalam rumah terasa aneh. Tidak ada sambutan hangat dari Via, hanya kesunyian yang membuatnya merasa ada sesuatu yang salah.Via duduk di ruang tamu dengan wajah masam, tangan terlipat di dada, matanya menatap Reza tajam. Bukannya mendekati atau berbicara, dia malah diam dengan ekspresi marah yang sangat kentara.Reza, yang bingung melihat sikap Via, mencoba mendekat dengan hati-hati. “Hei, aku baru pulang,” katanya pelan, berharap mendapat sedikit pengertian. Tapi, Via tetap diam, tak menggerakkan otot wajah sedikit pun.Lisa, yang entah dari mana tiba-tiba muncul, dengan santai menyodok situasi. “Oh, Mbak Via lagi nggak mood ya? Padahal, Mas Reza kan baru pulang dari… ah, ya, rumah sakit. Sama Mbak Raysa ya, Mas? Romantis banget berduaan di rumah sakit bagian kandungan.” Lisa menambahkan dengan nada jahil.Via menoleh dengan cepat
Eyang Wiryo merasa hatinya tidak tenang setelah mendengar berita tentang Raysa dan Reza di televisi. Pikirannya berputar, khawatir rumor yang tersebar akan semakin merusak nama baik cucunya, Reza. Eyang Wiryo tahu bahwa tindakan cepat harus diambil. Maka, ia pun segera memutuskan untuk menemui Nadia di tempat kerjanya.Setibanya di mal yang dimiliki oleh Nadia, Eyang Wiryo langsung menuju lantai utama tempat Nadia biasanya bekerja. Penjaga toko dan staf mal menghormati kehadiran wanita tua yang penuh wibawa ini, membimbingnya langsung ke kantor Nadia.Ketika Nadia melihat Eyang Wiryo masuk, dia segera berdiri dari kursinya, tersenyum anggun seperti biasanya. “Eyang, apa yang membawa Eyang ke sini? Ada yang bisa aku bantu?” Nadia menyapa dengan nada sopan dan lembut.Eyang Wiryo mengambil kursi di hadapan Nadia dan duduk dengan anggun, meskipun raut wajahnya sedikit serius. “Nadia, Eyang ke sini karena ada yang penting ingin Eyang bicarakan,” kata Eyang Wiryo.Nadia duduk kembali dan m
Via sedang sibuk melayani pelanggan di konternya ketika Nadia, dengan penampilan anggun seperti biasa, datang menghampirinya. Nadia menunggu dengan sabar, sesekali tersenyum kepada pelanggan yang lewat, hingga akhirnya Via selesai dengan tugasnya."Via," sapa Nadia lembut. "Kamu sibuk sekali. Kalau ada waktu, bagaimana kalau kita makan siang bersama?"Via ragu sejenak. Tawaran itu terdengar menarik, namun ia merasa sedikit canggung mengingat Nadia pernah dekat dengan Reza. Tetapi, Nadia tampak tulus dan tidak ada kesan negatif dari cara bicaranya. Setelah berpikir sejenak, Via pun mengangguk."Baiklah, Mbak Nadia. Saya akan ikut," jawab Via dengan senyum kecil.Nadia tersenyum senang. "Terima kasih, Via. Sampai nanti ya. Aku sudah menyiapkan tempat yang nyaman." Setelah memastikan janji makan siang mereka, Nadia melangkah pergi, namun di balik itu, ia sudah mengatur sesuatu yang lebih besar. Malam nanti, sesuai dengan instruksi dari Eyang Wiryo, Nadia akan menggelar jumpa pers dengan
Bella, yang baru saja turun dari lantai 3, merasa suasana hari itu lebih sunyi dan berbeda dari biasanya. Ketika berjalan melewati Via, ia memperhatikan wajah Via yang tampak lebih banyak melamun, seperti memikirkan sesuatu yang berat."Eh, Via, kamu kenapa? Kok dari tadi kayak nggak fokus gitu," Bella bertanya, mendekati Via yang sedang duduk dengan tatapan kosong.Via menoleh sekilas dan hanya memberikan jawaban singkat, "Nggak apa-apa, Bell."Namun, Bella tahu betul bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Via biasanya ceria, tapi hari ini tampak sangat berbeda. Mencoba menggali lebih dalam, Bella duduk di sampingnya."Kamu serius nggak apa-apa? Aku denger tadi kayak ada pembicaraan tentang jumpa pers, katanya malam ini. Apa ada hubungannya sama tunangan Nadia?" Bella bertanya lebih hati-hati, berharap Via mau terbuka.Via terdiam sejenak, tatapannya jatuh ke lantai. "Iya, ada jumpa pers nanti malam. Dan... aku gak tahu mau bahas apa mereka," jawabnya pelan, dengan nada yang terdengar a
Reza mengantar Via ke klinik dengan sikapnya yang terlihat tenang, namun Via merasa ada sesuatu yang berbeda. Setelah berjalan sekitar dua kilometer, perasaan aneh itu semakin kuat. Tatapan Reza yang biasanya hangat kini terasa lebih dingin, dan tingkah lakunya lebih kaku dari biasanya.Via mulai gelisah. Di dalam taksi, perasaan tidak tenang itu semakin menguasai pikirannya. “Ada yang aneh sama Reza hari ini,” gumamnya dalam hati. Ia pun memutuskan untuk meminta sopir taksi untuk kembali ke mall tempat Reza sebelumnya menurunkannya.Begitu sampai di mall, Via segera turun dan bergegas masuk ke dalam gedung, berharap bisa menemukan Reza dan mendapatkan jawaban atas perasaannya yang tidak nyaman itu.Saat Via hendak masuk ke mall, ia melihat sekelompok wartawan yang berkerumun di pintu masuk. Kamera-kamera besar dan mikrofon terlihat berseliweran, dengan para jurnalis berusaha mendapatkan berita terbaru. Via sempat ragu untuk masuk dan memilih mengalah, melangkah lebih lambat dan mengi
Via menatap layar televisi di konter tempatnya bekerja, terpaku melihat nama dan wajah Reza terpampang jelas di layar. Kata-kata "Tunangan Nadia" dan "Pewaris Wijaya Nikel" seakan menghantamnya bertubi-tubi. Dengan tangan gemetar, ia berusaha melanjutkan pekerjaannya, melayani pelanggan di depannya. Namun, pikirannya terus-menerus berputar memikirkan berita yang baru saja ia lihat.“Maaf, Kak, yang ini kan tadi sudah dibayar,” ujar seorang pelanggan dengan nada bingung ketika Via tanpa sadar mengulang proses pembayaran. Ia buru-buru meminta maaf, wajahnya memerah karena malu. Beberapa pelanggan yang lain mulai melirik heran, membuat Via semakin gelisah. Berita tentang Reza terus terngiang di benaknya, mengaburkan konsentrasinya.Tak mampu lagi menahan kegelisahannya, Via memutuskan untuk pulang lebih awal. Ia meminta izin dari rekan kerjanya, mencoba memberikan alasan sederhana. Dalam perjalanan pulang, pikirannya tetap terpaku pada sosok Reza—lelaki yang ia kenal sebagai suaminya, te
Saat Reza tiba di rumah, suasana tampak sepi dan sunyi. Langkah kakinya terdengar bergema di lorong ketika ia mendekati kamar, dan hatinya berdebar semakin keras. Di depan pintu kamar, ia menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk perlahan."Via, aku pulang. Boleh kita bicara?"Tidak ada jawaban. Dia akhirnya membuka pintu perlahan dan melihat Via duduk di tepi ranjang dengan wajah sendu, matanya sembap seolah habis menangis."Via..." panggil Reza pelan, mendekatinya.Via langsung berdiri dan menatap Reza tajam. "Ada apa lagi yang mau kamu jelaskan, Reza? Apa kamu belum cukup memberi kejutan hari ini?" nada suaranya dingin dan penuh kekecewaan.Reza menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya. "Dengar, Via, aku bisa jelaskan semuanya. Aku tahu berita itu pasti membuatmu terkejut dan marah, tapi aku tidak punya pilihan. Semua ini hanya sementara. Aku hanya..."Via memotongnya, suaranya mulai meninggi. "Sementara? Jadi semua ini cuma permainan buat kamu, ya? Tunangan pura-pura? Pewaris
Raysa termenung di tepi jendela kamarnya, menatap matahari yang mulai condong ke barat untuk menyentuh peraduan. Warna kuning keemasan menghias langit dengan indah, tetapi tak mampu mengindahkan perasannya saat ini. Fakta tentang Reza yang ternyata merupakan salah satu anggota keluarga kaya dan kini telah sukses sebagai pengusaha, menampar keras kebodohannya di masa lalu yang dengan sengaja membuang pria itu dari hidupnya. Andai bisa lebih sabar, Reza pasti saat ini masih menjadi miliknya. Namun, apa mau dikata, semua sudah terjadi dan waktu tak bisa diulang kembali. Rasa sesal menggerogoti hati Raysa tanpa ampun. Dia benar-benar menjadi sangat tidak terima dengan kenyataan bahwa Reza kini telah menjadi suami Via dan secara tidak langsung, dia sendirilah yang menjadi jembatan untuk kedua orang tersebut. “Aaarrrggght!” Raysa menjambak rambutnya, rahang wanita itu mengeras, seiring gigi yang berbunyi karena saling beradu. Embusan napasnya tak lagi terdengar santai, penyesalan dan ra
Bab: Janji yang BeratSetelah konfrontasi dengan Pak Bima, Reza kembali ke rumah dengan wajah yang tegang. Ia langsung mencari Via, yang saat itu sedang duduk di ruang keluarga. Via tengah berusaha menenangkan diri dengan membaca buku, tetapi pikirannya tetap gelisah. Begitu melihat raut wajah suaminya, ia tahu ada sesuatu yang serius."Reza, apa yang terjadi?" tanyanya sambil menutup buku dan meletakkannya di pangkuan.Reza berjalan mendekat, duduk di sampingnya, dan langsung meraih tangannya. Ia menatap Via dengan penuh kesungguhan. "Aku sudah bertemu dengan Pak Bima. Dia tidak akan berhenti begitu saja, Via. Tapi aku berjanji, aku akan melindungimu dari semua ini."Via mengangguk pelan, tetapi hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. Janji Reza adalah penguat, tetapi tidak cukup untuk menghilangkan rasa takut yang terus menghantuinya."Reza," katanya pelan, mencoba meredam suaranya agar tidak terdengar gemetar, "aku percaya padamu. Tapi... aku takut. Semua ini terasa terlalu berat untu
Konfrontasi di Perusahaan Di kantor, suasana menegang saat Reza memanggil Chandra ke ruangannya. Chandra, yang awalnya terlihat percaya diri, mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dari ekspresi dingin sepupunya. “Chandra,” suara Reza terdengar tenang, namun sarat dengan ketegasan, “Aku ingin kita berbicara serius hari ini. Tentang kamu, Raysa, dan segala permainan yang kalian jalankan di belakangku.” Wajah Chandra langsung berubah pucat. Ia mencoba menyangkal. “Saya tidak mengerti maksudmu. Apa yang akmu bicarakan?” Reza meletakkan flash drive di atas meja. “Aku punya rekaman percakapanmu dengan Raysa. Kau pikir aku akan membiarkan kalian terus menghancurkan hidupku dan Via?” Chandra tercekat, berusaha mencari alasan. “Om, itu bukan seperti yang terlihat. Saya hanya...” Reza memotong dengan nada dingin, “Hanya ikut campur dalam urusan pribadiku? Hanya berusaha menghancurkan istri yang kucintai? Cukup, Chandra! Aku sudah cukup bersabar dengan semua ini.” Reza berdiri,
Malam itu, Reza duduk di ruang kerja dengan laptopnya terbuka. Ia memeriksa rekaman yang diberikan Lisa kepada Via, mencatat setiap detail penting. Ada sesuatu yang memberinya ide—rekaman ini bisa menjadi kunci untuk membalikkan keadaan.Namun, saat Reza berencana untuk melibatkan pengacaranya, Via tiba-tiba masuk ke ruang kerja dengan tatapan penuh tekad.“Aku ingin menghadapi Raysa sendiri,” katanya.Reza menoleh, terkejut. “Via, ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang kita. Biarkan aku menangani ini.”Via menggeleng. “Sudah terlalu lama aku diam, Reza. Aku selalu mengandalkanmu untuk melindungiku, tapi aku sadar, jika aku terus begini, mereka akan berpikir aku lemah. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku juga bisa bertarung.”Reza terdiam sesaat, lalu mengangguk perlahan. “Baik, tapi kita hadapi ini bersama.”Via dan Reza memutuskan untuk mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi semua rumor yang beredar. Dalam ruangan yang dipenuhi wartawan, Via berdiri di depan podi
Via berdiri di kamar dengan ponsel Reza di tangannya. Pesan dari Raysa tampak mencolok di layar:"Aku tahu kamu masih peduli padaku, Reza. Jangan bohongi dirimu sendiri. Aku akan menunggu kapan pun kamu siap kembali."Pesan itu membuat darah Via mendidih. Selama ini, ia sudah mencoba bertahan di tengah segala hinaan dan fitnah. Namun, pesan itu membuatnya merasa seolah-olah semua perjuangannya sia-sia.Saat Reza masuk ke kamar, ia melihat Via menatapnya dengan mata penuh amarah dan rasa sakit. “Reza, apa maksud semua ini?” Via menunjukkan layar ponselnya.Reza mengernyit. Ia mendekat untuk melihat pesan tersebut, lalu menghela napas berat. “Via, dengarkan aku. Aku tidak pernah membalas pesannya, apalagi memiliki hubungan apa pun dengannya.”Namun, Via sudah terlalu lelah untuk menerima penjelasan. “Kalau begitu, kenapa dia masih berani menghubungimu seperti ini? Apa yang membuat dia merasa punya hak untuk mengatakan semua itu?”Reza mencoba mendekati Via, tapi istrinya mundur selangka
Malam itu, setelah konferensi pers selesai, Via tidak bisa tidur. Ia merasa semua tindakan Reza untuk membelanya hanya memperburuk keadaan. Berita dan komentar di media sosial semakin menjadi-jadi. Bahkan, beberapa pasien di kliniknya mulai membatalkan jadwal konsultasi dikliniknha, membuatnya merasa reputasi kliniknya juga ikut hancur. Banyak pelanggan mengkritik meminta Via untuk di pecat. Pagi harinya, saat Via duduk di meja makan dengan tatapan kosong, Lisa datang untuk mengecek kondisi Bu Diana. Melihat Via yang tampak tidak bersemangat, Lisa langsung bertanya, “Vi, kamu kelihatan makin drop. Ada apa lagi? Aku dengar berita itu viral lagi.”Via hanya mengangguk lemah. “Aku lelah, Lis. Aku gak tahu lagi harus gimana.”Lisa menghela napas panjang. “Vi, kamu harus tegas. Kalau ini memang ulah Raysa, kamu gak bisa terus-menerus diam dan biarkan dia menang. Aku yakin Reza juga akan mendukungmu.”Namun, Via menggeleng. “Aku tidak yakin, Lis. Semakin Reza mencoba membelaku, semakin ban
Malam itu, ketika Reza tiba di rumah, ia langsung mencari Via untuk membicarakan kejadian di kantor. Namun, ia mendapati istrinya sedang duduk di ruang tamu dengan wajah lelah dan pandangan kosong. Raut wajah Via sudah cukup bagi Reza untuk tahu bahwa istrinya telah mendengar sesuatu yang buruk lagi.“Via, ada apa? Apa yang terjadi hari ini?” tanya Reza, mencoba mendekati istrinya.Via mengangkat pandangan, matanya sudah basah oleh air mata yang tertahan. “Reza, apa kamu tahu seberapa jauh Raysa mencoba menghancurkan aku? Aku merasa tidak punya tempat lagi di dunia ini.”Reza terkejut mendengar nada suara Via yang begitu hancur. “Apa maksudmu? Apa dia melakukan sesuatu lagi?”Via mengangguk perlahan. “Hari ini, aku mendengar gosip dari beberapa orang di klinik. Mereka membicarakan skandal lama kita… saat aku dan kamu ditangkap di hotel. Mereka mengaitkannya dengan statusku sebagai istrimu sekarang, seolah-olah aku adalah wanita murahan yang merebutmu dari Raysa. Aku malu, Reza... Aku
Setelah acara berakhir, dalam perjalanan pulang, Via tak mampu menahan lagi emosinya. Di dalam mobil, ia menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. “Aku lelah, Reza. Selalu dihina, dianggap rendah… semua hanya karena aku menikah denganmu. Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini?”Reza menggenggam tangannya, mencoba menenangkan hati istrinya. "Aku akan selalu melindungimu, Via. Apa pun yang terjadi, aku akan memastikan mereka berhenti meremehkanmu. Bahkan jika itu berarti aku harus meninggalkan semua ini demi kita."Namun di lubuk hati, Via mulai mempertanyakan apakah cinta mereka mampu bertahan di tengah tekanan seperti ini, dan apakah Reza benar-benar mampu mengatasi ambisi keluarga besar Wijaya yang penuh intrik demi dirinya.Sesampainya di rumah, Via merasa benar-benar lelah dan tertekan. Semua perkataan hinaan, tatapan tajam, dan sindiran selama acara tadi masih terngiang di kepalanya. Sejak pernikahannya dengan Reza, ia tak pernah merasa diterima penuh oleh lingkungan keluarga be
Konflik yang dihadapi Via dan Reza mulai meruncing, terutama setelah Raysa dan Chandra semakin berani menjalankan rencana mereka. Raysa, yang tahu betul titik lemah Via, mulai menyusun skenario untuk mempermalukan dan menyudutkan Via di depan publik.Suatu pagi di klinik, Via menerima telepon dari seorang wartawan yang menanyakan kabar tentang "Masa lalu Raza," dan posisinya sebagai istri pewaris Wijaya Nikel. Wartawan itu, yang jelas-jelas telah mendapat bocoran dari Raysa atau Chandra, berusaha memancing Via untuk memberikan pernyataan resmi tentang tuduhan merebut suami orang, Via yang terkejut dengan pertanyaan tersebut, langsung menyadari bahwa sesuatu sedang dipermainkan.Namun masalah ini tak berhenti di situ. Setelah hari yang melelahkan, Via menerima undangan acara amal dari perusahaan Reza, di mana ia diharapkan hadir sebagai pendampingnya. Reza berharap kehadiran mereka sebagai pasangan akan memulihkan citra mereka. Via, meski ragu, akhirnya setuju demi menjaga kehormatan s