Cressa mengangkat alisnya, menunjukkan keterkejutannya mendengar pengakuan pria itu yang dengan jelas mengatakan kalau dia adalah teman semasa kecil Cressa. Cressa tentu cukup terkejut mendengarnya. Lantaran, dia juga sempat mengenali wajah pria ini namun melupakan namanya. “Oh, pantas saja aku seperti mengenalmu. Kau... uh, siapa namamu?” tanya Cressa. “Kau sungguh tak ingat? Aku Matthias,” jawabnya sambil mendengus kesal. “Benar, Matthias... Setelah mengetahui aku adalah teman masa kecilmu, apakah kau akan tetap membawaku pergi? Kau tidak akan memulangkanku?” tanya Cressa. Matthias tertawa dengan betapa blak-blakannya Cressa bertanya padanya. Dia kemudian menatap Cressa lagi, wajah cantik yang dulu masih kekanakan itu sekarang sudah dewasa dan dia semakin cantik di usia awal 20-an, di mana biasanya wanita sedang bersinar. “Pertama-tama, aku membutuhkan dokter.” Matthias memalingkan wajahnya saat Cressa menatapnya lagi, tawa di wajahnya hilang seolah d
“Apa yang sebenarnya kau maksud?” Magnus menyipitkan matanya. “Aku menginginkan banyak hal darimu. Jika kau ingin istrimu baik-baik saja, sebaiknya kau siapkan uang sejumlah 2 Miliar Zeno. Aku akan menunggumu besok di dermaga. Kebetulan aku akan segera pergi. Jadi, aku ingin kau membawa uang tebusannya besok!” ucap Garret. “2 Miliar Zeno? Yang benar saja. Dari mana aku akan bisa mempunyai uang tunai sejumlah 2 Miliar Zeno dalam satu malam?!” Magnus menatap Garret tak percaya. “Aku tidak peduli. Aku kebetulan memang butuh uang. Jadi, mau tidak mau, aku harus melakukan ini. Dan juga, simpan saja Agnes untukmu. Dia sedang hamil entah anak siapa. Wanita jalang itu sudah tidak berguna.” Garret menghela nafasnya seraya membalikkan tubuhnya. Dia segera memasuki mobilnya, meninggalkan adiknya yang sekarang dalam keadaan terkejut mengetahui kalau Agnes sedang hamil. Walau sebenarnya, dia juga tidak peduli dengan itu. Yang harus Magnus di usia saat ini adalah Cre
“Aku yakin kau tidak pernah pakai pakaian seperti itu,” ucap Matthias sambil mengamati tubuh Cressa dibalik kaosnya yang kebesaran di tubuh gadis itu. “Ya, aku tidak menggunakan pakaian laki-laki,” balas Cressa seadanya. Matthias mendengus dan terkekeh pelan mendengar balasan Cressa yang berbeda dari apa yang dia maksud. Namun, dia cukup geli mendengar jawaban Cressa yang terkadang terlalu nyata. “Maksudku, kau tidak menggunakan pakaian berbahan kaos katun seperti itu, bukan?” “Ya, aku pakai berbahan satin biasanya. Aku penasaran, apa kau tidak pernah punya pacar sampai-sampai kau tidak memiliki pakaian wanita di rumahmu?” tanya Cressa. Cressa menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia bukannya tidak terbiasa dengan suasana apartemen seperti ini, karena suasananya mirip dengan asramanya. Dia juga bukan sepenuhnya tuan putri selama masa kuliah, dia hanya kebetulan gadis yang lebih beruntung saja. “Aku gay.” Cressa langsung melebarkan matanya dan menat
“Dia meminta 2 Miliar Zeno. Sementara untuk tunai aku hanya memiliki sekitar 500 juta Zeno. Jadi, aku kekurangan 1,5 Miliar Zeno,” jawab Magnus. Jeslyn langsung menatap ayahnya dengan serius, dia ingin menyelamatkan Cressa. Dan bagi ayahnya Jeslyn, sangat penting untuk memberikan sedikit pengorbanan. Melihat lata belakang Magnus saat ini, baginya akan sangat menguntungkan jika dia bisa menjalin hubungan baik dengannya segera. “Aku bisa memberikanmu pinjaman sebanyak 1,5 Miliar Zeno.” Wali kota Metronyx akhirnya menyetujui untuk memberikan pinjaman pada Magnus agar Magnus bisa menebus istrinya tersebut. Di sisi lain karena Cressa adalah sahabat putrinya, dia juga sedikit iba dengan Magnus sebagai sesama pria. Dia mengerti jika Magnus mungkin putus asa. Jeslyn tersenyum senang saat ayahnya akhirnya bersedia menyediakan yang tunai dalam jumlah yang diminta. Ayahnya menjanjikan akan menyediakannya besok pagi. Jadi, Magnus tidak perlu lagi mengkhawatirkan tentang
Agnes tersentak kaget saat Magnus membentaknya seperti itu. Dia seketika berjalan mundur menjauhi Magnus. Magnus tidak pernah membentak padanya, namun dia memang pernah melihat Magnus membentak gadis yang mengganggunya dulu. Di matanya, sekarang berarti Agnes adalah gadis yang mengganggu gadis Magnus. Magnus berusaha berdiri tegak di sisi Cressa, seperti saat Magnus berduri tegak di sisinya dulu. “Sejak awal, seharusnya aku tidak membantumu. Karena kau malah menjadi beban untukku, dan kau juga menjadi ancaman untukku dan Cressa,“ ucap Magnus sambil memelankan suaranya. Agnes menggelengkan kepalanya sambil menahan air matanya. Dia tidak percaya jika Magnus terus mendorongnya menjauh. Magnus seolah lupa kalau dulu mereka adalah pasangan. “Tolong jangan berkata seperti itu... Aku benar-benar tidak bisa menerimanya. Kau... kau benar-benar jahat sekarang.” Sambil terisak pelan, Agnes menundukkan kepalanya. Magnus mendengus karena sek
“Sial, bagaimana bisa kita mendapatkan gadis dengan rambut panjang, tinggi sekitar 160cm dan berbadan ramping dengan mudah.” “Perlu kau ketahui, itu perawakan normal para gadis. Kita akan mudah mendapatkannya.” Namun, orang-orang itu sudah menyusuri beberapa klub untuk mencari kategori yang dimaksud. Selalu saja ada hal yang tidak tepat tentang gadis yang mereka temukan. Seperti rambutnya lebih pendek, ternyata dia menggunakan heels, warna rambut tidak sesuai dan lain sebagainya. Sementara itu, seseorang dari mereka menjauh dari kerumunan dan berusaha menghubungi Matthias. Dia sepertinya mengenal Matthias dengan cukup dekat, saat ini dia gelisah dengan di mana keberadaan Matthias bersama gadis yang harusnya ditawan itu. Dia mendengus kesal saat Matthias tidak bisa dihubungi sama sekali. Dia lebih berharap terjadi sesuatu pada Matthias sepanjang perjalanan. Dari pada mengetahui kalau Matthias berkhianat. “Aku menyerah. Aku lelah dan semakin dingin di sin
“Maksudku, kau yakin akan terus bekerja pada orang sepertinya yang mungkin sebentar lagi akan segera bangkrut?” tanya Cressa sambil menatap Dave dengan tatapan meyakinkan.Matthias menatap Cressa sedikit tak percaya. Dia tahu Cressa memang angkuh, namun dia belum pernah melihat Cressa menggunakan kekuasaan atau hartanya seperti ini. “Tidak, tidak. Aku tidak akan pernah berkhianat. Karena di masa depan, kemungkinan besar hidupku akan lebih bermasalah dari pada saat ini jika aku melakukan pengkhianatan pada Garret.”Dave menolak keras berkhianat, dia tampak teguh pada pendiriannya sendiri. “Suamiku adalah saudaranya Garret. Dia juga tidak akan membiarkan orang yang berusaha menyakitiku hidup dengan tenang,” balas Cressa seadanya. “Kau tidak akan mendapatkan proteksi apa pun dari Garret, kan?” Dave terdiam. Sekarang posisinya sangat sulit. Dua orang yang mempunyai kekuasaan itu rasanya memojokkannya. Dia tidak tahu mana yang harus dia pilih sekarang. “
“Ahh! Ahh! Kau benar-benar luar biasa! Ohh, betapa penuhnya!” Gadis itu mendesah saat dia duduk di pangkuan Garret dan menggerakkan pinggangnya dengan gerakan yang cukup intens. Sementara Garret memegangi pinggangnya sambil menaruh bibirnya di puncak buah dada Alexa. Alexa justru lebih menikmati momen ini dari yang Garret duga. Garret mendapatkan banyak keuntungan jika seperti ini, menurutnya. Karena di matanya, selain akan mendapatkan yang di esok hari, dia juga mendapatkan gadis cantik untuk memenuhi gairahnya. Dia tidak begitu memikirkan tentang Matthias yang membawa lari Cressa.Saat itu orang-orangnya sudah dia kirim untuk mendatangi kediamannya Matthias. Dia tinggal menunggu hasilnya sambil menikmati Alexa, tawanan pengganti. Dia menikmati goyangan Alexa yang ternyata mahir, membuatnya keenakan karena Alexa menjepit miliknya dengan andal. Setelah bersenang-senang, Garret menyempatkan tidur sejenak. Dia menaruh lengannya di atas dahinya dalam keadaan tak
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus.“Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia
Magnus mengantarkan Agnes ke kamarnya. Dia masih ingat betul posisi kamar Agnes saat mereka masih berkencan. Dia kadang datang untuk mengunjunginya, membawakannya hal kecil seperti makanan atau camilan manis, hingga hadiah-hadiah berupa barang mewah. Sejak dulu, Magnus memang pria yang royal dan loyal. Dia tidak akan perhitungan soal uang pada gadisnya. Dan kenangan itu membuat Agnes tersenyum saat memasuki kamarnya bersama Magnus. “Sudah lama sekali kau tidak datang ke sini, ya?” Agnes tersenyum sambil naik ke kasurnya. “Istirahatlah! Masih banyak yang harus aku selesaikan.” Magnus tampak berdiri di pintu saja. “Kau tidak akan menemaniku dulu?” Agnes menatap Magnus dengan tatapan kecewa. “Aku sudah menikah, ingat? Aku hanya melakukan ini karena Cressa juga, aku enggan dia dalam bahaya. Juga, setidaknya kau tidak membahayakan bayimu sendiri,” ucap Magnus dengan dingin. Agnes terdiam. Dia sebenarnya sudah bisa menebak maksud Magnus. Yang membuatnya
“Magnus!” pekik Cressa saat Magnus malah berusaha mendekati Agnes saat ini. Dalam keadaan Magnus yang ditodong oleh Agnes, dan Agnes yang dengan nekat mengatakan jika tidak ada yang boleh memiliki Magnus dari pada dirinya, tentu Cressa khawatir akan keselamatan Magnus. Tetapi tak ada yang bisa dia lakukan selain berdiri sana. “Agnes, sebaiknya kau tidak berusaha untuk menggunakan pistol itu!” Glenn mengeraskan rahangnya, dia mulai membenci suasana ini. Beberapa anggota pasukan khusus itu mulai mendekati Agnes juga, yang membuat Agnes langsung siaga dan mengarahkan pistolnya ke sembarang arah. Magnus akhirnya mengangkat tangannya untuk memberikanku sinyal bagi mereka untuk tidak mendekat. “Aku sedang hamil. Suruh mereka turunkan senjata mereka lebih dulu!” titah Agnes dengan takut. Bisa dilihat jika sebenarnya Agnes juga takut. Namun berusaha berlindung di balik fakta kalau dia hamil. Dia juga berusaha mendapatkan Magnus kembali dengan menggunakan bayi d
“Aku mengenal Agnes cukup baik. Dia orang yang cukup nekat. Dan kelihatannya dia sangat tidak senang dengan pernikahan Magnus bersama Cressa.” Glenn menatap sekitar. “Sayangnya kami menemukan rumah ini kosong. Hanya ada kalian berdua di ruangan ini, di rumah ini. Semua ruangan kosong. Aku sudah memeriksa semua laporan dari anggotaku.” Komandan pasukan khusus tersebut menginformasikan langsung pada Glenn. Dia kemudian melirik Glenn dan Jeslyn yang tampak terdiam. Glenn kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. “Kau sudah menyelamatkan Magnus sebelumnya?” tanya Glenn. “Oh, tentu saja. Tidak ada yang tahu tempat ini sebelumnya, jadi kami memilih menyelamatkan Magnus lebih dulu, yang tempatnya lebih jelas,” jawab Jeslyn. “Apa ada yang salah?”“Lantas di mana Magnus?” Glenn menatap Jeslyn dengan lebih serius. “Dia di luar, bersama Cressa. Kondisinya sangat lemah, dia tidak diberi makan sama sekali oleh ayahnya. Padahal dia putranya, tapi kenapa dia begitu—
“Kelihatannya kau sangat lapar.” Cressa memperhatikan Magnus yang makan dengan lahap. Sambil menuju ke kediamannya Agnes, Magnus memakan beberapa nasi kepal yang mereka beli di jalan. Dia belum makan berhari-hari, hingga membutuhkan sangat banyak makanan seperti itu. “Dia benar-benar tidak memberiku makan selama beberapa hari.” Magnus terkekeh pelan, berbicara setelah menelan makanan yang dimakannya. “Pantas saja kau terlihat begitu lemas begitu aku datang.” Cressa menghela nafasnya berat. “Kau harus mendapatkan pemeriksaan setelah ini. Penyanderaan tanpa makanan selama tiga hari seperti itu bisa merusak organmu. Tubuhmu juga mungkin sudah memecah otot-ototmu untuk bertahan hidup. Kau masih mendapatkan air selama itu?” tanya anggota pasukan khusus yang ada di mobil tersebut, itu merupakan bagian penjagaan karena kondisi Magnus sedang turun. Cressa menoleh pada anggota pasukan khusus yang mungkin lebih tau tentang kondisi kesehatannya Magnus meski hanya
Magnus menghela nafasnya dengan berat sambil menatap dadanya. Di balik mantelnya, kelihatannya peluru itu sudah masuk menembus dada. Dia lantas menatap Cressa yang tampak berkaca-kaca ketika melihat ke arah Magnus. Beberapa anggota pasukan khusus segera masuk untuk mengecek keadaan Magnus dan Cressa. Mereka bisa memastikan keadaan Cressa dalam hitungan detik, melihatnya berdiri tegap dan sehat. “Magnus!” pekik Cressa, gadis itu dengan cepat menghampiri Magnus untuk memastikan keadaannya, dia tampak gemetar saat mengulurkan tangan pada mantel Magnus. Salah satu anggota pasukan khusus berdiri di dekat Cressa, dengan cepat mengambil alih apa yang ingin dilakukan Cressa. Dia juga tampaknya mencari luka Magnus dengan membukakan mantelnya. “Aku baik-baik saja,” ucap Magnus dengan suara yang rendah dan pelan. “Kau tertembak! Apanya yang baik-baik saja!” pekik Cressa. “Dia tidak.” Anggota pasukan khusus itu tidak menemukan luka apa pun. Cressa juga
“Magnus! Kau baik-baik saja?” pekik Cressa saat melihat Magnus dalam keadaan babak belur, lesu, pucat, dan lemahHanya butuh beberapa hari Carlos membuat Magnus yang biasanya rapi dan terawat, menjadi sosok yang tampak seperti gelandangan dan punya banyak luka lebam. Magnus menghela nafasnya, kemudian terkekeh pelan. Kelegaan terlihat di wajahnya. Entah dia merasa lega karena akhirnya bisa melihat istrinya lagi atau senang karena Cressa bahkan mau menyelamatkannya. Magnus bahkan tak mengira kalau Cressa akan datang padanya. “Aku baik-baik saja. Aku senang kau datang.” Magnus menghela nafasnya sambil tetap menatapnya. Cressa tersenyum mendengarnya. Dia mengerti, Magnus sebenarnya putus asa, namun tetap enggan membiarkannya terluka jika datang ke sini. Namun apa boleh buat, sekarang dia sudah di sini, tepat di depan Magnus. “Wah, lihat siapa yang datang, dengan oleh-oleh yang aku inginkan.” Dari pintu yang menghubungkan ke ruangan lainnya, Carlos muncul sa
Hamil. Para pelayan wanita itu seketika menatap Cressa dengan tatapan iba seperti yang Cressa harapkan. Kata hamil bagi setiap wanita akan mempengaruhi emosi wanita lainnya, biasanya. Salah satu dari mereka mendekat untuk membantu Cressa membawakan tas uangnya tersebut. “Sebenarnya, ada beberapa tas lagi di luar. Ada empat tas lagi di luar,” ucap Cressa sambil memperhatikan pelayan yang masih bertambah kosong di depannya. Seperti yang diharapkan, mereka semua langsung menuju ke luar, untuk mengambil tas uang tersebut, usaha mereka bertujuan untuk membantu Cressa memasukkan uang tebusan yang dibawanya. Namun, dalam hitungan detik keempatnya tumbang di halaman depan. Cressa menatap pelayan wanita yang sudah berada di atas, menunggu yang lainnya sambil menatap ke depan. Cressa segera naik ke atas, dia memegangi perutnya, trik lain untuk mendapatkan simpati orang itu. Cressa juga dengan sengaja mengeraskan suara nafasnya. Memenuhi keinginan Cressa, pe