Arsella dan Selena mengobrol dengan santai. Keduanya terlihat lebih akur karena pakaian yang mirip itu. Namun, entah kenapa itu membuat Axel tak nyaman saat melihat keduanya terlalu akur seperti yang dia lihat saat ini. Apa lagi melihat bagaimana keduanya tertawa dengan asyik di sana.
Sikap Arsella yang terlalu tenang berhasil membuat Axel gelisah. Dia lebih menduga kalau Arsella akan dalam suasana hati yang buruk dan tak akan menanggapi Selena. Sayangnya, di luar dugaan, Arsella malah bersikap seperti teman dengan Selena. Keduanya terlihat sangat baik di sana.Axel akhirnya memutuskan untuk mendekati keduanya. Dan dia menghela nafasnya saat berdiri di belakang keduanya sambil menghela nafasnya. Ditepuknya bahu Arsella yang membuat Arsella langsung menoleh. Selena juga ikut menoleh setelah tahu ada tangan yang menepuk bahu Arsella.“Ikuti aku, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” ucap Axel sambil menatap Arsella.“Oh, baiklah.” Arsella bangkTanpa berpikir panjang, Axel sudah tahu motif apa yang dilakukan pria itu. Pria itu sengaja membuat sedikit kekacauan dan mengalihkan perhatian mereka semua padanya. “Mereka berkelompok. Biasanya dia dengan sengaja menjadi umpan agar keamanan lengah. Cari tahu apa yang mereka incar. Periksa semua CCTV! Periksa apakah dia membawa senjata tajam atau tidak. Dia mungkin berniat melukai salah satu tamu,” duga Axel. “Dia tidak membawa senjata jenis apa pun.” Richard menggelengkan kepalanya. “Jelas, dia hanya umpannya,” timpal Max yang segera membantu Axel dengan menghubungi orang-orangnya untuk meningkatkan keamanan di sana. Keselamatan para tamu malam ini yang berupa Naratetama harus diutamakan. Dan mereka sekarang langsung membuat pertahanan sebisa mungkin sambil terus melacak keberadaan komplotannya. Mereka semua langsung menjadi sibuk saat itu juga. “Aku sedikit panik, aku tidak bisa memikirkan solusi apa pun,” keluh Selena sambil mend
“Bayi apa yang kau maksud? Apa maksudmu bayi?” Axel menatap Selena dengan terkejut. Sementara Selena menghela nafasnya. Dia tidak bisa merahasiakannya lagi dati Axel jika kondisi Arsella saat ini sangat genting dan membutuhkan Axel segera. Ini membuatnya harus memberitahukan kepada Axel tentang kehamilan Arsella. “Kau mendengarku dengan jelas, bukan? Arsella sedang hamil sekarang. Dan sialnya, dia sekarang diculik. Aku tidak yakin, tapi bukankah penculikan selalu berakhir tragis?” Selena sudah mengalami penculikan dua kali, dia jelas tahu bagaimana rasanya diculik dan betapa tragisnya setiap nasib yang dia terima. Damian berhasil membuatnya nyaris kehilangan kewarasannya, sementara Alice membuatnya keguguran. Axel meneguk ludahnya. Bahkan tentang terakhir kali, Selena sampai harus dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan keguguran karena Alice. Hal ini berhasil membuat Axel merinding. “Kita harus cepat.” Sesegera mungkin, Axel
“Aku sudah menemukan lokasinya,” ucap Richard. “Kita akan ke sana sekarang. Ternyata memang benar mereka salah menculik dan seharusnya Selena. Sialnya, dia membawa nama Damian. Dia berpikir aku Damian. Yang berarti Damian ada hubungannya dengan kasus yang kau bongkar waktu itu, Selena.”Axel langsung menatap ke arah Selena yang mengerutkan alisnya setelah mendengar apa yang dikatakan Axel. Dia terdiam sejenak, memproses apa yang dimaksud Axel saat itu. “Aku sudah menyiapkan mobilnya,” ucap Max. “Aku sudah menyiapkan orang-orangku. Ayo kita langsung berangkat!” ujar Gilbert. “Aku akan ikut!” Selena mengajukan dirinya dan itu membuat Axel langsung menahan Selena. “Bukankah sudah jelas jika target mereka adalah kau? Kau seharusnya tunggu di sini! Aku tidak mau membuat korbannya menjadi ganda,” tekan Axel degan tegas. “Justru karena itu! Aku ingin ikut untuk—”“Untuk membahayakan dirimu sendiri? Untuk apa kau
“Jadi, dia bandarnya, ya?” gumam Selena pelan, dia kelihatan lesu setelah mengetahui fakta itu. “Iya.” Richard menganggukkan kepalanya. Meski begitu, fakta kalau Damian lebih memilihnya dan melemparkan Atlas ke penjara, itu membuat Selena tahu jika Damian sama sekali tidak akan marah padanya karena mengganggu bisnisnya. Damian membiarkannya dan bahkan terkesan senang dengan apa yang dilakukan Selena. Tak lama kemudian, ada suara helikoper yang kebetulan mendarat di helipad yang ada di atas gedung hotel. Itu membuat mereka mengerutkan alisnya karena tak tahu siapa datang hari itu. “Siapa itu?” tanya Nenek. “Aku melihat ada helikopter yang mendarat. Bisa pastikan siapa yang ada di sana?” Kakek menghubungi seseorang yang sepertinya akan segera mengecek itu. Selena mengerutkan dahinya. Kakek dan Nenek segera keluar dari pos keamanan untuk mengecek orang yang baru saja mendaratkan helikopter di atas gedung itu. Damian
Arsella menatapi Axel yang sekarang bergerak masuk bersama orang-orangnya dengan bersenjata. Dia menodongkan handgun itu ke arah depan, lurus ke arah Atlas yang menahan Arsella. “Uh, apa-apaan ini? Siapa kau sebenarnya? Ah, ini pasti karena aku menangkap orang yang salah!”Atlas mendengus sambil mengangkat tangannya dengan cepat, dia kelihatannya tak akan memberontak sama sekali karena dia kehabisan ide. Dia terlalu panik karena kesalahan yang dibuat oleh anak buahnya itu. Itu membuat Atlas hanya bisa menghela nafasnya. “Ya, ini karena kau menangkap orang yang salah. Kau akan segera menyerahkan gadis itu padaku atau kau ingin menunggu aku melepaskan satu peluru ini, tepat ke dadamu?” Axel mengancam, dia menatap lurus ke arah Atlas dan melirik Arsella yang terduduk dengan keadaan terikat itu. Dia menghela nafasnya, menyadari Atlas tak melakukan sesuatu padanya. “Ya, ya, ya. Aku akan melepaskannya. Dia tidak akan menguntungkanku sama se
Axel menemani Arsella ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Arsella masuk ke unit darurat atas permintaan Axel, meski pada perawat dan dokter yakin Arsella sangat sehat meski pergelangan tangannya mengalami lecet. Tapi, mereka tidak akan menolak permintaan Axel juga. Pria itu berdiri sambil menyilangkan tangannya, memperhatikan pergelangan tangan Arsella yang diberikan krim untuk luka lecet yang akan mengobati rasa perih dari lukanya itu. Arsella merasa tidak enak pada dokter yang menanganinya karena permintaan Axel yang berlebihan sampai membawanya ke unit darurat padahal jelas-jelas dia sangat baik. Kemudian, dokter juga membawa Arsella ke ruangan lain untuk mengecek kehamilannya Arsella. Begitu istrinya naik ke brankar, Axel secara spontan mengulurkan tangannya untuk membantu Arsella. Arsella lebih banyak diam dari tadi, itu membuat Axel khawatir dia mengalami syok atau trauma berat atas semua yang telah terjadi. Dia menatap Arsella sambil meng
“Buka celanamu! Aku ingin memastikannya sendiri jika memang ada darah yang menghalangiku.” Damian menatap ke arah Selena dengan serius. Dia tampak cukup frustasi karena setiap mereka bertemu, Selena selalu dalam posisi datang bulan. Itu tentu sangat memuakkan baginya. “Aku tidak takut. Ayo ke kamar mandi bersamaku! Aku juga akan mengganti pembalut yang aku pakai sebelum tidur agar tidurku menjadi lebih nyenyak.” Dan seperti yang diarahkan Selena. Damian benar-benar ikut ke kamar mandi hanya untuk melihat pembalut yang dipenuhi oleh noda merah itu. Dan Damian hanya mendengus kasar. “Baunya sangat tidak enak, bukan?” Selena terkekeh, dia tidak akan malu-malu lagi pada pria itu. “Kurang lebih baunya berbeda dengan bau darah yang biasa aku cium,” balas Damian enteng. Setelah dari kamar mandi, Damian melepaskan pakaiannya, dia tetap akan melepaskan pakaiannya karena tidak mungkin dia menggunakan kemejanya yang agak sempit saat t
Sejak Arsella tinggal bersama mereka, tak ada yang berubah sama sekali. Bahkan Selena menerimanya dengan senang hati. Yang berubah adalah hubungan antara Axel dan Arsella. Kadang mereka yang bermesraan tak kenal tempat membuat Selena mendesis kesal. Seperti hari itu, saat Selena kebetulan libur dan Axel tak berangkat bekerja, Selena harus melihat kemesraan antar keduanya. Arsella dan Axel yang akur seperti tak pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Di mata Selena, keduanya memang seperti tak pernah bertengkar. Berbeda dalam sudut pandang Arsella, saat awal menikah pun, mereka sering bertengkar dan itu karena setiap pembahasan yang membawa nama Selena. Untungnya, Arsella yang sekarang berubah drastis. Gadis itu menjadi sosok istri dan calon ibu yang sangat baik. “Kurasa aku akan diet, aku merasa pipiku cukup tembam. Pernikahanku dan Damian kan kurang dari dua bulan lagi. Aku ingin terlihat bagus di foto,” gumam Selena sambil menatap Amy yang sedang mem
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann