Andy termangu sejenak sebelum bertanya, "Kalau begitu, Bu Yoana akan tidur di kamar tamu atau ...." Kamarmu?Jeremy langsung melirik dengan dingin. "Kamar tamu."Andy buru-buru mengangguk. "Baik."Begitu mendengar kabar bahwa Jeremy menyuruhnya menginap, Yoana pun sangat senang. "Serius? Remy benaran bicara begitu?"Andy mengangguk. "Ya, Bu. Bos yang menyuruhmu menginap."Yoana tentu sangat gembira. Itu artinya, hubungannya dengan Jeremy tidak memburuk karena masalah Eleanor.Wajah Yoana berseri-seri. Benar juga, memangnya siapa Eleanor? Kelak, Yoana yang akan menjadi istri Jeremy. Jeremy begitu menyayanginya. Hubungan mereka tidak mungkin retak hanya karena Eleanor."Oke, aku sudah tahu."Ketika melihat Yoana yang begitu senang, Andy hanya bisa diam-diam menggeleng dan tersenyum dingin. Wanita ini masih tidak tahu apa yang akan dihadapinya nanti.....Keesokan hari, Harry bangun pagi-pagi sekali. Ini karena Jeremy bilang akan menghukum orang-orang yang telah melukai kakaknya.Jeremy m
Yoana tahu Jeremy benar-benar marah kali ini. Dia ketakutan hingga kakinya melemas. Tanpa sempat peduli pada cederanya lagi, dia berlutut."Aku ... Remy ... aku sudah tahu salah. Daniel nggak menyukaiku. Dia sering melawanku. Aku melukainya karena terlalu marah. Tapi, aku benaran nggak sengaja. Kamu juga tahu aku pernah hampir menjadi ibu.""Setiap kali melihat Daniel, aku akan teringat pada anakku itu. Kadang dia nakal, jadi aku memberinya hukuman ringan. Aku juga nggak tega menyakitinya. Hukuman yang kamu bilang itu dari ibumu. Bibi sangat ketat. Kadang Daniel memang bandel. Semua ini juga demi kebaikannya."Yoana menangis dengan sangat sedih. Dia sengaja mengungkit anaknya yang telah tiada itu untuk memperingatkan Jeremy. Dia seharusnya punya anak, tetapi anaknya malah meninggal karena ibu Daniel yang kejam itu.Selain itu, dia tidak lupa melibatkan Bella dalam masalah ini. Tidak semua yang dikatakannya salah. Memang Bella yang menghukum Daniel berlutut dan menyalin. Yoana tidak aka
"Ka ... kamu mau gimana lagi?" Suara Yoana terdengar bergetar. Dia tahu sekejam apa Jeremy. Dia tentu takut pada Jeremy.Dengan ekspresi datar, Jeremy menyahut, "Anakmu nggak ada kaitannya dengan masalah ini. Kamu nggak seharusnya melampiaskan amarahmu pada anak kecil. Dia nggak melakukan kesalahan apa pun."Yoana hanya bisa menatap Jeremy dengan ekspresi sedih. Jelas sekali, Jeremy ingin memberi keadilan kepada anak haram itu.Yoana menggertakkan giginya, lalu berkata, "Oke, aku salah. Aku seharusnya dihukum. Apa 20 cambukan sudah cukup?"Yoana menggigit bibirnya dengan kuat dan mengangkat tangan untuk menyeka air matanya. Ekspresinya dipenuhi keengganan.Meskipun Jeremy tidak mencintainya, Yoana yakin Jeremy tidak akan tega padanya. Jeremy tidak mungkin benar-benar memukulnya. Dia berkata demikian hanya supaya Jeremy tahu dirinya sudah menyesali perbuatannya.Saat berikutnya, Jeremy malah mengangkat tangannya untuk menyuruh pengawal maju. Pengawal segera menghampiri Yoana dengan meme
Jeremy tidak punya selera makan. Setelah menyuruh orang mengantar Harry ke sekolah, dia langsung berangkat ke perusahaan.Andy yang duduk di depan menerima panggilan. Kemudian, dia menoleh dan melapor, "Bos, pihak rumah sakit bilang Bu Bella sudah siuman. Dia mau bertemu denganmu."Jeremy memijat pelipisnya. "Suruh dia istirahat baik-baik. Beri tahu dia soal kejadian pagi tadi. Suruh dia opname dua bulan lagi. Setelah sikapnya kepada Daniel berubah, dia baru boleh pulang. Kalau nggak, suruh dia rayakan tahun baru di rumah sakit saja."Ekspresi Andy tampak tidak karuan. Memangnya ada orang yang sekejam ini pada ibu kandung?"Baik."....Setibanya di sekolah, Harry berjalan masuk sambil menelepon Eleanor untuk menceritakan semua yang terjadi pagi ini.Eleanor cukup terkejut. Jeremy menghukum Yoana demi Daniel? Ini sungguh di luar dugaan Eleanor. Apa Daniel sepenting itu bagi Jeremy? Bukannya Yoana adalah yang terpenting baginya? Bagaimana bisa dia tega mencambuk Yoana? Kini, Eleanor bena
Vivi duduk, lalu bertanya dengan serius, "Apa maksudmu?""Aku rasa semua berjalan terlalu lancar. Keysha nggak seharusnya menolak kerja sama dengan Grup Pratama dan menerima kita cuma karena kalian saling kenal."Begitu mendengarnya, ekspresi Vivi menjadi agak masam. Yang dikatakan Eleanor masuk akal.Eleanor mengernyit. "Nggak ada salahnya kalau lebih waspada. Yoana dan Tiara menganggap Grup Stelea sebagai musuh besar. Mereka nggak bakal membiarkan kita mencapai tujuan kita.""Ya, aku ngerti. Besok aku akan lebih hati-hati.""Hm." Eleanor mengangguk. "Oh ya, malam ini makan di rumahku yuk.""Oke, aku juga sudah lama nggak lihat Harry."Ketika membahas Harry, Eleanor menopang dagunya dan berujar, "Cuma kita berdua. Harry lagi di rumah Jeremy.""Apa?" Vivi yang hendak keluar sontak berbalik dan berdiri di hadapan Eleanor. "Harry dibawa pergi Jeremy? Apa yang terjadi?""Bukan begitu, Harry pergi sendiri ...." Eleanor menceritakan semua yang terjadi semalam.Vivi pun mengacungkan jempol u
Ketika jarak di antara keduanya tersisa sekitar dua atau tiga meter, Jeremy berhenti dan bertanya dengan alis berkerut, "Kamu mau gimana?""Aku mau Mama yang mengganti perbanku. Bawa aku ke tempat Mama. Aku nggak suka dokter. Aku mau Mama."Jeremy merasa Daniel terlalu menyukai Eleanor. Padahal, mereka baru berinteraksi sehari. Dia lantas menolak, "Nggak bisa."Tidak ada cara lain. Jika perban ini dibuka dan mereka tidak melihat luka apa pun, bukankah mereka akan kaget setengah mati?Ketika melihat Harry masih bersikeras, Jeremy pun tidak memanjakannya. Dia hanya melontarkan kalimat pendek sebelum pergi, "Kalau sudah tenang, turun sendiri."Dengan demikian, ruang tamu sunyi senyap. Yang satu duduk di sofa, yang satu duduk di jendela. Keduanya tidak saling menghiraukan.Bastian dan Danuar terus melirik keduanya. Tiba-tiba, Bastian meraih lengan baju Danuar. "Hei, kamu nggak rasa sifat mereka mirip?"Danuar menyunggingkan bibirnya. "Aku sudah menyadarinya sejak awal."Sejam kemudian, Jer
Eleanor melirik meja sekilas. Dia tidak mungkin mengatakan tadi memang ada orang, tetapi orang itu kabur setelah mendengar kamu akan datang.Lagi pula, Eleanor tidak peduli pada pendapat Jeremy. Dia langsung mengangguk. "Ya."Jeremy terkekeh-kekeh sinis. "Kalau begitu, maaf sudah mengganggu kalian. Daniel, kita pergi dari sini."Usai berbicara, Jeremy hendak menarik Daniel pergi. Harry bergegas memeluk kaki Eleanor dan menatap Jeremy dengan ekspresi penuh penolakan. Dia akhirnya bisa pulang. Dia tidak mungkin pergi dari sini.Jeremy melirik anak kecil yang memeluk kaki Eleanor dengan erat. Karena tidak berdaya, dia hanya bisa menggerutu dengan suara rendah, "Seperti wanita saja."Ketika melihat Jeremy hendak membawa Harry pergi, Eleanor segera berkata, "Nggak apa-apa. Karena kalian sudah datang, kita makan bersama saja. Aku bisa buat janji dengannya di lain hari."Lagi pula, Vivi sudah kabur karena takut pada Jeremy. Eleanor tidak mungkin bisa menghabiskan makanan sebanyak ini. Dia tid
Eleanor menyunggingkan bibirnya, lalu mencoba bertanya, "Kalau begitu ... kamu juga nginap di sini?"Eleanor merasa Jeremy tidak mungkin bersedia menginap di tempatnya. Dia terpaksa bertanya demikian karena merasa tidak enak hati."Hm." Jeremy mengiakan.Apa? Apa pria ini sudah gila? Kenapa diiakan? Eleanor sungguh kebingungan. "Tapi, cuma ada dua kamar. Kamar Bi Tarimi dan kamarku. Daniel bisa tidur denganku."Maksudnya adalah tidak ada kamar tamu untuk Jeremy. Jadi, sebaiknya Jeremy pulang saja."Nggak masalah, masih ada sofa.""Sofaku sempit lho. Apa kamu bisa tidur?""Keselamatan nyawaku lebih penting daripada apa pun."Eleanor tidak bisa merespons lagi. Pada akhirnya, Jeremy dan Harry sama-sama menginap.Selesai mandi, Eleanor membawa Harry ke kamarnya. Tanpa Jeremy, Harry bisa memeluk ibunya sepuasnya."Mama, aku kangen sekali!"Eleanor segera meletakkan jarinya di depan mulutnya supaya Harry mengecilkan suaranya. Sesudah itu, dia membawa Harry ke ranjang. "Kita telepon Daniel."
Justin segera menopang tubuh Simon dengan kedua tangannya dan menepuk dada Simon untuk menenangkan dirinya. "Tuan Simon? Tuan Simon? Tuan, bertahanlah. Cepat panggil dokter. Cepat!"Namun, dua menit kemudian, sebuah kabar datang lagi lebih cepat daripada datangnya dokter. "Tuan Simon, ada kabar dari sana bilang Tuan Jeremy baik-baik saja. Dia tidak jatuh ke laut."Simon pun menarik napas dalam-dalam dengan bantuan Justin, tatapannya akhirnya terlihat kembali bersinar. Dia langsung memerintah dengan lantang dan suara yang serak, "Jadi, dia sudah kembali? Uhuk uhuk. Dia sudah kembali? Cepat suruh dia pulang!"Pada saat itu, seorang pengawal lainnya yang baru saja menutup telepon bergegas masuk ke ruangan itu. "Tuan Simon, Tuan Jeremy ...."Simon segera maju dan bertanya, "Ada apa dengan dia?""Nona Eleanor jatuh ke laut, jadi Tuan Jeremy ikut melompat untuk mengejarnya," jawab pengawal itu.Wajah Simon yang baru saja pulih pun kembali pucat, Justin juga segera menopang tubuhnya dengan si
Eleanor menahan napasnya saat melihat tangan besar yang sedang mencengkeram belati yang tajam itu. Darah pun terus menetes ke wajahnya dari ujung belati itu.Jeremy berdiri di sana dengan wajah yang pucat dan kening serta pipi kanannya terluka akibat benturan. Bahkan pakaiannya pun sudah robek karena tergores benda tajam. Penampilannya terlihat sangat berantakan.Melihat Jeremy yang menggigit bibirnya dan menatapnya dengan tatapan yang dingin, pria yang tadi mencoba menusuk Eleanor langsung ketakutan dan melepaskan belatinya. Dia secara refleks mundur. Namun, di detik berikutnya, belati itu langsung memelesat ke lehernya.Melihat kejadian itu, pemimpin kelompok itu langsung tercengang saat melihat Jeremy tidak mati. "Tuan ... Jeremy?"Eleanor juga menatap Jeremy dengan tidak percaya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya memanggil nama Jeremy.Jeremy segera membungkuk dan memeriksa kondisi Eleanor. Melihat tubuh Eleanor yang penuh dengan luka, dia langsung menyipitkan matanya. Dia m
Para pria itu mulai merasa waspada. Mereka mengangkat belati mereka dan perlahan-lahan mendekati Eleanor.Meskipun tubuhnya penuh dengan luka, amarah di hati Eleanor membuatnya tetap bertahan. Dia juga tidak tahu dari mana datangnya kekuatan ini. Saat para pria itu mengarahkan belati mereka ke arahnya, dia kembali mengayunkan tongkat kayu di tangannya.Namun kali ini, para pria itu sudah mempersiapkan diri mereka. Mereka mengarahkan belati mereka untuk menyerang Eleanor dari arah yang berbeda. Mereka menyerang bagian yang tidak mematikan, tetapi cukup membuat Eleanor kesakitan.Gerakan Eleanor yang terluka parah sudah tidak secepat dan sekuat sebelumnya lagi, sehingga tongkat kayunya berhasil ditendang terlepas dari tangannya dan lengannya terluka karena ditebas. Dia hanya bisa merintih kesakitan, membuat pria yang memimpin kelompok itu tertawa terbahak-bahak."Jangan biarkan dia mati terlalu cepat," kata pemimpin kelompok itu."Heh." Eleanor yang terhuyung-huyung pun menundukkan kepal
Tepat pada saat itu, lampu dari mobil-mobil di belakang menerangi punggung Eleanor. Saat dia menoleh, dia melihat mobil-mobil itu sudah berhenti dan sekelompok orang keluar dari mobil. Mereka adalah orang-orang yang tadi mengejarnya dan kini kembali lagi. Dia mengepalkan tangannya dengan erat saat melihat mereka perlahan-lahan mengepungnya, tetapi dia tidak merasakan sakit sedikit pun.Pemimpin kelompok itu melihat ke sekeliling, tetapi tidak melihat mobil yang dinaiki Eleanor dan juga Jeremy. Namun, saat melihat jejak ban yang mengarah ke tebing dan juga jejak darah dari Eleanor, dia langsung memiliki firasat buruk. Dia langsung memberikan isyarat pada bawahannya untuk segera melaporkan hal ini pada Yoana.Mendengar kabar Jeremy mungkin jatuh ke laut dan tewas, ekspresi Yoana langsung membeku dan kakinya lemas sampai langsung terjatuh ke lantai. Dia segera maju dan meraih kerah bawahannya. "Apa ... yang kamu katakan? Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi!"Bawa
Eleanor tiba-tiba merasa cemas saat melihat mobil masih tidak melambat sedikit pun. Matanya membelalak dan berteriak dengan keras, "Jeremy, injak rem!"Jika mobilnya masih tidak berhenti, Eleanor merasa mereka akan jatuh ke dalam jurang bersama mobilnya. Mereka juga masih tidak tahu seberapa tinggi jurang itu, peluang untuk bertahan hidup sangat kecil jika mereka jatuh.Ekspresi Jeremy terlihat sangat muram saat melihat jarak mereka dengan tebing sudah tidak sampai 20 meter. Dengan laju yang secepat ini, bahkan membelok arah pun sudah tidak sempat lagi.Melihat jarak mobil dengan tebing makin dekat dan Jeremy masih tidak melambat sedikit pun, dia merinding dan ekspresinya terlihat sangat ketakutan. Namun, di detik berikutnya, Jeremy malah segera membuka sabuk pengamannya."Kamu?" kata Eleanor sambil menatap Jeremy yang membuka pintu mobil dengan tatapan tidak percaya.Jeremy berteriak, "Lompat!""Apa?" tanya Eleanor dengan bingung.Jeremy menatap Eleanor. Saat ini, dia akhirnya menyada
Eleanor baru saja hendak mengoperasikan ponselnya, tetapi benturan keras dari mobil belakang membuat tubuhnya terdorong ke depan dan ponselnya pun terlempar. Sebelum sempat mengambil ponselnya, dia mendengar suara tembakan lagi.Ekspresi Jeremy terlihat sangat marah. Dia segera menekan kepala Eleanor dan berkata, "Tunduk, jangan bergerak."Kaca jendela mobil sudah pecah dan angin dingin terus bertiup masuk.Eleanor mencoba untuk meraih ponselnya, tetapi dia akhirnya hanya bisa menstabilkan tubuhnya karena mobil berguncang. Para pengejar masih enggan menyerah dan jumlah mereka malah makin banyak. Mereka benar-benar bertekad untuk menghabisinya malam ini. Tidak perlu berpikir panjang pun, dia sudah tahu orang yang mengirim mereka adalah Yoana.Sementara itu, orang-orang dari Keluarga Adrian sudah melaporkan kejadian ini pada Simon.Mendengar Jeremy sedang bersama dengan Eleanor, Simon langsung bangkit. "Apa yang kamu katakan? Apa dia terluka?""Saat ini dia masih baik-baik saja," jawab o
Tatapan Jeremy menjadi dingin dan muram saat melihat ada empat mobil yang sudah mengepung mereka. Dia mengumpat dengan pelan, orang-orang ini jelas menargetkan Eleanor. Sialan. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil para pengawalnya.Di belakang, Avery yang sedang mengemudi mobil juga menyadari situasi berbahaya itu. Dia langsung mendiskusikan strategi dengan bawahannya menggunakan perangkat audio nirkabel. Tak lama kemudian, mobil mereka segera melaju ke depan dan menghentikan beberapa mobil itu. Dia juga segera menghubungi Charlie.Tepat pada saat itu, Andy melihat mobil di samping tiba-tiba membanting setir dan menabrak ke arah mereka dengan nekat. Semuanya terjadi hanya dalam dua detik. Dia pun berteriak dengan mata yang membelalak, "Bos, pegang Nona Eleanor baik-baik."Bang!Terdengar suara benturan yang keras dan tubuh mereka berguncang sampai kepala Eleanor langsung terasa pusing. Kelihatan jelas, mobil Jeremy dan Eleanor ditabrak ke samping dengan keras. Untungnya, sab
"Apa yang ingin kamu katakan? Minta maaf? Aku nggak ingin mendengarnya." Eleanor menepis tangan Jeremy."Cuma beberapa menit," kata Jeremy dengan keras kepala, lalu menarik Eleanor masuk ke mobil dengan paksa.Di depan, Andy segera menyalakan mesin mobil. Para pengawal Keluarga Adrian pun mundur.Melihat Eleanor dibawa pergi, Avery langsung masuk ke mobil. "Kejar!"Angin malam musim gugur terasa lebih dingin dari biasanya. Di dalam mobil, tatapan Eleanor membeku seperti es. Sebuah sekat perlahan naik, memisahkan kursi depan dan belakang."Kamu benar-benar harus pergi?" Suara rendah terdengar di dalam kabin yang sunyi.Tanpa menoleh, Eleanor menjawab dengan suara dingin, "Ya. Kamu juga sudah janji akan membiarkan aku dan anak-anak pergi, tanpa mengganggu kami lagi."Jari-jari Jeremy memutih karena cengkeramannya terlalu kuat. Dia tak kuasa tertawa. Dia telah melukai wanita ini begitu dalam.Wajar jika Eleanor ingin pergi. Dia seharusnya bisa menerima jika Eleanor ingin membawa anak-anak
Untungnya, video ini selalu tersimpan di album rahasia di ponselnya. Tak disangka, lima tahun kemudian akhirnya berguna.Sergio mengepalkan tangannya erat-erat. Sebelum melihat video ini, dia sama sekali tidak percaya pada Yoana.Begitu banyak hal telah terjadi, wajar jika kebencian Yoana pada Eleanor sudah mencapai puncaknya. Dia mengira Yoana hanya ingin memanfaatkannya untuk menyingkirkan Eleanor, jadi dia berasumsi bahwa semua ini hanyalah kebohongan yang dibuat-buat.Sampai akhirnya dia melihat video itu. Wanita dalam video itu adalah Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa dipalsukan.Semua ini sudah berlalu bertahun-tahun, Yoana tidak mungkin bersusah payah membuat video palsu dan menyimpannya selama lima tahun.Saat ini, amarah di dadanya membuncah. Yoana melihat kebencian yang melintas di mata Sergio. Dia cukup memahami pria ini.Dulu, Sergio benar-benar menginginkan anak itu. Dia maju selangkah, mencengkeram kerah Sergio erat-erat. "Sergio, Jeremy nggak akan melepaskanku. Begitu