Share

68. Inginnya

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 21:51:17

Aku termangu dengan ucapan Frans, dalam hati merutuki sikapku selama ini yang seakan memberi jalan masuk bagi lelaki di depanku ini. Sungguh aku tidak bermaksud menariknya dalam harapan yang aku sendiri sudah tidak mampu. Aku hanya seorang janda, sedangkan Frans seorang pria lajang dengan segala kenikmatan dunia.

Frans seorang dokter muda yang tampan dan memiliki finansial yang cukup matang, hal ini membuat aku tidak berani melangkah bersama dengannya. Saat bersama Jasen hidupku cukup tersiksa oleh pergaulan keluarganya, sedangkan Frans yang memiliki segalanya semakin membuatku gentar.

"Jangan terlalu dipikirkan, Ann. Kita jalanibsaja dulu. Kamu hanya perlu kembangkan usaha ini agar bisa merebut hak asuh putra putri kamu," papar Frans.

"Jujur aku sangat ragu untuk melangkah bersama kamu, Frans. Bisakah kita untuk sementara hanya teman saja?" tanyaku.

Frans kulihat sedih dan tanpa banyak kata lelaki itu melangkah meninggalkan aku yang masih memandang kepergiannya. Hingga tubuh lelaki
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   69. Kematian

    "Hallo!" Sapa Andin sopan."Benar dengan Mbak Andin?" tanya dari seberang yang aku perkirakan seorang perempuan. Aku bisa mendengar percakapan Andin di telepon karena oleh gadis itu ponselnya diloudspeker sehingga aku bisa mendengar semua. Hal ini dilakukan oleh Andin karena dia tidak ingin jika si penelepon adalah salah orang. Aku meyakinkan bahwa si penelepon sepertinya membawa berita penting, dengan alasan itu akhirnya Andin mau menerima telepon tanpa nama."Maaf, Mbak. Ini di jalan Ahmad Yani terjadi kecelakaan yang mengakibatkan semua penumpang meninggal dan salah satunya bernama Sardi dengan alamat di jalan Mliwis no 40. Apakah Mbak Andin mengenal beliau?" ucap si penelepon dari seberang."Maaf, jika tidak merepotkan bisa foto wajah dari beliau!" pinta Andin masih dengan nada datar.Aku masih diam mendengar semua pembicaraan penelepon yang terdengar terbata dalam pendengaranku. Kemudian beberapa saat teleponku juga berdering. Gegas aku berjalan mendekati asal suara tersebut d

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   70. Kematian

    Akhirnya aku memutuskan untuk langsung datang ke rumah sakit untuk memastikan jenazah keluarga Andin. Kulihat wajah Andin datar dan dingin, entah apa yang dia pikirkan. Aku hanya mengembuskan napas kasar berulang kali untuk meluangkan dada yang terasa sesak."Mbak, mungkinkah ini semua?" tanya Andin."Semua bisa saja terjadi, Din. Kamu harus iklas," ucapku.Kulihat Andin menunduk, kedua tangannya saling bertaut dan meremat erat. Sangat terlihat bila gadis itu sedang berusaha untuk iklas. Namun, Andin masih mau berbicara meski hanya sepatan dua patah kata. Mungkin bila hal itu terjadi padaku, entah apa yang aku perbuat. Sungguh gadis yang kuat."Mbak, jika semua memang seperti info apakah boleh Dahlia tinggal bersama kita? Aku janji dia akan nurut," ucap Andin dengan nada rendah."Aku justru sangat senang, dia bisa aku anggap sebagai anakku sendiri. Tidak apakah?" tanyaku.Andin termangu mendengar kalimatku. Gadis itu seperti bahagia bercampur terharu hingga kulihat bulir bening jatuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   71. Semangat

    Akhirnya selesai juga proses pemakaman keduaborang tua Andin dan adik lelakinya. Aku selallu mendampingi gadis itu agar mentalnya kuat menghadapi kejamnya dunia"Terima kasih, Mbak!" ucap Andin padaku kala kami menunggu di kamar inap Dahlia."Iya, aku sangat senang kamu mau menerima semua bantyanku, Din," balasku sambil kupandangi wajah lebut Dahlia.Andin mengikuti arah pandangku, kulihat bulir bening mulai membentuk telaga sunyi. Aku makin mersakan nyeri pada kondisi Dahlia. Sudah terbaring di ranjang pesakitan si rumah sakit setempat.Dahlia, gadis mungil nan cantik terpaksa segera di rawat di instalansi gawat darurat. Saat itu kondisi kesehatan Dahlia turin drastis. Dahlia gadis kecil yabg sangat beruntung karena hanya dia yang selamat dari kecelakaan tersebut. Aku masih berdiri di samping ranjang kecil tempat Dahlia berada.Kini waktu yang digunakan oleh Dahlia hampir sampai pada limit akhir infus yang diperhitungkan. Alhamdulillah dengan sedikit usaha terlihat pergerakan Dahlia

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   72. Jasen Datang

    ."Mas Jasen!" lirihku seketika kala melihat sosok Mas Jasen yang sudah ada di depanku.Aku merasa sedikit takut dan resah ketiga tatapan netranya menghujam dalam relung hati. Aku sungguh jengah melihat wajah busuknya, hingga tanpa sadar tanganku memeluk lengan Frans. Melihat sikapku yang seperti itu semakin tajam tatapan Mas Jasen."Kau terlihat murahan, Ann. Apa kau lupa akan hijab yang kau kenakan?" ucap Mas Kasen padaku dengan nada kasar.Frans menarikku ke belakang badannya sambil menggenggam pergelangan tanganku dengan kencang. Aku sedikit merintih kesakitan. Secara reflek Frans meleoas pergelangan tanganku dengan halus, kemudian lelaki itu berjalan mendekat oada Jasen."Apa mau kamu, Tuan Jasen terhormat?" kata Frans dengan sedikit penekanan pada kalimatnya."Kau yang kurang ajar, Frans. Istri abang kau lirik juga!" geram Jasen."Istri!? Bukankah sudah Abang talak wanita itu? Bahkan kau sudah usir dari hidupmu," ungkap Frans."Tetapi tidak juga segera kau pungut bekas wanitaku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   73. Melamun

    Jasen terhenyak, netranya tampak memerah saat aku membentaknya. Lelaki itu bahkan sudah mengangkat tangannya setelah selesai kalimatku. Namun, ketika tapak tangan itu hampir mendarat di ujung kepalaku sebuah tangan berotot berhasil menangkap dan menariknya ke belakang. Rupanya sosok tangan tersebut adalah milik Frans. Aku bernapas lega, sungguh tidak pernah kuduga jika Mas Jasen masih berani melayangkan tangannya padaku. Semua diluar nalar."Kau sudah jauh melangkah, Jasen! Keluar dari rumahku!" usirku dengan lantang.Jasen bergeming, kulihat matanya semakin memerah dan tapak tangannya mengepal kuat. Sangat terlihat jika dia sedang menahan emosinya. Perbeda dengan Frans, lelaki itu kulihat masih bisa bersabar menghadapi sikap kakak tirinya. "Aku akan kembali, ingat urusan kita belum selesai!" ancam Jasen sambil menuding wajah Frans.Aku hanya bisa geleng kepala melihat Jasen melangkah keluar dari rumahku. Kemudian kupandangi Frans mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Frans ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   74. Masih Ada Trauma

    "Aann!" teriak Frans membuyarkan lamunanku.Aku terkejut saat kembali sadar dari lamunan, api dikompor sudah membesar dan melahap berang yang mudah terbakar. Frans segera menarikku dalam pelukan hangatnya. Detak jantung Frans bertalu dengan kencang dan aku menikmati ini. Tetapi hatiku mulai meragu dengan rasa ini, yang aku masih belum yakin mungkinkah aku akan kembali masuk dalam lingkup keluarga Vanderson. Nama yang membuatku hancur tanpa pembelaan."Ann, apa yang kau pikirkan hingga api hampir saja membakarmu!" suara Frans menggaung di telingaku.Meskipun suara itu tidak kasar, tetapi jelas terdengar nada cemas di telingaku. Aku hanya tersenyum tipis, lalu pandanganku tertuju pada tangan Frans yang memeluk pinggangku erat. Saat sadar pandanganku, lelaki itu segera menjauhkan tubuhnya dariku sambil meminta maaf. Dengan alasan yang cukup masuk akal bagiku yaitu dia khawatir dengan keadaanku yang menghadapi kobaran api sedikit membesar akibat kecerobohanku sendiri."Lain kali jika did

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   75. Akhirnya Dahlia Ikut Terjun

    "Jangan khawatir jika order membludak, Mbak. Kan masih ada Dahlia!" ucap Dahlia yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku."Kamu masih kecil, Sayang. Jangan ikut turun, ya!" pintaku lembut."Tetapi Dahlia juga ingin memiliki kesibukan agar trauma itu tidak sering datang, Mbak Ann," ungkap Dahlia."Benar apa yang dikatakan olah Dahlia. Lagian selama ini gadis kecil ini sudab sering membantu ibu mmebuat kue dan pisang goreng. Jadi sedikit banyak dia sudah terbiasa, Mbak," ucap Andin yang secara langsung ikut mendukung niat adiknya tersebut.Aku memandang ketiga insan yang ada di depanku secara bergantian dan ketiganya satu suara yaitu iya. Aku pun menarik napas panjang lalu kuhempas dengan kasar. Damar tersenyum melihat aku, begitupun dengan Andin. Hanya Dahlia yang menatapku oenuh harap."Baiklah, asal tidak boleh meninggalkan sekolah kamu saja, Dahlia!" putusku oada akhirnya.Memang jika aku pikir ulang, jika kita memiliki kegiatan yang cukup sibuk maka segala masalah dan rasa traum

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   76. Uang

    Kulihat Damar membuka kresek hitam yang aku sodorkan padanya, perlahan dibuka dan diambilnya beberapa lembar uang kertas berwarna biru. Aku hanya tersenyum melihat kejujuran yang dilakukan oleh pemuda di hadapanku tersebut."Dam, kok hanya tiga lembar saja?" tanyaku untuk memancing kejujurannya."Tiga lembar uang biru bagiku sudah lebih dari cukup, Mbak. Apalagi saat ini harga BBM naiknya sangat tajam, hingga kadang aku kehabisan stock," balas Damar."Jika seperti itu, ambil lagi satu atau dua lembar, Dam. Hitung sekalian buat bensin kamu keliling besok," kataku.Damaar pun mengambil uang sesuai jumlah yang aku sebutkan, pemuda itu terbilang sangat jujur dalam melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan. Aku sangat beruntung dikelilingi para pekerja yang jujur dan bertangung jawab penuh. Dahlia tersenyum melihat sikap baik Damar, gadis kecil itu kulihat sangat mengagumi Damar."Mas Damar sudah punya motor sendirikah?" tanya Dahlia polos."Kok tiba-tiba tanya seperti itu pada

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25

Bab terbaru

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   183. Akhir yang Pilu

    "Bunda?" Aku langsung terhenyak kala mendengar panggilan Amelia, segera kuanggukkan kepala tanda membenarkan pertanyaannya. Sungguh saat melihat anggukan kepalaku, putriku itu seketika menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan abangnya. Sementara Quinsa sedikit merapat pada palukan Yoga. Kepalanya menelusup pada dada abangnya.Pandangan matanya terlihat ketakutan pada Amelia, aku semakin heran dengan perilaku Quinsa. Beberapa kali kudengar Yoga bersenandung islami untuk menenangkan emosi adik tirinya tersebut. Dahiku langsung mengernyit kala mengenal senandung itu. "Yoga, tolong jelaskan pada bunda, apa yang terjadi dengan adik kamu itu!" desakku."Sini, Sayang. Quinsa ikut kak Amel dulu. Biarkan Abang ngobrol sama Bunda, ya. Ayo!" ajak Amelia lembut.Perlahan pelukan Quinsa mengurai dan mulai mengendur, tatapannya menatap sendu pada Yoga. Begitu ada anggukan dari putraku, barulah Quinsa mau turun dari pangkuan sang abang. Amelia segera melebarkan senyumnya agar adik tirinya mau

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   182. Quinsa

    Setelah menghabiskan satu roll roti gulung, Quinsa tertidur di sofa. Aku hanya memandang kasian pada anak tersebut. Sedangkan Yoga masih terlelap di pangkuanku. Sangat terlihat jika aura di wajahnya begitu lelah. Kusurai rambutnya yang sedikit panjang, jariku menelusuri setiap lekuk wajah putraku tersebut."Sungguh indah pahatan ini, satu kata untuk mengambarkan seluruhnya. Tampan!" lirihku."Tampan saja tidak akan cukup untuk menatap dunia, Bunda!" kata Yoga dengan mata masih terpejam.Seketika kutarik ujung jariku yang sudah menyusuri hidungnya yang tinggi. Sungguh hampir kesemua permukaan wajahnya menirukan Jasen. Mungkin hanya bentuk hidung dan bibir yang membedakan mereka. "Lalu dengan apa kamu tatap duniamu, Sayang?" tanyaku."Dengan agama dan ilmu, Bunda. Seperti yang selalu Bunda ajarkan pada kami," jawab Yoga sambil mencoba bangkit dan duduk.Mata cokelat terang yang indah itu kini menatapku sendu, aku hanya mampu membalas tatapannya penuh tanya. Kemudian kudengar napas pan

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   181. Tamu yang Sudah Aku Tunggu

    Siluet tubuhnya masih aku ingat, tetapi ini mengapa dia membawa seorang anak perempuan? Mungkinkah dia anaknya dengan Rowena, jika kuhitung usia anak itu saat ini berkisar di usia sepuluh tahun. Apakah itu sosok Quinsa, bayi imut yang dulu sempat aku timang.Oh, Tuhan. Kuatkan hatiku, cobaan apa lagi yang Engkau hadirkan dalam hidupku kali ini. Sekuat apapun hati ini, jika bersangkutan dengan Mas Jasen pasti akan membawa luka. Meskipun terkadang rasa sepi melandaku tetapi jika dia datang bersama dengan yang lain, sakit itu kian terasa. Apakah ini maksud mimpiku beberpa hari yang lalu. Untuk apa Mas Jasen datang lagi dalam hidupku setelah sepuluh tahun tidak berhubungan dan apa maksudnya membawa Quinsa. Kemana Rowena? Berbagai pertanyaan muncul di otak kasarku. Sungguh rasanya aku tidak sanggup Tuhan."Bunda!" sapa lembut suara Quinsa.Naluriku sebagai ibu tidak dapat mengindahkan panggilan itu. Bagiku yang salah bukan anaknya melainkan kedua orang tuanya. Para karyawanku akhirnya pam

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   180. Kubebaskan Hatiku

    Sore semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Jupri bersama Halimah masih nyata di pelupuk mata. Entah mengapa hati ini terasa sakit dan kecewa. Apakah aku sempat jatuh hati pada Jupri? Sejak mula semua rasa ini aku tolak. Namun, saat kulihat lelaki itu datang ke toko dengan membawa wanita hamil, hatiku sakit. Aku sendiri juga bingung dengan rasaku ini. Bagaimana bisa aku memupuk rasa yang belum tentu ada pada diri Jupri. Saat itu memang dia tidak ada cerita sedang dekat dengan seorang wanita manapun. Namun, pernah satu kali lelaki itu kelepasan bertanya mode baju syari terbaik dan berapa harganya. Hal ini sempat membuatku penasaran. Mungkin aku harus berusaha menepis segala rasa pada lelaki itu. Sejak kunjungan pertama Jupri dam istri menjadi sering datang dengan alasan Halimah susah makan nasi jadi dia lebih memilih kue basah ataupun roti bolu. "Aku harus segera pupus rasa ini dan lupakan semua. Kamu sudah mendapatkan bidadari yang terbaik, Jupri. Selamat!" batinku saat kulihat se

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   179. Gibran 2

    "Tadi Gibran sudah bilang lho, Nenek. Hanya itu Onty Dahlia," jawab Gibran."Iya, Sayang. Onty kan lama tidak jumpa Adik. Mungkin dia lebih senang menggoda, jadi maafkan Onty nya dong?" kataku pada Gibran sambil kuangkat dia ke pangkuanku.Namun, lelaki kecil menggeleng tanda dia tidak mau memaafkan Dahlia. Aku tersenyum melihat tingkah cucuku itu, dia sangat menggemaskan apalagi jika pipinya menggembung dengan bola mata yang berputar. Pasti bikin semua yang ada di sana ingin mencubit pipinya."Nenek, besok jika onty Dahlia pulang tidak usah dimasakin opor ayam, Ya. Biar tahu rasa!" dengusnya geram.Kulihat sejak tadi Dahlia hanya diam menatap Gibran, wanita muda itu menahan tawanya agar tidak terdengar oleh ponakannya yang lucu itu. Sementara Andin sejak tadi hanya berdiri, kini dia berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian Andin sudah kembali dengan membawa piring berisi nasi opor ayam. "Ayo turun dari pangkuan nenek, Adik makan dulu!" ajak Andin."Lho Adik belum makan, sini bi

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   178. Gibran

    Dahlia dan Amelia terlihat semakin kompak dan solid. Aku sangat bahagia melihat perkembangan mereka berdua. Setelah makan siang aku pun ngobrol dengan keduanya untuk sesaat sebelum aku kembali lagi ke toko. O ya, toko kue ku sekarang sudah maju pesat dan dikenal oleh berbagai kalangan. Bahkan setiap Dahlia pulang, ada saja temannya yang nitip buat oleh-oleh.Sedangkan Amelia, dia terkadang ikut membantu di toko bila sedang senggang. Aku juga sangat bahagia karena sudah di panggil nenek oleh anaknya si Andin. Gadis itu sekarang sudah bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang ibu muda dengan anak satu."Bund, si ucrit bagaimana kabarnya?" tanya Dahlia."Jangan bilang ucrit, anak itu punya nama, Lho! Nanti jika Mbak kamu tiba-tiba dengar kamu yang akan kena omelannya," kataku."Hehe, iya ini Mbak Lia parah!" kelakar Amelia.Aku geleng kepala melihat keakraban mereka berdua. Aku dan kedua putriku selalu berbincang akrab seperti ini dalam menunggu waktu untuk memulai aktifitas kemba

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   177. 10 Tahun Kemudian

    Akhirnya aku mendapatkan bis tepat di jam empat sore. Kali ini aku naik bis cepat antar kota jurusan Jogyakarta. Bis yang terkenal dengan kecepatannya melebihi bis yang lain. Bis ini paling banyak peminatnya. Aku pun merasa bahwa pelayanan kondektur bis juga sangat ramah dan sopan.Bis melaju dengan kecepatan rata-rata. Mungkin bila dilihat dari kuar kecepatan bis itu tinggi. Tetapi bagi kami para penumpang terasa nyaman, hal ini terbukti para penumpang bisa tidur dengan lelap termasuk aku. Tanpa tetasa waktu terus berjalan hingga terdengar suara kondektur memberitahukan pada kami bahwa sebentar lagi bis akan memasuki kawasan Madiun."Madiun terakhir, terminal Madiun terakhir." Terdengar wakil kondektur berteriak memberitahukan pada para penumpang agar bersiap-siap. Aku pun segera terbangun dari tidurku. Perjalanan Surabaya - Madiun hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan bis antar kota."Bunda pulang, Sayang!" batinku.Sungguh aku sangat rindu dengan putriku itu. Hampir

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   176. Menunggu Bis

    "Andin, apakah kamu masih di sana?" tanyaku.Hening, lambat laun kudengar isak tangis lirih. Mendengar suaranya aku semakin bingung dan resah. Memangnya sedang ada apa hingga membuat Andin sampai terisak. Aku semakin penasaran."Andin, katakan pada Mbak. Apa yang terjadi pada kalian?" tanyaku."Selamat ya, Mbak Ann. Semua sudah selesai hingga sesuai dengan angannya Mbak. Dan satu lagi semua keperluan toko aman dan terkendali, Kok!" balas Andin."Lalu mengenai gaji? Dan apa yang menyebabkan kamu tadi terisak, Lho?" tanyaku beruntun."Nanti lah, tunggu Mbak pulang," balas Andin.Lama aku berbincang dengan Andin. Meski aku berusaha mengorek keterangan mengenai gaji karyawan, Andin tidak mau cerita. Dia masih kekeh menunggu kepulanganku. Karena ini aku menjadi tidak nyaman dan ingin segera pulang. Kemudian aku mendengar suara klakson sebuah mobil yang berhenti. Seketika aku tersadar dan pamit pada Andin menyudahi panggilan."Lagi asyik menelepon siapa lho, Ann?" tanya Irene saat aku sudah

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   175. Sosok Itu

    Aku menoleh pada sosok itu, mataku seketika membelalak. Sebuah nama yang aku ingat pada sosok itu, Jupri. Iya dia adalah Jupri. Tetapi siapakah dua sosok itu? "Ibu Ann, maaf bisakah kita mulai sekarang?" "oh, ya. Silahkan, Pak!" jawabku."Ini surat janda dan ini semua yang menyangkut persidangan kemarin, Ibu Ann. Saya mengucapkan terima kasih atas undangan Anda," kata pengacaraku."Saya juga berterim kasih atas bantuan Bapak. Untuk fee sudah saya transfer ke rekening Anda, Pak. Saya terima kasih," kataku sambil menjabat tangan si pengacara.Akhirnya kami melanjutkan makan siang bersama. Saat di sela makan siang kulihat sekeliling mencari sosok yang tadi sempat aku lihat. Rupanya Jupri ada di sudut kanan ruangan ini pada meja nomer lima puluh. Di sana dia sedang bersama seorang Kyai dan seorang gadis yang cantik. "Apakah dia istrinya?" lirihku."Siapa yang Anda maksud, Ibu Ann?" tanya Pengacaraku."Seorang sahabat lama, Pak. Eeh, maaf, silahkan dilanjut!" ucapku.Beberapa saat kemud

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status