Home / Urban / Menjandakan Istri Demi Selingkuhan / 75. Akhirnya Dahlia Ikut Terjun

Share

75. Akhirnya Dahlia Ikut Terjun

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2023-01-23 23:55:58

"Jangan khawatir jika order membludak, Mbak. Kan masih ada Dahlia!" ucap Dahlia yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku.

"Kamu masih kecil, Sayang. Jangan ikut turun, ya!" pintaku lembut.

"Tetapi Dahlia juga ingin memiliki kesibukan agar trauma itu tidak sering datang, Mbak Ann," ungkap Dahlia.

"Benar apa yang dikatakan olah Dahlia. Lagian selama ini gadis kecil ini sudab sering membantu ibu mmebuat kue dan pisang goreng. Jadi sedikit banyak dia sudah terbiasa, Mbak," ucap Andin yang secara langsung ikut mendukung niat adiknya tersebut.

Aku memandang ketiga insan yang ada di depanku secara bergantian dan ketiganya satu suara yaitu iya. Aku pun menarik napas panjang lalu kuhempas dengan kasar. Damar tersenyum melihat aku, begitupun dengan Andin. Hanya Dahlia yang menatapku oenuh harap.

"Baiklah, asal tidak boleh meninggalkan sekolah kamu saja, Dahlia!" putusku oada akhirnya.

Memang jika aku pikir ulang, jika kita memiliki kegiatan yang cukup sibuk maka segala masalah dan rasa traum
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   76. Uang

    Kulihat Damar membuka kresek hitam yang aku sodorkan padanya, perlahan dibuka dan diambilnya beberapa lembar uang kertas berwarna biru. Aku hanya tersenyum melihat kejujuran yang dilakukan oleh pemuda di hadapanku tersebut."Dam, kok hanya tiga lembar saja?" tanyaku untuk memancing kejujurannya."Tiga lembar uang biru bagiku sudah lebih dari cukup, Mbak. Apalagi saat ini harga BBM naiknya sangat tajam, hingga kadang aku kehabisan stock," balas Damar."Jika seperti itu, ambil lagi satu atau dua lembar, Dam. Hitung sekalian buat bensin kamu keliling besok," kataku.Damaar pun mengambil uang sesuai jumlah yang aku sebutkan, pemuda itu terbilang sangat jujur dalam melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan. Aku sangat beruntung dikelilingi para pekerja yang jujur dan bertangung jawab penuh. Dahlia tersenyum melihat sikap baik Damar, gadis kecil itu kulihat sangat mengagumi Damar."Mas Damar sudah punya motor sendirikah?" tanya Dahlia polos."Kok tiba-tiba tanya seperti itu pada

    Last Updated : 2023-01-25
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   77. Sebuah Rencana

    Akhirnya jualan pagi ku selesai dengan hasil yang memuaskan. Nasi dua kilo habis dan kue basah yang aku sajikan juga ludes. Aku pulang ke rumah dengan senyum puas. Andin ikut membantuku memberesi alat jualanku dipagi hari. Gadis itu terbilang sangat rajin.Sampai rumah kulihat semua karyawan sudah datang dan mulai melakukan produksi roti bluder dan kue bolen pisang. Andin ikut membuat adonan dan sibuk memanggang dengan api sedang. Sedangkan Dahlia kulihat sibuk mengisi gelas kosong para karyawan. Aku tersenyum tetapi juga sedih melihat kondisi Dahlia. Usia anak itu masih dalam usia sekolah."Andin!" panggilku.Andin segera mencuci tangannya hingga bersih. Kemudian meninggalkan adonannya yang hanya menunggu adonan itu mengembang setalah mengembang baru dimasukkan dalam oven besar. Oleh karrna itu kulihat Andin berani meninggalkan adonannya. Senyumku mengembang ketika melihat keputusan Andin. "Ada apa, Mbak?" tanya Andin."Apakah ada baiknya Dahlia kamu daftarkan ke sekolah dasar terd

    Last Updated : 2023-01-26
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   78. Panggilan Langsung

    "Apa yang terjadi dengan Amel, Frans?" tanyaku.Terdengar napas panjang nan halus di telingaku, sepertinya Frans sedang menenangkan hatinya. Hal ini membuatku semakin takut bila terjadi apa-apa dengan kedua anakku tersebut. Frans seakan mengulur waktu agar dia bisa tenang dalam bercerita."Ayolah, Frans!" desakku."Amel beberapa hari ini dilarang untuk sekolah, dia di kurung di dalam rumah oleh rubah betina itu," kata Frans.Gdeerr!!Bagai petir menyambar telingaku, seketika hape yang aku pegang terlempar begitu saja di sofa. Napasku memburu, dadaku terasa sesak. Aku susah untuk bernapas hingga sebuah tangan mungil menyentuh pundakku pelan."Bunda!" Suara itu seketika menyadarkan aku dari hentakan berita Amel yang mampu membuat otakku hilang. Dahlia sejak masuk sekolah menjadi sering memanggilku bunda. Karena panggilan inilah aku tersadar, segera ku peluk tubuh mungilnya."Terima kasih, Sayang!" lirihku diantara sesak napasku."Minumlah dulu, Bunda. Dan ini hapenya!" ucap gadis kecil

    Last Updated : 2023-01-27
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   79. Tipis

    "Iya, Sayang. Ayo sekarang waktunya kita istirahat dan makan siang," ajakku pada Dahlia.Dengan senyum riangnya, gadis kecil itu melangkah dengan tangannya menggandeng jemariku. Dahlia adalah gafis kecil yang oenuh semangat, pengaruhnya sangat banyak terhadapku. Entah apa jadinya aku jika tidak ada Dahlia. Gadis kecil itulah yang selama ini selalu membuatku bersemangat dalam memajukan toko kueku. Kini aku sangat bersyukur bisa mengirim sedikit uang untuk kedua anakku di sana. Mereka sudah memiliki buku tabungan sendiri sejak dini. Entah keduanya tahu atau tidak yang penting saat ini aku sudah mulai menyisihkan sedikit uang untuk mereka dewasa kelak."Mbak Ann, ayo segera mengambil nasi dan lauknya! Maaf, Andin masak lalapan hari ini!" kata Andin."Tidak mengapa kok, Ndin. Mbak justru suka menu sambal seperti ini," balasku.Kami bertiga tenggelam dalam makanan yang sudah ada di depan. Kulihat Dahlia sangat lahap memakan menu makanan kesukaannya. Ayam goreng krispy, adalah lauk favorit

    Last Updated : 2023-01-28
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   80. Telepon

    Sekarang aku sedang ada di cabang toko kue milikku yang ada di pinggiran kota. Suasana terlihat lumayan senggang, jadi bisa aku manfaatkan untuk istirahat di meja kasir sembari menyapa beberapa pelanggan yang masuk atau pun meninggalkan toko. Di saat seperti ini aku dikejutkan akan dering _handphone_ di saku seraya bergetar.Bergegas aku mengeluarkan ponselku dari saku blazer. Begitu melihat nama yang terteta di layar, senyumku melebar dan segera kujawab telepon itu penuh suka cita."Hallo, Bunda!" seru suara yang aku rindukan selama ini. Senyumku bertambah merekah. "Hallo juga, anak Bunda."Terdengar tawa kecil dari seberang, membuat aku tidak berhenti tersenyum. Tawa itu selalu terngiang di telingaku, apalagi saat rindu. Gadis kecilku, Amelia."Bunda, Amel kangen banget sama Bunda." Gadis kecil itu berkata tulus, aku bisa merasakannya dari lubuk hati terdalam."Bunda juga kangen sama, Amel," jawabku mengutarakan apa yang kurasakan.Sejenak hening, hanya hembusan napas serta gemerus

    Last Updated : 2023-01-30
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   81. Pertengkaran

    Ma, Amel masih mau ngobrol sama Bunda." Suara Amel yang memohon menyapu telingaku.Gedebug turut menggiring teriakan Rowena yang marah. Jantungku mencelos, yang kupikirkan sekarang penuh Amel. Tidak akan membayangkan ada tangan menyentuh permukaan kulit anakku dengan kasar."Kamu ngapain sih pake segala nelepon dia?!" tanya Rowena masih menggebu-gebu.Aku menutup mulut sembari mendengar dengan seksama, beruntung panggilan belum ditutup. Jadi aku masih bisa mendengar dengan jelas bagaimana siksaan yang dilakukan oleh Rowena. Gegas aku merekam semua suara melalui ponselku."Biarkan sajalah, Ma. Dia juga ibunya Amel," ujar laki-laki yang suaranya tidak asing. Dia pasti Yoga, Kakak Amel.Suara dengkus yang keras menusuk gendang telingaku. "Terus! Bela saja dia," hentak Rowena.Giliran aku mendengkus, bila saja aku di sana sudah kuapakan wanita itu. Walau begitu aku bersyukur, masih ada Yoga di dekat Amel yang akan selalu menolongnya entah dalam keadaan apa."Ma, balikin hapenya," pinta Am

    Last Updated : 2023-02-01
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   82. Putus

    Rowena terus mengomel, bahkan semakin lantang dalam mengeluarkan kata-kata. Memang tidak kasar bahasanya, tetapi bentakan demi bentakan tidak seharusnya diterima oleh anak kecil seusia Amel."Kamu sama saja seperti mereka, sudah berani ngelawan terus!" tutur Rowena, aku tahu dia yang dimaksud adalah Amel."Sudahlah, Ma. Ini tidak ada artinya. Annasta akan selamanya menjadi ibu kami. Kau, kau hanyalah ibu sambung dan aku tidak sudi menghormatimu selayaknya Annasta. Paham!" Pertengkaran mereka masih berlanjut, sampai aku sama sekali tak mendengar suara apapun dari seberang. Aku merasa sambungan telah terputus secara sepihak. Walau begitu tak kuasa aku mengetahui bagaimana Amel dan Yoga diperlakukan oleh Rowena.Aku menompang dagu, menatap intens handphone yang kuletakan di samping kalkulator mini. Lantas mataku menerawang jauh. Membayangkan perlakuan seorang ibu tiri yang kejam. Rowena. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk punggungku pelan, tetapi tidak aku pedulikan. Hingga Andin menggunc

    Last Updated : 2023-02-01
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   83. Kesedihan

    Setelah barusan membeli bahan-bahan persediaan dan mengirim mereka ke gudang toki, aku kembali ke rumah. Tetapi sebelum itu Andin mencegatku, menarik lenganku hingga kami berhadapan.Wajahnya menaruh kekhawatiran terhadapku, namun aku menepis semua kegelisahan dengan senyuman. Tetapi gadis itu tahu akan kesedihan yang terpancar dari sorot mataku. Andin bukan satu atau dua hari bersamaku, dia sudah hampir dua tahun hidup satu atap denganku. Jadi gadis itu begitu paham dengan perubahan yang terjadi padaku."Kenapa, Din?" tanyaku.Dia menggeleng, melepas lenganku sembari menghela napas."Mbk, lagi ada masalah, ya?" tanyanya menatapku lagi."Mbk bisa cerita sama aku, Andin siap dengar cerita sama kasih saran buat, Mbk." Andin terus mendesakku.Aku menggeleng, enggan memberitahu kegalauanku selepas menerima telepon tadi siang. Andin tidak memaksa. Walau aku tahu dia sangat penasaran."Huh ... yaudah deh, Mbk. Andin istirahat dulu. Jaga kesehatan, ya, Mbk!" ucap Andin berbalik badan melangk

    Last Updated : 2023-02-02

Latest chapter

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   183. Akhir yang Pilu

    "Bunda?" Aku langsung terhenyak kala mendengar panggilan Amelia, segera kuanggukkan kepala tanda membenarkan pertanyaannya. Sungguh saat melihat anggukan kepalaku, putriku itu seketika menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan abangnya. Sementara Quinsa sedikit merapat pada palukan Yoga. Kepalanya menelusup pada dada abangnya.Pandangan matanya terlihat ketakutan pada Amelia, aku semakin heran dengan perilaku Quinsa. Beberapa kali kudengar Yoga bersenandung islami untuk menenangkan emosi adik tirinya tersebut. Dahiku langsung mengernyit kala mengenal senandung itu. "Yoga, tolong jelaskan pada bunda, apa yang terjadi dengan adik kamu itu!" desakku."Sini, Sayang. Quinsa ikut kak Amel dulu. Biarkan Abang ngobrol sama Bunda, ya. Ayo!" ajak Amelia lembut.Perlahan pelukan Quinsa mengurai dan mulai mengendur, tatapannya menatap sendu pada Yoga. Begitu ada anggukan dari putraku, barulah Quinsa mau turun dari pangkuan sang abang. Amelia segera melebarkan senyumnya agar adik tirinya mau

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   182. Quinsa

    Setelah menghabiskan satu roll roti gulung, Quinsa tertidur di sofa. Aku hanya memandang kasian pada anak tersebut. Sedangkan Yoga masih terlelap di pangkuanku. Sangat terlihat jika aura di wajahnya begitu lelah. Kusurai rambutnya yang sedikit panjang, jariku menelusuri setiap lekuk wajah putraku tersebut."Sungguh indah pahatan ini, satu kata untuk mengambarkan seluruhnya. Tampan!" lirihku."Tampan saja tidak akan cukup untuk menatap dunia, Bunda!" kata Yoga dengan mata masih terpejam.Seketika kutarik ujung jariku yang sudah menyusuri hidungnya yang tinggi. Sungguh hampir kesemua permukaan wajahnya menirukan Jasen. Mungkin hanya bentuk hidung dan bibir yang membedakan mereka. "Lalu dengan apa kamu tatap duniamu, Sayang?" tanyaku."Dengan agama dan ilmu, Bunda. Seperti yang selalu Bunda ajarkan pada kami," jawab Yoga sambil mencoba bangkit dan duduk.Mata cokelat terang yang indah itu kini menatapku sendu, aku hanya mampu membalas tatapannya penuh tanya. Kemudian kudengar napas pan

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   181. Tamu yang Sudah Aku Tunggu

    Siluet tubuhnya masih aku ingat, tetapi ini mengapa dia membawa seorang anak perempuan? Mungkinkah dia anaknya dengan Rowena, jika kuhitung usia anak itu saat ini berkisar di usia sepuluh tahun. Apakah itu sosok Quinsa, bayi imut yang dulu sempat aku timang.Oh, Tuhan. Kuatkan hatiku, cobaan apa lagi yang Engkau hadirkan dalam hidupku kali ini. Sekuat apapun hati ini, jika bersangkutan dengan Mas Jasen pasti akan membawa luka. Meskipun terkadang rasa sepi melandaku tetapi jika dia datang bersama dengan yang lain, sakit itu kian terasa. Apakah ini maksud mimpiku beberpa hari yang lalu. Untuk apa Mas Jasen datang lagi dalam hidupku setelah sepuluh tahun tidak berhubungan dan apa maksudnya membawa Quinsa. Kemana Rowena? Berbagai pertanyaan muncul di otak kasarku. Sungguh rasanya aku tidak sanggup Tuhan."Bunda!" sapa lembut suara Quinsa.Naluriku sebagai ibu tidak dapat mengindahkan panggilan itu. Bagiku yang salah bukan anaknya melainkan kedua orang tuanya. Para karyawanku akhirnya pam

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   180. Kubebaskan Hatiku

    Sore semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Jupri bersama Halimah masih nyata di pelupuk mata. Entah mengapa hati ini terasa sakit dan kecewa. Apakah aku sempat jatuh hati pada Jupri? Sejak mula semua rasa ini aku tolak. Namun, saat kulihat lelaki itu datang ke toko dengan membawa wanita hamil, hatiku sakit. Aku sendiri juga bingung dengan rasaku ini. Bagaimana bisa aku memupuk rasa yang belum tentu ada pada diri Jupri. Saat itu memang dia tidak ada cerita sedang dekat dengan seorang wanita manapun. Namun, pernah satu kali lelaki itu kelepasan bertanya mode baju syari terbaik dan berapa harganya. Hal ini sempat membuatku penasaran. Mungkin aku harus berusaha menepis segala rasa pada lelaki itu. Sejak kunjungan pertama Jupri dam istri menjadi sering datang dengan alasan Halimah susah makan nasi jadi dia lebih memilih kue basah ataupun roti bolu. "Aku harus segera pupus rasa ini dan lupakan semua. Kamu sudah mendapatkan bidadari yang terbaik, Jupri. Selamat!" batinku saat kulihat se

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   179. Gibran 2

    "Tadi Gibran sudah bilang lho, Nenek. Hanya itu Onty Dahlia," jawab Gibran."Iya, Sayang. Onty kan lama tidak jumpa Adik. Mungkin dia lebih senang menggoda, jadi maafkan Onty nya dong?" kataku pada Gibran sambil kuangkat dia ke pangkuanku.Namun, lelaki kecil menggeleng tanda dia tidak mau memaafkan Dahlia. Aku tersenyum melihat tingkah cucuku itu, dia sangat menggemaskan apalagi jika pipinya menggembung dengan bola mata yang berputar. Pasti bikin semua yang ada di sana ingin mencubit pipinya."Nenek, besok jika onty Dahlia pulang tidak usah dimasakin opor ayam, Ya. Biar tahu rasa!" dengusnya geram.Kulihat sejak tadi Dahlia hanya diam menatap Gibran, wanita muda itu menahan tawanya agar tidak terdengar oleh ponakannya yang lucu itu. Sementara Andin sejak tadi hanya berdiri, kini dia berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian Andin sudah kembali dengan membawa piring berisi nasi opor ayam. "Ayo turun dari pangkuan nenek, Adik makan dulu!" ajak Andin."Lho Adik belum makan, sini bi

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   178. Gibran

    Dahlia dan Amelia terlihat semakin kompak dan solid. Aku sangat bahagia melihat perkembangan mereka berdua. Setelah makan siang aku pun ngobrol dengan keduanya untuk sesaat sebelum aku kembali lagi ke toko. O ya, toko kue ku sekarang sudah maju pesat dan dikenal oleh berbagai kalangan. Bahkan setiap Dahlia pulang, ada saja temannya yang nitip buat oleh-oleh.Sedangkan Amelia, dia terkadang ikut membantu di toko bila sedang senggang. Aku juga sangat bahagia karena sudah di panggil nenek oleh anaknya si Andin. Gadis itu sekarang sudah bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang ibu muda dengan anak satu."Bund, si ucrit bagaimana kabarnya?" tanya Dahlia."Jangan bilang ucrit, anak itu punya nama, Lho! Nanti jika Mbak kamu tiba-tiba dengar kamu yang akan kena omelannya," kataku."Hehe, iya ini Mbak Lia parah!" kelakar Amelia.Aku geleng kepala melihat keakraban mereka berdua. Aku dan kedua putriku selalu berbincang akrab seperti ini dalam menunggu waktu untuk memulai aktifitas kemba

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   177. 10 Tahun Kemudian

    Akhirnya aku mendapatkan bis tepat di jam empat sore. Kali ini aku naik bis cepat antar kota jurusan Jogyakarta. Bis yang terkenal dengan kecepatannya melebihi bis yang lain. Bis ini paling banyak peminatnya. Aku pun merasa bahwa pelayanan kondektur bis juga sangat ramah dan sopan.Bis melaju dengan kecepatan rata-rata. Mungkin bila dilihat dari kuar kecepatan bis itu tinggi. Tetapi bagi kami para penumpang terasa nyaman, hal ini terbukti para penumpang bisa tidur dengan lelap termasuk aku. Tanpa tetasa waktu terus berjalan hingga terdengar suara kondektur memberitahukan pada kami bahwa sebentar lagi bis akan memasuki kawasan Madiun."Madiun terakhir, terminal Madiun terakhir." Terdengar wakil kondektur berteriak memberitahukan pada para penumpang agar bersiap-siap. Aku pun segera terbangun dari tidurku. Perjalanan Surabaya - Madiun hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan bis antar kota."Bunda pulang, Sayang!" batinku.Sungguh aku sangat rindu dengan putriku itu. Hampir

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   176. Menunggu Bis

    "Andin, apakah kamu masih di sana?" tanyaku.Hening, lambat laun kudengar isak tangis lirih. Mendengar suaranya aku semakin bingung dan resah. Memangnya sedang ada apa hingga membuat Andin sampai terisak. Aku semakin penasaran."Andin, katakan pada Mbak. Apa yang terjadi pada kalian?" tanyaku."Selamat ya, Mbak Ann. Semua sudah selesai hingga sesuai dengan angannya Mbak. Dan satu lagi semua keperluan toko aman dan terkendali, Kok!" balas Andin."Lalu mengenai gaji? Dan apa yang menyebabkan kamu tadi terisak, Lho?" tanyaku beruntun."Nanti lah, tunggu Mbak pulang," balas Andin.Lama aku berbincang dengan Andin. Meski aku berusaha mengorek keterangan mengenai gaji karyawan, Andin tidak mau cerita. Dia masih kekeh menunggu kepulanganku. Karena ini aku menjadi tidak nyaman dan ingin segera pulang. Kemudian aku mendengar suara klakson sebuah mobil yang berhenti. Seketika aku tersadar dan pamit pada Andin menyudahi panggilan."Lagi asyik menelepon siapa lho, Ann?" tanya Irene saat aku sudah

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   175. Sosok Itu

    Aku menoleh pada sosok itu, mataku seketika membelalak. Sebuah nama yang aku ingat pada sosok itu, Jupri. Iya dia adalah Jupri. Tetapi siapakah dua sosok itu? "Ibu Ann, maaf bisakah kita mulai sekarang?" "oh, ya. Silahkan, Pak!" jawabku."Ini surat janda dan ini semua yang menyangkut persidangan kemarin, Ibu Ann. Saya mengucapkan terima kasih atas undangan Anda," kata pengacaraku."Saya juga berterim kasih atas bantuan Bapak. Untuk fee sudah saya transfer ke rekening Anda, Pak. Saya terima kasih," kataku sambil menjabat tangan si pengacara.Akhirnya kami melanjutkan makan siang bersama. Saat di sela makan siang kulihat sekeliling mencari sosok yang tadi sempat aku lihat. Rupanya Jupri ada di sudut kanan ruangan ini pada meja nomer lima puluh. Di sana dia sedang bersama seorang Kyai dan seorang gadis yang cantik. "Apakah dia istrinya?" lirihku."Siapa yang Anda maksud, Ibu Ann?" tanya Pengacaraku."Seorang sahabat lama, Pak. Eeh, maaf, silahkan dilanjut!" ucapku.Beberapa saat kemud

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status