Agnes tersentak kaget saat Magnus membentaknya seperti itu. Dia seketika berjalan mundur menjauhi Magnus. Magnus tidak pernah membentak padanya, namun dia memang pernah melihat Magnus membentak gadis yang mengganggunya dulu.
Di matanya, sekarang berarti Agnes adalah gadis yang mengganggu gadis Magnus. Magnus berusaha berdiri tegak di sisi Cressa, seperti saat Magnus berduri tegak di sisinya dulu. “Sejak awal, seharusnya aku tidak membantumu. Karena kau malah menjadi beban untukku, dan kau juga menjadi ancaman untukku dan Cressa,“ ucap Magnus sambil memelankan suaranya. Agnes menggelengkan kepalanya sambil menahan air matanya. Dia tidak percaya jika Magnus terus mendorongnya menjauh. Magnus seolah lupa kalau dulu mereka adalah pasangan. “Tolong jangan berkata seperti itu... Aku benar-benar tidak bisa menerimanya. Kau... kau benar-benar jahat sekarang.” Sambil terisak pelan, Agnes menundukkan kepalanya. Magnus mendengus karena sek“Sial, bagaimana bisa kita mendapatkan gadis dengan rambut panjang, tinggi sekitar 160cm dan berbadan ramping dengan mudah.” “Perlu kau ketahui, itu perawakan normal para gadis. Kita akan mudah mendapatkannya.” Namun, orang-orang itu sudah menyusuri beberapa klub untuk mencari kategori yang dimaksud. Selalu saja ada hal yang tidak tepat tentang gadis yang mereka temukan. Seperti rambutnya lebih pendek, ternyata dia menggunakan heels, warna rambut tidak sesuai dan lain sebagainya. Sementara itu, seseorang dari mereka menjauh dari kerumunan dan berusaha menghubungi Matthias. Dia sepertinya mengenal Matthias dengan cukup dekat, saat ini dia gelisah dengan di mana keberadaan Matthias bersama gadis yang harusnya ditawan itu. Dia mendengus kesal saat Matthias tidak bisa dihubungi sama sekali. Dia lebih berharap terjadi sesuatu pada Matthias sepanjang perjalanan. Dari pada mengetahui kalau Matthias berkhianat. “Aku menyerah. Aku lelah dan semakin dingin di sin
“Maksudku, kau yakin akan terus bekerja pada orang sepertinya yang mungkin sebentar lagi akan segera bangkrut?” tanya Cressa sambil menatap Dave dengan tatapan meyakinkan.Matthias menatap Cressa sedikit tak percaya. Dia tahu Cressa memang angkuh, namun dia belum pernah melihat Cressa menggunakan kekuasaan atau hartanya seperti ini. “Tidak, tidak. Aku tidak akan pernah berkhianat. Karena di masa depan, kemungkinan besar hidupku akan lebih bermasalah dari pada saat ini jika aku melakukan pengkhianatan pada Garret.”Dave menolak keras berkhianat, dia tampak teguh pada pendiriannya sendiri. “Suamiku adalah saudaranya Garret. Dia juga tidak akan membiarkan orang yang berusaha menyakitiku hidup dengan tenang,” balas Cressa seadanya. “Kau tidak akan mendapatkan proteksi apa pun dari Garret, kan?” Dave terdiam. Sekarang posisinya sangat sulit. Dua orang yang mempunyai kekuasaan itu rasanya memojokkannya. Dia tidak tahu mana yang harus dia pilih sekarang. “
“Ahh! Ahh! Kau benar-benar luar biasa! Ohh, betapa penuhnya!” Gadis itu mendesah saat dia duduk di pangkuan Garret dan menggerakkan pinggangnya dengan gerakan yang cukup intens. Sementara Garret memegangi pinggangnya sambil menaruh bibirnya di puncak buah dada Alexa. Alexa justru lebih menikmati momen ini dari yang Garret duga. Garret mendapatkan banyak keuntungan jika seperti ini, menurutnya. Karena di matanya, selain akan mendapatkan yang di esok hari, dia juga mendapatkan gadis cantik untuk memenuhi gairahnya. Dia tidak begitu memikirkan tentang Matthias yang membawa lari Cressa.Saat itu orang-orangnya sudah dia kirim untuk mendatangi kediamannya Matthias. Dia tinggal menunggu hasilnya sambil menikmati Alexa, tawanan pengganti. Dia menikmati goyangan Alexa yang ternyata mahir, membuatnya keenakan karena Alexa menjepit miliknya dengan andal. Setelah bersenang-senang, Garret menyempatkan tidur sejenak. Dia menaruh lengannya di atas dahinya dalam keadaan tak
Cressa tidak tahu berapa banyak uang yang Matthias punya. Jadi, dia hanya memilih yang sekiranya murah, namun bahannya cukup nyaman baginya. Dia sangat mementingkan kenyamanan dan model, yang membuatnya memakan waktu sangat lama di toko. Matthias bahkan sampai tertidur dengan keadaan duduk bersandar. Selesai berbelanja, Cressa merasakan perutnya lapar. Dia menghela nafasnya sambil melirik Matthias yang juga sedang mencari sesuatu untuk dimakan pagi itu untuk keduanya. “Apakah di sini tidak ada telepon umum atau sebagainya?” “Bukankah kau tahu di zaman modern ini sudah tidak ada lagi telepon umum? Seperti kau tinggal di masa lalu saja,” umpat Matthias. “Kau harus tahu kalau di Metronyx tetap menyediakan layanan telepon umum. Biasanya digunakan untuk orang yang baru kehilangan ponselnya, entah itu karena pencurian atau apa. Mereka bisa menghubungi polisi secara langsung dengan itu.” Matthias terdiam. Dia secara tak langsung sempat mengatai Cressa ko
“Apa?” Magnus mengerutkan alisnya. “Saat kita menggeledah barang kali mereka meninggalkan jejak, aku menemukan fakta bahwa Matthias adalah seorang gay. Aku menemukan beberapa foto tentangnya bersama pacarnya.” “Aku juga lihat tentang itu. Maksudku, kau yakin tentang itu?” Magnus mengerutkan alisnya. Dia tidak begitu terkejut tentang fakta bahwa Matthias adalah seorang gay. Itu membuatnya sedikit lega, karena Matthias berarti tak akan tertarik pada istrinya. Sayangnya, perkiraannya tidak benar. Mata Magnus tertuju pada gadis itu, memperhatikan tubuh gadis itu. Dia memperhatikan bahwa kulit gadis itu lebih kekuningan. Karena dia ingat dengan jelas kalau warna kulit Cressa cenderung pink karena dia punya undertone cool. Dia kemudian menatap Garret tak percaya. Garret menyadari Magnus meragukannya kalau itu adalah Cressa. Garret berusaha memutar otaknya untuk meyakinkan Magnus kalau gadis itu adalah Cressa. “Oh, jika aku lihat suamimu tidak membawa Ag
Garret mulai kewalahan saat Magnus benar-benar mengetahui apa saja yang akan dia lakukan, gerakan apa yang akan dilakukannya. Semua tebakan Magnus hampir semuanya benar. Itu membuat Garret mulai kelelahan dan wajahnya juga mulai babak belur karena Magnus. Berbeda dengan Garret yang tak peduli akan perkembangan Magnus, dan justru terus fokus pada dirinya sendiri, Magnus sering kali memperhatikan perkembangan saudaranya tersebut. Dia mempelajari apa kesalahan Garret, sehingga dia bisa ada di tahap satu langkah lebih jauh darinya. Magnus membanting Garret sebagai akhir dari pertarungan mereka. Dia mendengus sambil menatapi Garret, terengah-engah. Garret menatap Magnus dengan marah, namun tak ada yang bisa dia lakukan. Dia kalah telak dari saudaranya. Magnus berbalik menjauhinya. Dia tak membawa kembali koper itu. Dia menggunakan kembali jasnya. Tanpa membuang waktu lebih lama di sana, Magnus langsung pergi bersama anak buahnya. Meninggalkan Garret yang babak belur.
Cressa mengerjapkan matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat pusing, pandangannya sedikit kabur juga akibat dari benturan sebelumnya. Garret benar-benar tidak menahan diri lagi padanya. Samar, dia mendengar seseorang yang tengah dipukuli. Suara rintihan dan erangan yang diiringi dengan suara gedebuk beberapa kali. Cressa berusaha memfokuskan pandangannya ke depan, guna menemukan para pria yang sedang memukuli dua pria lainnya yang mulai tak berdaya.Matthias dan Dave sekarang berlutut di hadapan Cressa. Kondisi mereka sudah babak belur dengan darah di mana-mana. Wajah mereka tampak dipenuhi lebam. Matthias tampaknya mengalami pendarahan dari mulutnya, sementara Dave hanya luka kecil di ujung bibirnya. “Ughh...” Cressa berusaha mencari orang yang saat ini sedang sangat dia waspadai. “Kau sudah bangun? Kau pingsan cukup lama. Seperti lukamu cukup parah.” Cressa langsung tersadar sepenuhnya. Tubuhnya sempat tersentak begitu mendengar suara Garret. Dia perl
Cressa menatap lurus ke langit-langit bar kecil tersebut. Setiap dia berkedip, air matanya meluncur ke kedua sisi wajahnya. Suaranya gemetar dan sedikit terisak. “Apa ini membuatmu merasa enak? Meski benda ini punya ujung yang lebih kecil ketimbang kemaluannya Magnus, tetapi bukankah sensasinya luar biasa? Kau bisa merasakannya, bukan? Dingin, keras, dan juga... menggelitik.” Garret tertawa puas melihat reaksinya Cressa. Garret hendak bermain-main dengannya lewat celah itu. “Sebaiknya kau berhenti menangis. Atau aku akan melepaskan pelurunya.” Ini tidak lucu. Cressa tidak bisa membayangkan jika Garret melepaskan pelurunya di dalam dirinya. Akan lebih baik jika dia ditembak di tempat yang bisa membuatnya langsung tewas. Tetapi di bawah sana? Sial, dia akan mati perlahan-lahan. Melihat keputusasaan di wajah Cressa membuat Garret tertawa puas. Dia kemudian melakukan sedikit gerakan kecil dengan revolver tersebut, yang membuat Cressa menggigit bibirny
Kali ini Cressa tak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia membutuhkan Magnus untuk memuaskan hasratnya. Dan Magnus yang menginginkan hal serupa jelas tak akan berhenti di sana. Apa lagi bagaimana Cressa memberikan reaksi. Cressa membuatnya gila.Tanpa berbasa-basi, Magnus mengangkat tubuh Cressa, melingkarkan kaki Cressa di pinggangnya dan membawa Cressa naik ke kamar. Dia kemudian membaringkan Cressa di kasur. Sementara dirinya mulai melucuti pakaiannya sendiri yang hanya akan menghalangi kegiatan mereka. Cressa memperhatikan bagaimana Magnus menelanjangi dirinya, memperhatikan jika otot-otot Magnus belakangan ini semakin jelas, ukuran ototnya sepertinya bertambah seiring dia berada jauh dari Cressa. Pikiran tentang tidak menyentuh Cressa dalam waktu yang lama tentu adalah sesuatu yang berat. Magnus harus mengalihkan perhatiannya agar dia tidak terlalu memikirkan tentang tubuh istrinya, atau segala kepuasan yang ada di dalamnya. Dia melampiaskan semuanya dengan kegi
Setelah Serenia mengatakan sesuatu tentang hukuman, sekarang Cressa mengerti kenapa Magnus saat ini duduk di pinggir kasur dengan membungkuk, hingga kedua lengannya harus menahan postur tubuhnya yang sedang tertunduk tak jauh dari Cressa. “Aku akan pergi ke Bericont untuk beberapa minggu. Ada banyak yang harus aku lakukan di sana.” Magnus menghela nafasnya dengan berat, kelihatannya dia sebenarnya enggan. Cressa memalingkan wajahnya. Dia sebenarnya tidak mau berbicara dengan Magnus. Namun Magnus sudah berkali-kali membujuknya dan meminta maaf padanya. Hingga dia juga mengalah dengan tinggal di mansion Montgomery untuk beberapa haru belakangan ini. “Sepertinya kau sangat ingin menjauhiku,” gumam Cressa. “Kau tahu bukan itu maksudku. Ini perintah Serenia. Dia saat ini kembali memegang kendali di kantor. Aku tidak bisa menentangnya.” Magnus menatap Cressa dengan pasrah. Cressa hanya bisa menghela nafasnya kemudian. Dia juga tidak tahu harus mengatakan apa. Lagi pula, sepertinya
Saat Cressa memberontak dari gendongannya, Magnus menguatkan lengannya untuk menahan tubuh Cressa. Dia bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Cressa karena mungkin kurangnya asupan nutrisi yang cukup selama beberapa hari belakangan ini. “Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” Cressa terus memberontak. Magnus mendekap Cressa ke dadanya. Cressa menolak menyentuhnya sama sekali, itu sebenarnya membuat harga dirinya turun di depan orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, Magnus tetap berusaha mempertahankan fasadnya yang tegas. “Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untukmu sekarang. Berhenti memberontak!” Tangan kanan Magnus mencengkeram kuat kedua lutut Cressa.Cressa terus mendorong Magnus menjauh, dan kedua kakinya dia ayunkan. Meski begitu, tak lama kemudian dia terdiam saat merasakan nafasnya tiba-tiba menjadi berat. Dan dia merasa lelah hanya karena pemberontakannya yang lemah. “Lihat? Kau membutuhkan bantuan medis sekarang.” M
“Aku tidak tahu apa pun tentang yang terjadi antara Cressa denganmu. Tapi aku sedikit tersinggung atas ucapanmu tentang selingkuh. Aku? Menjadi selingkuhan? Oh, harga diriku benar-benar terluka. Aku lebih baik mendapatkan gadis lain.” James langsung mendecak tak percaya, dia menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia sebenarnya sangat penasaran atas apa yang terjadi dengan hubungan rumah tangga pasangan yang menikah kurang dari empat bulan tersebut. Dia bertemu mereka saat mereka baru menikah, dan dalam keadaan harmonis. Suasana ini jelas sangat berbanding terbalik. Magnus hanya melirik ke arah James dengan sedikit sinis. Meski begitu, mendengar langsung bagaimana James menjelaskan situasi yang terjadi antara dia dan Cressa, tak ada indikasi perselingkuhan. Berusaha mengesampingkan perasaan kesalnya karena melihat Cressa bersama pria lain di sebuah kabin, dia ingin fokus pada perasaan Cressa saat ini dan fakta kalau dia sedang hamil. Magnus berjalan mendekati Cressa, dia berdiri
“...sungguh, dia memintaku menurunkannya di persimpangan jalan sana, dan kemudian sebuah mobil tiba begitu dia turun dari taksiku. Dia sudah menelepon seseorang selama di perjalanan.” Sopir taksi yang sekarang tengah ditodong pistol oleh salah satu anak buah Magnus itu tampak berusaha keras menunjukkan kejujurannya. Dia mengangkat tangannya dengan ketakutan juga. Magnus menganggukkan kepalanya mengerti dan membuat anak buahnya menurunkan pistol tersebut. Sekarang Magnus penasaran dengan orang yang berani membantu istrinya tersebut di saat seperti ini. Dia kemudian memikirkan seseorang. “Sepertinya belakangan ini aku tidak melihat Paul,” gumam Magnus. “Dia sedang berada di luar kota untuk urusan lainnya, itu yang aku ketahui,” jawab Glenn. “Sungguh? Bagaimana jika dia di luar kota karena membantu Cressa pergi?” “Dia tidak akan melakukan itu. Nyonya Serenia sendiri yang mengirimnya keluar kota beberapa hari yang lalu, tepat sebelum semua ini terjadi. Aku yakin Cressa tidak b
Serenia memegangi bahu Jeslyn dengan erat, yang tentu berhasil membuat Jeslyn merasa terintimidasi dan tak punya pilihan selain jujur padanya. Serenia juga jelas sedang khawatir. “Jangan bilang jika Magnus bahkan tidak mengetahui tentang ini,” ucap Robert. Serenia melirik suaminya tersebut dan menatap Magnus. Sementara Robert hanya tersenyum tipis sambil menggoyangkan kakinya santai, menurut Robert akan seru jika Magnus kehilangan kepercayaan Serenia sepenuhnya. “Benar, Cressa sedang hamil. Dan dia memang belum memberitahu siapa pun selain aku.” Jeslyn menganggukkan kepalanya. Serenia seketika melepaskan bahu Jeslyn dan mendengus kasar. Serenia menutup wajahnya dengan perasaan khawatir pada adiknya tersebut. Sementara Magnus memejamkan matanya sejenak sambil menyandarkan bahunya ke sofa. Magnus memijat keningnya agak kasar begitu mendengar kabar kehamilan istrinya, dari sahabat istrinya. “Kenapa dia tidak langsung memberitahuku jika dia hamil?” Ma
Sedetik setelah kehilangan kendalinya lagi, Magnus menghela nafasnya berat. Dia tentu menyesalinya setelah membentak Cressa. Apa lagi, reaksi Cressa yang tampak membeku sesaat, dengan ekspresinya yang terlihat menahan tangisnya. “Dengar, aku sama sekali tidak berniat membentakmu. Hanya saja, semuanya terasa semakin sulit saat kau tidak mendengarkanku dan justru menuduhku.” Magnus mendengus. Cressa memalingkan wajahnya. Dia ingin mendengarkan Magnus lebih lanjut, mendengarkan penjelasannya lagi meski harus menahan air matanya. Dia juga merasa kalau dirinya semakin sensitif dan emosional belakangan ini. “Aku sudah menjelaskannya dengan jelas, bukan? Situasinya tidak menguntungkan untuk Agnes jika dia tinggal di Luston. Untuk itulah aku membawanya kembali ke Metronyx dan membiarkannya tinggal di Metronyx. Mungkin setidaknya sampai bayinya lahir. Kau mengerti maksudku, kan? Setelah bayinya lahir, pasti orang tuanya Agnes berubah pikiran, tidak mungkin bagi mereka membu
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus. “Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia sedang hamil d