“Jangan terlalu naif, Sayang. Faktanya, ayahmu juga melakukan bisnis yang sama dengan apa yang aku lakukan, jika kau merasa tak nyaman dengan pekerjaanku,” ucap Damian.
Selena menghela nafasnya, dia mengangguk untuk membenarkan kalimat Damian tentang ayahnya. Dan dia juga tak bisa lari dari hal tersebut. Fakta bahwa sebenarnya dia pun tak jauh berbeda jika dia selama ini mengonsumsi nafkah hasil dari bisnis tersebut.“Ya, benar. Lagi pula aku menikmati kekayaan ayahku belakangan ini. Aku sama sekali tidak lebih baik. Tapi tetap saja, ini agak mengejutkan. Karena kupikir, semua bisnis itu nyata.” Selena memegangi keningnya.“Jika kau pernah mendengar kalimat tentang kenapa kau bisa sampai ada di sini, yang mana dimaksudkan kenapa kau bisa ikut terseret dalam dunia yang lebih kelam. Karena lingkungan ini berbeda dari lingkunganmu sebelumnya. Jadi, kuharap kau bisa menyesuaikan diri.”Damian menatapi Selena sambil duduk di sisi mejanya, memperhat“Aku tidak yakin mengenai hal ini, tapi bisa saja jika ayahku memang mengetahui sesuatu tentang ibumu. Kita bisa menemuinya, namun memerlukan waktu untuk membuat jadwal pertemuan dengannya.” Damian mendengus pelan. Sambil keluar dari ruangan Damian, Selena tetap membujuk Damian untuk menjadwalkan pertemuan dengan ayahnya. Damian sendiri sepertinya sedikit malas jika harus berurusan dengan ayahnya sejak dia memutuskan untuk melakukan segalanya sendiri secara mandiri. “Ayolah... Aku tidak masalah menunggu. Lagi pula, kami belum bertemu lagi sama sekali.” Selena masih membujuknya. “Hah, aku tahu kau tidak akan berhenti begitu saja. Baiklah, baiklah. Aku akan mengatur kan jadwal pertemuanmu dengannya. Kuharap pertemuan itu membuahkan hasil,” gumam Damian. “Terima kasih.” Selena langsung tersenyum manis sebagai tanda terima kasihnya pada Damian. Dan Damian tak bisa menahan dirinya untuk tak luluh terhadap Selena. Selena yang menunjukkan s
“Sudah waktunya tidur,” ucap Damian sambil melirik jam. “Aku akan tidur bersama Grace malam ini. Masih banyak yang harus aku bicarakan dengannya.” Selena melirik Damian dan langsung menatap Grace. Grace seketika mengangkat alisnya, menatap Selena dengan sedikit bingung dan tegang. Karena ekspresi Damian kelihatannya tidak senang dengan kalimat Selena. Dia juga tidak tahu kenapa Selena tiba-tiba mengatakan hal seperti itu. “Tidak, kau akan tidur bersamaku seperti biasanya,” tolak Damian dengan tegas. “Masih banyak waktu hidup yang tersisa untuk tidur bersama. Lagi pula, kalau sudah menikah nanti, kau akan memilikiku di ranjangmu setiap hari, kan? Apa kau yakin tidak akan bosan?” Selena mendengus dan menyilangkan tangannya, terlihat malas untuk meladeni Damian. Mendengar kalimat Selena yang blak-blakan begitu membuat Damian mengangkat alisnya dengan tidak percaya atas apa yang dia dengar. Dia menggelengkan kepalanya dan terkekeh pelan. Suasana hatinya langsung membaik dan berbunga-
“Aku memang sudah lama mengenal ayahmu, dan aku memang sudah lama juga bekerja sama dengannya. Untuk sampai saat ini, ada beberapa keterkaitan antara aku dengan ayahmu. Namun, hubungan kami tidak sebaik dulu lagi. Apa lagi, sejak kehadiran dirimu,” jawab Hendry. Selena mengerutkan dahinya. Kehadiran dirinya membuat keduanya menjadi tak lagi berhubungan dengan baik? Benaknya memikirkan tentang hal tersebut adalah hal yang baik atau tidak. “Ah, sebenarnya kau tidak berpengaruh banyak. Hanya saja, aku memang sudah enggan berhubungan dengannya lagi beberapa tahun belakangan ini karena dia tidak lagi bisa dipercaya.” Hendry berusaha memperjelas maksudnya. Damian mengerutkan keningnya. Dari yang dia tahu, ayahnya memang tak lagi berhubungan baik dengan ayah Selena. Dan dia juga hanya sempat mengenal sosok Derek sebentar. Yang dia ingat, Derek pernah beberapa kali datang ke rumahnya saat dia masih sangat belia. “Aku tidak mengerti bagaimana Selena bisa membuat hubungan Ayah dengan Tuan D
“Setahuku Axel tidak tergantung pada siapa pun. Axel mendirikan perusahaannya atas namanya sendiri di usia 19 tahun. Aku tidak bisa menemukan latar belakang keluarganya. Tapi itu jelas jika semua aset yang dimilikinya didaftarkan atas namanya sendiri,” jawab Damian. Selena menatap Damian sejenak lalu menatap ke arah Hendry lagi. Hendry mendengarkan jawaban Damian, walau yang sebenarnya ingin yang menjawabnya adalah Selena. Dia mengharapkan jawaban Selena dari pada Damian saat itu. “Itulah sesuatu yang tidak bisa kita ketahui namun mungkin Selena, sebagai orang terdekatnya selama beberapa waktu yang lalu, kau seharusnya mengetahui banyak hal tentang Axel, bukan?” Hendry menatap Selena, dia duduk bersandar di kursinya sambil mengangkat alisnya. “Tidak juga. Aku pikir aku memang mengetahui banyak hal tentangnya. Namun, aku benar-benar tidak tahu jika dia punya perusahaan sendiri. Aku tidak tahu dia sekaya itu. Aku tahu dia punya banyak uang di usianya yang
Selena menatapi langit malam yang gelap. Dan menatapi tanah yang sekarang tengah diguyur hujan. Penampakannya di kaca besar yang ada di kamar Damian itu terlihat masih memikirkan banyak hal. Dengan menyilangkan tangannya di dada, dia berpikir sambil menikmati suasana malam yang sunyi dengan irama hujan di luar. Dia telah melamun cukup lama di sana. Damian memasuki kamarnya, dan menatapi Selena yang termenung di dekat jendela saat hujan. Pantulan dirinya juga bisa disadari oleh Selena saat itu. Damian menghela nafasnya dan mendekat. “Apa kau tidak takut disambar petir? Menyingkir dari sana, kau membahayakan nyawamu sendiri,” ujar Damian ketika mendekat dan menyentuh bahu Selena, bisa merasakan ketenangan di sana. “Aku terlalu suka melihat hujan. Belakangan ini hujan turun terus, rasanya menyenangkan.” Selena mendesah pelan, kemudian menutup tirainya, dia sedikit waswas jika Damian ada di dekatnya. “Itu informasi baru mengenai dirimu. Akan aku c
Mendengar sindiran Arsella tentang masa lalunya dengan Selena berhasil membuat Axel menatapnya untuk beberapa saat. Ada yang menahan dirinya untuk mengatakan apa pun. Arsella tidak bisa mempercayai Axel sama sekali, karena dia mantan pacar Selena dan mungkin berada di pihak Selena sepenuhnya. Sementara ayahnya, yang secara tiba-tiba memberikannya kepercayaan dalam batasan tertentu juga membuatnya geram. Arsella mencurigai Axel sebagai mata-mata Selena yang berada dekat di antara mereka. “Sudah jelas jika hubungan mereka saat ini tidak baik. Selena masih tidak memaafkannya dan Selena juga masih menghindarinya. Selena juga tidak akan mempercayai Axel sepertimu,” ucap Derek, berusaha memberikan pembelaan bagi Axel. “Ya, mungkin Selena juga sama curiganya seperti aku. Kenapa Ayah tiba-tiba saja memberinya pekerjaan dan kepercayaan yang cukup tinggi untuk orang yang baru sepertinya?” tanya Arsella. “Kami berada dalam kesepakatan. Aku memberikan sis
Selena menatapi Damian yang sekarang sedang bekerja sementara dirinya sedang membaca sebuah novel untuk meredakan rasa bosannya. Dia juga mulai bosan dengan novel yang sedang dia baca. Ketertarikannya bukan sedang pada buku, tapi pada hal lain. Dia mendengus, dan suaranya berhasil menarik perhatian Damian yang langsung melirik ke arahnya sebagai bentuk perhatiannya. “Ada apa lagi? Apa kau masih merasa bosan? Jika kau tetap memaksa untuk keluar, bukankah kau sedang bersembunyi dari ayahmu saat ini?” tanya Damian. “Aku sudah tidak ingin keluar tapi aku benar-benar bosan karena tidak melakukan apa pun. Novel ini juga bercerita tentang politik, aku tidak tertarik sama sekali pada politik,” keluhnya. “Lalu, apa yang kau inginkan? Tanganku sedang pegal sekarang, aku akan mendengarkanmu dalam lima belas menit, setelahnya aku akan melanjutkan pekerjaanku, bagaimana?” Damian mengangkat alisnya, kali ini dia akan menemani Selena bicara aga dia tidak bosan.
Arsella berjalan bersama seorang pelayan menuju ke taman bunga. Dia hendak menikmati teh di taman bunga sambil belajar, terlihat dari buku tiga tebal yang dibawakan pelayan. Dan kebetulan sekali, di sana ada Axel yang sedang mengerjakan sesuatu juga. Itu membuat Arsella meneguk ludahnya, antara gugup dan ada kegembiraan saat bertemu dengannya. “Apa yang kau lakukan di sini?” Arsella menghampirinya dan menatapi Axel yang masih fokus. Axel menoleh, menatapnya sejenak dan kemudian menghela nafasnya sambil mengambil barangnya. Dari nada bicara Arsella, kelihatannya Arsella ingin menggunakan tempat itu untuk dirinya sendiri. Dan sebagai pria yang peka, dia segera minggat sebelum diusir secara kasar olehnya. “Aku bertanya padamu, bukan menyuruhmu pergi,” tekan Arsella seraya melirik pelayannya. Arsella memberikan isyarat agar pelayan itu menaruh buku bawaannya di meja yang sama. Meja itu luas, jadi masih ada banyak tempat tersisa meski digunak
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann