“Ada apa dengan jarimu?” Axel melirik Arsella yang terus memegangi tisu yang ada di jari Arsella.
Axel baru memperhatikannya ketika mereka dalam perjalanan pulang. Axel ada pekerjaan mendadak yang membuat mereka pulang cepat. Axel akan mengantarkan Arsella pulang sebelum dia pergi lagi.“Ah, tidak apa-apa. Hanya tergores saat aku ingin mengupas mangga muda barusan,” jawab Arsella.“Pantas saja, kau melakukannya dengan sangat berantakan, tak heran jarimu terluka. Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal? Kau belum memberikan penanganan lainnya?”“Aku sudah mencucinya, aku akan merawatnya di rumah,” jawab Arsella.Arsella menghela nafasnya, dia malah mendapatkanku sedikit omelan dari Axel yang menyalahkan kemampuannya dalam mengupas mangga yang buruk hingga harus melukai dirinya sendiri.Axel membuka dasbor mobilnya dan mengeluarkan selembar plester untuk luka dan memberikannya pada Arsella. Arsella menerimanya dan menutup lu“Tidak akan ada yang terjadi antara aku dan Axel, aku bisa memastikan itu.” Arsella mengatakannya dengan lantang sebelum mematikan teleponnya. Perkataannya sebenarnya hanya sebagai doa untuk masa depannya, masa depannya bersama Axel. Bisa dibilang jika Arsella melakukan manifestasi agar hubungannya dengan Axel akan senantiasa baik dan semua hal yang ditakutkan orang tuanya tidak akan pernah terjadi sama sekali. Gadis yang bahkan berkelakuan manja dan seenaknya luluh karena cintanya sendiri. Dia tidak pernah tahu kalau mencintai akan sesakit ini. Apa lagi menikah dengan orang yang dicintainya, bukan mencintainya. Dia yang dulu mengungkapkan perasaannya perlahan tak lagi mengungkapkannya. *** Setelah beristirahat total selama tiga hari, Selena akhirnya pulih. Sayangnya, di hari keempat ini, Selena masih belum diizinkan untuk berangkat ke hotel demi kebaikannya sendiri. Jadi, Selena hanya duduk sambil menonton film yang dia su
Kakek dan Nenek juga bahkan terkejut mengetahui Selena dan Arsella menggunakan gaun yang senada dan bandu yang sama. Menurut mereka juga itu menggemaskan, dan mereka pikir Selena dan Arsella sudah sedekat itu sampai merencanakan pakaian yang sama. “Wah, kalian sepertinya telah mendiskusikan ini. Kalian sangat menggemaskan,” ucap Nenek. Axel bahkan baru menyadarinya, kemiripan yang muncul di cara keduanya berpakaian malam ini. Axel berdeham pelan, entah kenapa dia merasa tak nyaman melihat keduanya yang berpakaian mirip. Apa lagi, keduanya menggunakan bandu yang sama dengan yang diberikannya. “Ini tidak disengaja. Axel memberikan kami oleh-oleh yang sama, dan kebetulan kami punya pikiran yang sama. Wah, ini sangat menggemaskan.” Selena tersenyum, dia tak merasa kalau itu masalah. Arsella hanya memaksakan dirinya untuk tersenyum dan melirik Axel yang entah kenapa membuatnya merasa sangat kecewa. Lantaran, saat menerima ol
Arsella dan Selena mengobrol dengan santai. Keduanya terlihat lebih akur karena pakaian yang mirip itu. Namun, entah kenapa itu membuat Axel tak nyaman saat melihat keduanya terlalu akur seperti yang dia lihat saat ini. Apa lagi melihat bagaimana keduanya tertawa dengan asyik di sana. Sikap Arsella yang terlalu tenang berhasil membuat Axel gelisah. Dia lebih menduga kalau Arsella akan dalam suasana hati yang buruk dan tak akan menanggapi Selena. Sayangnya, di luar dugaan, Arsella malah bersikap seperti teman dengan Selena. Keduanya terlihat sangat baik di sana. Axel akhirnya memutuskan untuk mendekati keduanya. Dan dia menghela nafasnya saat berdiri di belakang keduanya sambil menghela nafasnya. Ditepuknya bahu Arsella yang membuat Arsella langsung menoleh. Selena juga ikut menoleh setelah tahu ada tangan yang menepuk bahu Arsella. “Ikuti aku, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” ucap Axel sambil menatap Arsella. “Oh, baiklah.” Arsella bangk
Tanpa berpikir panjang, Axel sudah tahu motif apa yang dilakukan pria itu. Pria itu sengaja membuat sedikit kekacauan dan mengalihkan perhatian mereka semua padanya. “Mereka berkelompok. Biasanya dia dengan sengaja menjadi umpan agar keamanan lengah. Cari tahu apa yang mereka incar. Periksa semua CCTV! Periksa apakah dia membawa senjata tajam atau tidak. Dia mungkin berniat melukai salah satu tamu,” duga Axel. “Dia tidak membawa senjata jenis apa pun.” Richard menggelengkan kepalanya. “Jelas, dia hanya umpannya,” timpal Max yang segera membantu Axel dengan menghubungi orang-orangnya untuk meningkatkan keamanan di sana. Keselamatan para tamu malam ini yang berupa Naratetama harus diutamakan. Dan mereka sekarang langsung membuat pertahanan sebisa mungkin sambil terus melacak keberadaan komplotannya. Mereka semua langsung menjadi sibuk saat itu juga. “Aku sedikit panik, aku tidak bisa memikirkan solusi apa pun,” keluh Selena sambil mend
“Bayi apa yang kau maksud? Apa maksudmu bayi?” Axel menatap Selena dengan terkejut. Sementara Selena menghela nafasnya. Dia tidak bisa merahasiakannya lagi dati Axel jika kondisi Arsella saat ini sangat genting dan membutuhkan Axel segera. Ini membuatnya harus memberitahukan kepada Axel tentang kehamilan Arsella. “Kau mendengarku dengan jelas, bukan? Arsella sedang hamil sekarang. Dan sialnya, dia sekarang diculik. Aku tidak yakin, tapi bukankah penculikan selalu berakhir tragis?” Selena sudah mengalami penculikan dua kali, dia jelas tahu bagaimana rasanya diculik dan betapa tragisnya setiap nasib yang dia terima. Damian berhasil membuatnya nyaris kehilangan kewarasannya, sementara Alice membuatnya keguguran. Axel meneguk ludahnya. Bahkan tentang terakhir kali, Selena sampai harus dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan keguguran karena Alice. Hal ini berhasil membuat Axel merinding. “Kita harus cepat.” Sesegera mungkin, Axel
“Aku sudah menemukan lokasinya,” ucap Richard. “Kita akan ke sana sekarang. Ternyata memang benar mereka salah menculik dan seharusnya Selena. Sialnya, dia membawa nama Damian. Dia berpikir aku Damian. Yang berarti Damian ada hubungannya dengan kasus yang kau bongkar waktu itu, Selena.”Axel langsung menatap ke arah Selena yang mengerutkan alisnya setelah mendengar apa yang dikatakan Axel. Dia terdiam sejenak, memproses apa yang dimaksud Axel saat itu. “Aku sudah menyiapkan mobilnya,” ucap Max. “Aku sudah menyiapkan orang-orangku. Ayo kita langsung berangkat!” ujar Gilbert. “Aku akan ikut!” Selena mengajukan dirinya dan itu membuat Axel langsung menahan Selena. “Bukankah sudah jelas jika target mereka adalah kau? Kau seharusnya tunggu di sini! Aku tidak mau membuat korbannya menjadi ganda,” tekan Axel degan tegas. “Justru karena itu! Aku ingin ikut untuk—”“Untuk membahayakan dirimu sendiri? Untuk apa kau
“Jadi, dia bandarnya, ya?” gumam Selena pelan, dia kelihatan lesu setelah mengetahui fakta itu. “Iya.” Richard menganggukkan kepalanya. Meski begitu, fakta kalau Damian lebih memilihnya dan melemparkan Atlas ke penjara, itu membuat Selena tahu jika Damian sama sekali tidak akan marah padanya karena mengganggu bisnisnya. Damian membiarkannya dan bahkan terkesan senang dengan apa yang dilakukan Selena. Tak lama kemudian, ada suara helikoper yang kebetulan mendarat di helipad yang ada di atas gedung hotel. Itu membuat mereka mengerutkan alisnya karena tak tahu siapa datang hari itu. “Siapa itu?” tanya Nenek. “Aku melihat ada helikopter yang mendarat. Bisa pastikan siapa yang ada di sana?” Kakek menghubungi seseorang yang sepertinya akan segera mengecek itu. Selena mengerutkan dahinya. Kakek dan Nenek segera keluar dari pos keamanan untuk mengecek orang yang baru saja mendaratkan helikopter di atas gedung itu. Damian
Arsella menatapi Axel yang sekarang bergerak masuk bersama orang-orangnya dengan bersenjata. Dia menodongkan handgun itu ke arah depan, lurus ke arah Atlas yang menahan Arsella. “Uh, apa-apaan ini? Siapa kau sebenarnya? Ah, ini pasti karena aku menangkap orang yang salah!”Atlas mendengus sambil mengangkat tangannya dengan cepat, dia kelihatannya tak akan memberontak sama sekali karena dia kehabisan ide. Dia terlalu panik karena kesalahan yang dibuat oleh anak buahnya itu. Itu membuat Atlas hanya bisa menghela nafasnya. “Ya, ini karena kau menangkap orang yang salah. Kau akan segera menyerahkan gadis itu padaku atau kau ingin menunggu aku melepaskan satu peluru ini, tepat ke dadamu?” Axel mengancam, dia menatap lurus ke arah Atlas dan melirik Arsella yang terduduk dengan keadaan terikat itu. Dia menghela nafasnya, menyadari Atlas tak melakukan sesuatu padanya. “Ya, ya, ya. Aku akan melepaskannya. Dia tidak akan menguntungkanku sama se