“Tapi, Sayang... Aku sudah memesan kamar hotel untuk kita malam ini,” ucap Arsella.
Arsella menatap Axel, berusaha meminta pengertian Axel untuk tidak menginap di mansion Damian. Bisa-bisa dia tidak tidur sama sekali saat tahu kalau dirinya tidur di tempat orang yang berhasil membawa mimpi buruk ke dalam hidupnya.“Tidak apa-apa, tidak perlu meminta pengembalian dana. Kita akan bermalam di mansion Damian malam ini. Bukankah itu menyenangkan untuk melihat-lihat mansion?”Axel sepertinya tak begitu peka terhadap perasaan Arsella. Arsella sendiri terlihat tak nyaman.“Ada baiknya kau tidak membawa istrimu menginap di kediaman orang lain,” ujar Kakek.“Selena juga ada di sana. Selena sepertinya tidak kalian larang untuk bermalam bersama Damian.” Axel menatap kakeknya dengan sedikit bingung atas standar ganda yang mereka terapkan.Sementara Selena dan Damian terdiam. Dia tidak tahu kenapa, tapi Selena merasa kalau memang agak aneArsella tak pernah tahu rasanya dibandingkan sebelumnya. Dia adalah putri sulung yang luar biasa, perbedaan dengan adiknya tak pernah menjadi masalah bagi kedua orang tuanya. Dia takut pada sesuatu, namun Axel bukannya berusaha menenangkannya, pria itu justru malah memintanya untuk terbiasa dengan keadaan ini. Axel tak memberikannya opsi lain. Dan dia merasa tak punya hak untuk memilih sendiri bagaimana dia bisa mengatasi semuanya.“Jika kau terus lari dari masalah seperti ini, maka kau tidak akan pernah terbiasa. Selena yang mengalami hal yang jauh lebih buruk saja bisa melupakan semuanya begitu saja. Dia bahkan melupakan apa yang telah keluargamu lakukan padanya.” Tangan Arsella mengepal kuat, meremas ujung gaunnya. Dia menggigit bibirnya cukup kuat sebelum menganggukkan kepalanya. Arsella tak sanggup mengatakan apa pun lagi. Hatinya terlalu sakit. Axel hanya menghela nafasnya dan bangkit dari tempatnya duduk. “Aku akan mandi duluan.”
Arsella menatapi punggung Axel yang tidur membelakanginya. Dia tak akan bohong jika hal ini menyakiti hatinya. Namun, dia hanya bisa menghela nafasnya. Dia belakangan ini merasakan sakit di hatinya. Yang sayangnya tak akan bisa terlihat dan tak akan orang sadari. Dia tetap yakin, jika Axel menikahinya bukan karena dendam. Axel hanya pernah membentaknya, itu hanya saat mereka membahas hal sepele yang tak Axel sukai. Selebihnya, sebenarnya Axel baik padanya. Hal itu yang meyakinkan Arsella kalau Axel tak pernah punya niat buruk padanya. Berbeda dengan Selena yang tidur dengan nyaman di pelukan Damian. Damian memeluknya dengan erat, membiarkan Selena tidur di salah satu lengannya. Lengan Damian adalah bantal terbaik. *** Keesokan paginya, Selena akan kembali ke rumahnya. Dan rencananya, Axel akan menjemputnya untuk pulang bersama. Dan Selena tengah sarapan bersama dengan Damian dan Luca saat itu. “Minggu depan adalah hari pernikahanku.
Arsella memperhatikan interaksi antara Axel dan Selena dalam diamnya. Axel hanya bicara dengannya seperlunya, tetapi lebih banyak berbicara dengan Selena. Itu mengecewakan baginya. Perhatian Axel tetap saja lebih banyak tercurah pada Selena. Tetapi Arsella berusaha meyakinkan dirinya bahwa Selena adalah milik Damian saat ini. Dia juga tahu Axel tak akan mungkin kembali pada Selena. Keduanya merupakan kakak dan adik, itu sangat nyata sekarang. Tiba di hotel, Selena langsung keluar dari mobil dan dia langsung menuju ke vending machine untuk membeli kopi kalengan dari sana. Dia sudah cukup tidur barusan, hanya saja dia ingin tetap memiliki semangat yang lebih prima dan wajah yang lebih bugar untuk beraktivitas. “Hey, kau sudah pulang? Kau tidak beristirahat hari ini? Biasanya kau akan mengambil libur tambahan karena kelelahan setelah acara-acara penting seperti itu.” Renata langsung menyambutnya, dia berdiri di samping vending machine dan
“Baiklah. Semoga dia segera pulih kembali. Aku sudah memperingatkannya untuk menjaga kesehatannya. Sayangnya dia tidak mau mendengarkanku.” Axel menghela nafasnya saat berbicara di telepon dengan neneknya yang memberitahu kalau Selena jatuh sakit tepat sebelum hari pernikahannya Luca berlangsung. Dan itu membuatnya hanya bisa mendesah pelan, akhirnya kekhawatirannya terjadi juga. “Ada apa?” tanya Arsella setelah Axel menutup teleponnya. “Selena sakit, dia tidak akan datang ke pesta pernikahan Luca besok dengan kondisi tubuhnya saat ini. Aku bingung apa kita harus datang juga atau tidak. Aku juga harus memperhatikan kesehatanku dan kau, belakangan ini juga kita sibuk,” gumam Axel seraya bersandar ke sofa. Arsella melebarkan matanya. Jika Selena tak akan datang karena sakit, itu memberinya peluang aga tak perlu datang lagi ke sana untuk bertemu Luca atau Damian. Dia yakin Luca punya sedikit dendam padanya tentang acara lamarannya yang dirusak ke
Hari itu, Arsella merasa senang karena tak perlu datang ke pernikahan Luca dan Grace. Hari ini dia akan menemani Axel ke rumah Kakek dan Nenek untuk menjenguk Selena yang tengah sakit. Tak lupa, Arsella dan Axel sempat mampir ke toko buah untuk membeli buah-buahan untuk Selena. Axel mengambil beberapa apel, karena dia tahu kalau Selena menyukai apel. Dan dia melirik Arsella yang tengah mengecek buah mangga, Arsella mencium ujung buah mangga tersebut. “Kau mau beberapa?” tanya Axel sambil ikut mencium beberapa harum yang berbeda dari mangga. “Iya, entah kenapa aku ingin mangga muda yang teksturnya masih renyah. Sepertinya karena kemarin aku melihat story temanku di media sosial, dia sedang mempromosikan salad buah yang berisikan buah-buah masam.” Arsella terkekeh sambil menatap Axel. Axel terdiam menatapi Arsella, terlihat jelas raut wajahnya tengah mencurigai sesuatu dari ucapan Arsella mengenai dia yang menginginkan sesuatu yang asam seperti
“Ya, aku yang memilihnya. Aku senang kau suka,” balas Arsella dengan sedikit hambar. Arsella ingin memberikan Axel kode kalau anggur itu harusnya menjadi miliknya dan setidaknya Axel mengatakan sesuatu kepadanya tentang anggur itu. Sayangnya, pria itu tidak melakukannya. Axel malah sibuk dengan ponselnya sendiri saat itu. Sementara Selena tengah sibuk dengan anggurnya, Arsella hanya diam di sana. Dia bahkan merasa tak ingin membuka ponselnya sama sekali meski Axel terus mengabaikannya seperti itu. “Luca dan Grace terlihat sangat luar biasa. Lihat ini!” Arsella menoleh pada Axel mengira jika Axel sedang berbicara dengannya. Namun, pria itu tiba-tiba bangkit dan pindah untuk duduk di sisi kasur dan menunjukkan gambar Luca dan Grace yang sedang menggunakan pakaian pernikahan mereka. Pernikahan mereka sangat mewah.Selena mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat foto yang Axel tunjukkan. Dia tentu tersenyum lebar melihat bagaimana Luca
“Ada apa dengan jarimu?” Axel melirik Arsella yang terus memegangi tisu yang ada di jari Arsella. Axel baru memperhatikannya ketika mereka dalam perjalanan pulang. Axel ada pekerjaan mendadak yang membuat mereka pulang cepat. Axel akan mengantarkan Arsella pulang sebelum dia pergi lagi. “Ah, tidak apa-apa. Hanya tergores saat aku ingin mengupas mangga muda barusan,” jawab Arsella. “Pantas saja, kau melakukannya dengan sangat berantakan, tak heran jarimu terluka. Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal? Kau belum memberikan penanganan lainnya?” “Aku sudah mencucinya, aku akan merawatnya di rumah,” jawab Arsella. Arsella menghela nafasnya, dia malah mendapatkanku sedikit omelan dari Axel yang menyalahkan kemampuannya dalam mengupas mangga yang buruk hingga harus melukai dirinya sendiri. Axel membuka dasbor mobilnya dan mengeluarkan selembar plester untuk luka dan memberikannya pada Arsella. Arsella menerimanya dan menutup lu
“Tidak akan ada yang terjadi antara aku dan Axel, aku bisa memastikan itu.” Arsella mengatakannya dengan lantang sebelum mematikan teleponnya. Perkataannya sebenarnya hanya sebagai doa untuk masa depannya, masa depannya bersama Axel. Bisa dibilang jika Arsella melakukan manifestasi agar hubungannya dengan Axel akan senantiasa baik dan semua hal yang ditakutkan orang tuanya tidak akan pernah terjadi sama sekali. Gadis yang bahkan berkelakuan manja dan seenaknya luluh karena cintanya sendiri. Dia tidak pernah tahu kalau mencintai akan sesakit ini. Apa lagi menikah dengan orang yang dicintainya, bukan mencintainya. Dia yang dulu mengungkapkan perasaannya perlahan tak lagi mengungkapkannya. *** Setelah beristirahat total selama tiga hari, Selena akhirnya pulih. Sayangnya, di hari keempat ini, Selena masih belum diizinkan untuk berangkat ke hotel demi kebaikannya sendiri. Jadi, Selena hanya duduk sambil menonton film yang dia su