“Aku sudah menemukan lokasinya,” ucap Richard.
“Kita akan ke sana sekarang. Ternyata memang benar mereka salah menculik dan seharusnya Selena. Sialnya, dia membawa nama Damian. Dia berpikir aku Damian. Yang berarti Damian ada hubungannya dengan kasus yang kau bongkar waktu itu, Selena.”Axel langsung menatap ke arah Selena yang mengerutkan alisnya setelah mendengar apa yang dikatakan Axel. Dia terdiam sejenak, memproses apa yang dimaksud Axel saat itu.“Aku sudah menyiapkan mobilnya,” ucap Max.“Aku sudah menyiapkan orang-orangku. Ayo kita langsung berangkat!” ujar Gilbert.“Aku akan ikut!” Selena mengajukan dirinya dan itu membuat Axel langsung menahan Selena.“Bukankah sudah jelas jika target mereka adalah kau? Kau seharusnya tunggu di sini! Aku tidak mau membuat korbannya menjadi ganda,” tekan Axel degan tegas.“Justru karena itu! Aku ingin ikut untuk—”“Untuk membahayakan dirimu sendiri? Untuk apa kau“Jadi, dia bandarnya, ya?” gumam Selena pelan, dia kelihatan lesu setelah mengetahui fakta itu. “Iya.” Richard menganggukkan kepalanya. Meski begitu, fakta kalau Damian lebih memilihnya dan melemparkan Atlas ke penjara, itu membuat Selena tahu jika Damian sama sekali tidak akan marah padanya karena mengganggu bisnisnya. Damian membiarkannya dan bahkan terkesan senang dengan apa yang dilakukan Selena. Tak lama kemudian, ada suara helikoper yang kebetulan mendarat di helipad yang ada di atas gedung hotel. Itu membuat mereka mengerutkan alisnya karena tak tahu siapa datang hari itu. “Siapa itu?” tanya Nenek. “Aku melihat ada helikopter yang mendarat. Bisa pastikan siapa yang ada di sana?” Kakek menghubungi seseorang yang sepertinya akan segera mengecek itu. Selena mengerutkan dahinya. Kakek dan Nenek segera keluar dari pos keamanan untuk mengecek orang yang baru saja mendaratkan helikopter di atas gedung itu. Damian
Arsella menatapi Axel yang sekarang bergerak masuk bersama orang-orangnya dengan bersenjata. Dia menodongkan handgun itu ke arah depan, lurus ke arah Atlas yang menahan Arsella. “Uh, apa-apaan ini? Siapa kau sebenarnya? Ah, ini pasti karena aku menangkap orang yang salah!”Atlas mendengus sambil mengangkat tangannya dengan cepat, dia kelihatannya tak akan memberontak sama sekali karena dia kehabisan ide. Dia terlalu panik karena kesalahan yang dibuat oleh anak buahnya itu. Itu membuat Atlas hanya bisa menghela nafasnya. “Ya, ini karena kau menangkap orang yang salah. Kau akan segera menyerahkan gadis itu padaku atau kau ingin menunggu aku melepaskan satu peluru ini, tepat ke dadamu?” Axel mengancam, dia menatap lurus ke arah Atlas dan melirik Arsella yang terduduk dengan keadaan terikat itu. Dia menghela nafasnya, menyadari Atlas tak melakukan sesuatu padanya. “Ya, ya, ya. Aku akan melepaskannya. Dia tidak akan menguntungkanku sama se
Axel menemani Arsella ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Arsella masuk ke unit darurat atas permintaan Axel, meski pada perawat dan dokter yakin Arsella sangat sehat meski pergelangan tangannya mengalami lecet. Tapi, mereka tidak akan menolak permintaan Axel juga. Pria itu berdiri sambil menyilangkan tangannya, memperhatikan pergelangan tangan Arsella yang diberikan krim untuk luka lecet yang akan mengobati rasa perih dari lukanya itu. Arsella merasa tidak enak pada dokter yang menanganinya karena permintaan Axel yang berlebihan sampai membawanya ke unit darurat padahal jelas-jelas dia sangat baik. Kemudian, dokter juga membawa Arsella ke ruangan lain untuk mengecek kehamilannya Arsella. Begitu istrinya naik ke brankar, Axel secara spontan mengulurkan tangannya untuk membantu Arsella. Arsella lebih banyak diam dari tadi, itu membuat Axel khawatir dia mengalami syok atau trauma berat atas semua yang telah terjadi. Dia menatap Arsella sambil meng
“Buka celanamu! Aku ingin memastikannya sendiri jika memang ada darah yang menghalangiku.” Damian menatap ke arah Selena dengan serius. Dia tampak cukup frustasi karena setiap mereka bertemu, Selena selalu dalam posisi datang bulan. Itu tentu sangat memuakkan baginya. “Aku tidak takut. Ayo ke kamar mandi bersamaku! Aku juga akan mengganti pembalut yang aku pakai sebelum tidur agar tidurku menjadi lebih nyenyak.” Dan seperti yang diarahkan Selena. Damian benar-benar ikut ke kamar mandi hanya untuk melihat pembalut yang dipenuhi oleh noda merah itu. Dan Damian hanya mendengus kasar. “Baunya sangat tidak enak, bukan?” Selena terkekeh, dia tidak akan malu-malu lagi pada pria itu. “Kurang lebih baunya berbeda dengan bau darah yang biasa aku cium,” balas Damian enteng. Setelah dari kamar mandi, Damian melepaskan pakaiannya, dia tetap akan melepaskan pakaiannya karena tidak mungkin dia menggunakan kemejanya yang agak sempit saat t
Sejak Arsella tinggal bersama mereka, tak ada yang berubah sama sekali. Bahkan Selena menerimanya dengan senang hati. Yang berubah adalah hubungan antara Axel dan Arsella. Kadang mereka yang bermesraan tak kenal tempat membuat Selena mendesis kesal. Seperti hari itu, saat Selena kebetulan libur dan Axel tak berangkat bekerja, Selena harus melihat kemesraan antar keduanya. Arsella dan Axel yang akur seperti tak pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Di mata Selena, keduanya memang seperti tak pernah bertengkar. Berbeda dalam sudut pandang Arsella, saat awal menikah pun, mereka sering bertengkar dan itu karena setiap pembahasan yang membawa nama Selena. Untungnya, Arsella yang sekarang berubah drastis. Gadis itu menjadi sosok istri dan calon ibu yang sangat baik. “Kurasa aku akan diet, aku merasa pipiku cukup tembam. Pernikahanku dan Damian kan kurang dari dua bulan lagi. Aku ingin terlihat bagus di foto,” gumam Selena sambil menatap Amy yang sedang mem
Damian benar-benar dibuat gila dengan Selena yang sedang dalam masa ovulasi. Dia baru tahu kalau perempuan akan segila ini dalam masa ovulasinya yang berhasil membuat Damian juga tak akan menahan dirinya sama sekali. Selena yang urat malu dan akal sehatnya putus lebih gila darinya. “Sial, sial...” Damian mengerang saat dia berusaha mencapai pelepasannya sendiri. Suara Selena yang terdengar di ponselnya berhasil membuatnya mencapai pelepasan dengan permainannya sendiri. Dan kelihatannya Selena mencapai puncaknya di saat yang sama juga. Mereka berdua saling menikmati suara satu sama lain. Hanya suara, tapi keduanya terlihat sangat menggila. Ini membuat mereka meraih sensasi baru dalam hubungan mereka. Ini memang bukan pertama kalinya, ini yang kedua kalinya mereka melakukan hal itu via panggilan. Namun, yang berbeda adalah Selena yang memulai ini semua duluan. Gadis itu akan menyesali tindakannya tak lama lagi. Damian sendiri sangat menikmati si
Untungnya, Selena sangat mudah dibujuk dengan makanan. Dan membuat Axel akhirnya tak begitu merasa bersalah setelah Selena akhirnya keluar kamar untuk makan sushi yang sudah disiapkan Axel. Dengan Arsella yang juga tengah menikmati ramen yang datang dalam keadaan hangat. “Mm, ini sangat enak. Sayangnya aku tidak boleh makan makanan seperti ini juga.” “Kau bisa memakannya sepuasnya nanti. Aku akan belajar cara membuatnya,” balas Axel. “Ya ampun, lihat calon ayah satu ini.” Selena hanya bisa mendecak melihat interaksi keduanya. Selena memakan sushi dengan porsi yang lumayan besar itu sendirian, melupakan program diet yang sedang dia jalani. Mungkin besok dia akan menjerit begitu melihat timbangan. “Kau sering memakan makanan seperti itu saat kau belum menikah dulu?” tanya Selena. “Sebenarnya tidak. Aku cukup menjaga makananku meski aku masih sering makan keripik.” “Wah, pantas
Pesta pernikahan siapa yang melemparkan beberapa kotak pengaman dengan ukuran yang biasanya digunakan Damian. Bahkan, pada gadis menerimanya hanya untuk melihat ukurannya dan melihat para pria yang mengambil barang itu dengan berani untuk menunjukkan ukuran mereka. Dan para gadis di sana langsung mengangkat alisnya dan masing-masing dari mereka mulai tertarik pada satu sama lain yang ada di sana. Pria dan wanita yang entah statusnya apa, namun berhasil disatukan oleh Damian yang menebar sekitar 20 kotak pengamanan yang dibawa Grace. “Oh, sial...” Grace memandangi pria yang memegang kotak pengaman itu dengan bangga sambil mencari gadis yang bersedia untuk bersamanya. “Hey, aku di sini.” Luca langsung memutar kepala Grace agar menghadap ke arahnya. “Tapi, bagaimana kau tahu ukuran miliknya?” Selena mengerjapkan matanya menatap Grace. “Ini rencana Luca, dia yang tahu ukuran milik Damian,” jawab Grace dengan