Share

Bab 7. Lamaran

Nouval masih menunggu respon istrinya. Namun, Sassy tak menjawab apapun. “Apa kau masih mendengarkanku?”

Suara dengkuran halus, menjadi jawaban pertanyaan Nouval. Dia ikut memejamkan mata juga karena lelah. Besok masih ada waktu untuk bicara.

“Sassy, bisa kita bicara sebentar?” tanya Nouval pagi itu saat mereka sarapan.

“Kau tahu aku sedang dikejar deadline. Sementara client minta iklannya diperbarui. Banyak hal yang harus kukerjakan di kantor.”

“Tapi ini penting, Sas,” kata Nouval lagi.

Sassy mengangkat mukanya dari piring sarapan kosong. “Apa kau sakit keras?” tanyanya sambil mengangkat piring dan langsung mencucinya.

“Bukan ….”

“Kalau begitu, nanti saja kita bicara. Pagi ini aku buru-buru.” Sassy menyambar blazer yang disampirkan di sandaran sofa dan mengenakannya.

“Tap---”

“Aku harus pergi, Sayang. Atau aku harus begadang di kantor malam ini,” potong Sassy. Dikecupnya pipi Nouval sebelum keluar pintu depan menuju garasi.

Nouval terdiam di kursinya. Kemudian dikerjarnya Sassy saat mendengar suara mesin mobil menyala dan pintu pagar didorong terbuka. “Pulang jam berapa nanti malam?” Kejar Nouval ke teras.

“Belum tahu. Semoga tidak harus lembur!” Sassy masuk ke mobil, menyalakan musik dan mulai memundurkan mobilnya ke pagar.

“Sayang, aku cuma mau bilang, mama sudah menemukan calon istri untukku,” kata Nouval akhirnya.

“Apa tadi?” tanya Sassy setelah mobilnya berhasil keluar pagar. Dia siap untuk berangkat sekarang. Menunggu Nouval untuk mengulangi perkataannya. Tapi Nouval hanya menggeleng dan melambai, lalu berjalan ke rumah dengan lesu.

“Mari bicarakan hal itu hari Minggu lusa, bagaimana?” teriak Sassy dari mobilnya, sebeum Nouval benar-benar masuk ke rumah. Namun, suaminya itu sudah tak memberikan respon lagi.

“Apa yang tadi dikatakannya? Soal mama lagi?” Sassy berpikir sambil menyetir. “Apa papa sakit lagi?”

Seharian Sassy sibuk di kantor. Dia bahkan lupa untuk mengingatkan Nouval makan siang seperti biasa. Dia melupakan ponselnya seharian. Sore yang snagat melelahkan, saat dia punya sedikit waktu untuk istirahat sebelum kembali bekerja. Dia ingat belum mengatakan apapun pada suaminya hari itu, sejak sampai di kantor.

Sassy meraih ponsel yang ada di laci meja. Tercengang melihat sederet pesan dari Nouval. Dia ingin langsung mengirim pesan sebenarnya, tapi hati kecilnya penasaran apa hal penting yang ingin dibicarakan Nouval sejak tadi malam.

Dibukanya pesan pertama dan membaca. “Apa kau sudah sampai di kantor?”

Itu cuma pesan biasa yang bertanya apakah dia sudah sampai kantor atau belum, sebab hingga jam sepuluh dia tak sempat memberi kabar. Sassy tersenyum membacanya.

Kemudian pesan kedua yang mengingatkannya untuk makan siang. “Sudah jam satu. Jangan lupa makan, sesibuk apapun.”

Sassy masih membaca pesan ketiga yang juga adalah pesan biasa. Nouval mengatakan ada client baru sore itu. “Aku punya client baru. Apa kau tahu tentang artis terkenal ini?”

“Lalu apa yang penting tapi tak bisa dia katakan lewat chat?” batin Sassy.

Dia merasa was-was sekarang. Biasanya mereka suka membahas apapun lewat chat, jika memang sedang sangat sibuk. Itu adalah komitmen awal agar jangan sampai kesibukan membuat komunikasi tidak lancar. Komunikasi yang baik, akan menguatkan fondasi rumah tangga mereka. Itulah yang dipercaya Sassy.

“Sesuatu tentang mama?”

Sassy kembali berpikir. Hingga ketika rekan kerjanya memanggil untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, Sassy masih belum bisa menduga hal penting tentang mama mertuanya itu. Dibanding pekerjaan, masalah kedua mertuanya masihlah nomor ke sekian untuk dipikirkan. Sassy kembali tenggelam dalam pekerjaan hingga malam menguasai bumi.

Nouval memperhatikan ponselnya. Hingga jam pulang kerja, tak ada satu juga pesan dari Sassy. Dia menggeleng kesal. Dia tahu bahwa Sassy akan sibuk hari ini, seperti yang kemarin dan pagi tadi dia katakan. Hanya saja, masa tak bisa membalas pesannya satu pun?

Pesan Mama masuk setelah Nouval sampai di rumah. “Proses lamaran sudah berjalan dengan lancar. Pernikahan kalian minggu depan. Papa lelah karena perjalanan jauh. Jadi, mari kita bahas besok. Mama mau istirahat juga.”

Nouval terpana melihat gerak cepat kedua orang tuanya. “Minggu depan?” Bagaimana ada pernikahan ekspres semacam ini? Semula Nouval mengira dirinya akan diberi waktu untuk mengenal gadis itu dulu. Ternyata keinginan orang tuanya sudah tak terbendung. Akhirnya dia hanya bisa pasrah. Toh dia juga sudah menyetujui lamaran untuk gadis itu. Dia bahkan mentransfer mama sedikit uang untuk keperluan tersebut.

Malam itu Nouval berangkat tidur sendiri, setelah pesan singkat Sassy yang mengatakan akan lembur malam itu. Sambil memeluk guling, pikirannya melayang pada gadis manis bernama Seruni itu.

“Dia tidak menolak menjadi istri kedua?”

“Apakah dia tahu bagaimana resiko jadi istri kedua? Apa dia dipaksa mama dan orang tuanya?” Nouval tertidur dengan wajah Seruni mengisi ruang matanya.

Hari Minggu, biasanya Sassy akan berada di rumah. Tapi sejak semalam, tak ada kabar lagi dari istrinya. Nouval mengeluarkan mobil dan meluncur ke rumah kedua orang tuanya.

“Ah, baru saja mau Mama telepon,” ujar mamanya saat Nouval muncul di rumah pagi itu, sambil menenteng beberapa barang belanjaan.

“Pagi, Ma.” Nouval mencium tangan mamanya.

“Istrimu tidak ikut?” tanya mama lagi.

“Dia sedang lembur di kantor. Ada deadline,” jelas Nouval.

“Sudah sarapan?” tanya Mama.

Nouval menggeleng. “Belum.” Dia melangkah ke kamar, untuk menyapa papanya.

“Wah … wajah papa cerah sekali pagi ini,” sapa Nouval. Dia duduk di sebelah Papa yang dibawa Mama duduk depan jendela balkon kamar untuk berjemur.

“Gimana gak bahagia.” Mama muncul sambil membawa sepiring roti bakar dan juice.

“Sarapan dulu,” ujar Mama. Nouval mengambil sekerat roti hangat beroles selai dan memasukkan ke mulut.

“Memangnya apa yang bikin bahagia?” tanya Nouval penasaran.

“Lihat ini!”

Mama menunjukkan foto-foto di suatu tempat asing. Ada beberapa orang di sana. Wajah manis Seruni muncul di banyak foto.

“Apa ini di acara lamaran kemarin?” tanya Nouval.

“Ya.” Jawab Mama singkat, sebelum keluar kamar entah untuk apa.

“Can-tik!” ujar papa dengan sedikit sulit. Tangannya menunjuk foto.

Nouval cepat tanggap. Papa pasti bukan bermaksud mengatakan dia cantik. Itu pasti pujian untuk Seruni, calon istri keduanya.

“Menurut Papa, lebih cantik Seruni, atau Mama?” kelakar Nouval.

Papanya tertawa terkekeh. Tapi tangannya menunjuk ke dalam rumah. Seakan bilang bahwa Mama lebih cantik dari Seruni. Nouval masih ingin menggoda papanya. Dengan memasang tampang cemberut, Nouval berkata,

“Kalau dia tidak secantik Mama, kenapa dipilihkan untukku?”

Papa masih terlihat senang dan terkekeh geli saat Mama kembali. “Apa yang kalian bicarakan?”

“Kata Papa, Seruni lebih cantik dari Mama,” goda Nouval.

Mama melotot pada Papa, hingga Nouval mendapat pukulan di bahu dari tangan kaku sang ayah. Dia tertawa senang, melihat Papa berusaha menjelaskan yang sebenarnya pada Mama.

“Andaikan Sassy bersedia punya anak, mungkin rumah tangga kami akan bahagia seperti Mama dan Papa hingga tua,” batinnya. Dia kagum, melihat kedua orang tuanya yang saling mencintai hingga usia senja, meski keadaan sedang tidak baik.

Setelah senda gurau selesai, akhirnya Nouval kembali membahas perihal lamaran itu. “Kenapa hari pernikahannya sangat cepat?”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Terima kasih sudah mampir.
goodnovel comment avatar
Langit Jingga1415
lanjut kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status