“Ya? Dengan saya sendiri.” Selena bangkit dari duduknya saat pria itu menghampirinya.
Damian menatapi pria itu tanpa memberikan reaksi lebih. Kelihatannya ada sesuatu yang harus dibahas oleh pria itu, dan Damian bisa membacanya dari tas hitam yang dia bawa.Pria itu menaruh tasnya di depan Selena dan Damian dan membuka tasnya, mengeluarkan beberapa dokumen penting. Damian mengernyitkan dahinya penasaran dengan apa yang akan didapatkan Selena di hati kematian ibunya. Karena dia tahu, akan ada beberapa pengalihan kuasa.“Kami bersama ibumu mendirikan sebuah perusahaan bersama puluhan tahun yang lalu. Mungkin kau pernah mendengar XXX yang iklannya tayang di televisi. Sabrina pernah berpesan untuk melanjutkan kepemilikan perusahaannya kepada putrinya, dengan nama Selena Raguano.”“Apa artinya itu?” Selena menatapnya dengan tatapan bingung.“Itu berarti kekayaan ibumu yang ada di dalam perusahaan itu tidak akan dihentikan dan terus berlan“H-hey, Damian!” bisik Selena seraya membungkuk, berusaha menjauhkan wajah Damian dari kakinya. Damian menengadah menatapnya dan tersenyum nakal melihat reaksi Selena. Itu membuat Selena mengerutkan dahinya dengan perasaan malu. Kemerahan timbul di sekitar pipinya. Selena merona karenanya, namun dia berusaha menahan panas di wajahnya. “Hentikan... Jangan di sini!” ujar Selena seraya berusaha menarik bahu Damian agar bangkit. Damian menghela nafasnya dan bangkit dari berlutut. Dia menatap Selena, pria itu menjulang tinggi di depannya, menatap ke bawah ke arah Selena yang tampak lebih pendek. “Kau tidak akan bisa memberikannya juga untuk saat ini,” keluh Damian dengan kesal. “Untuk itulah. Bukankah kau akan segera pulang sekarang?” Selena menatapnya. “Iya. Jaga dirimu baik-baik, dengar?” Damian mengulurkan tangan kirinya ke wajah Selena. Begitu tangan kiri Damian berada di pipinya, Selena bersandar ke telapak tangan
Selena memasuki kamar mendiang ibunya tersebut. Melihat sebuah kamar dengan nuansa classic menggunakan warna monokrom abu-abu. Agak berbeda dengan rumah ideal Sabrina yang warnanya kecokelatan yang hangat seperti kayu. Kelihatannya ini memang selera orang tua Sabrina saja. “Baju-baju ibumu yang ada di walk-in closet semuanya adalah bajunya semasa muda. Lemari yang ada di sini berisikan pakaiannya yang baru-baru ini. Kau bisa menggunakan apa pun yang kau suka selama di sini. Tapi jika Nenek lihat, kelihatannya style kalian berbeda. Kau sangat feminin.” “Ah, jika Nenek menyebutkan bagaimana penampilanku di rumah itu waktu itu, itu karena aku menggunakan pakaian yang disediakan oleh ibu. Ibu kelihatannya menyukai gadis yang feminin dan berharap aku menjadi apa yang dia bayangkan saat itu,” jelas Selena. Selena tersenyum tipis dan memasuki ruang pribadi ibunya di masa muda tersebut. Dia masih tak menyangka dia bisa memasuki ruangan seperti ini, dengan orang
Axel menatap Selena. Selena bahkan mengingat kalimat yang dia berikan dulu, yang disampaikan kembali oleh Axel. Kalimat itu berasal dari Sabrina. Yang sekarang membuat mata Selena berkaca-kaca. Semua yang Axel dengar dari Sabrina, telah disampaikan pada Selena. “Betapa beruntungnya kau, pernah ada bersamanya bagaimana pun keadaannya. Dan kau telah menemaninya menua. Dia tidak begitu, tidak, dia masih muda. Tapi aku tak diberikan kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh. Aku hanya mengenalnya dalam dirimu,” isak Selena. Axel seketika terdiam, menatapi Selena yang mengusap air matanya sambil terisak pelan. Axel bisa merasakan kekecewaan Selena pada dirinya sendiri dan penyesalan yang tak bisa dia perbaiki. Dengan berat hati, Axel mengambil nafasnya dalam-dalam dan tersenyum simpul padanya. “Maaf, seharusnya aku mengatakan semuanya lebih awal,” ucap Axel dengan suara pelan. “Jangan meminta maaf! Aku tidak ingin mendengarkan apa pun untuk
“Kau tahu, semua yang kau lihat dari kami tidak bisa didapatkan dengan mudah. Apa kau menyadari hal tersebut?” Kakek menatap Selena dengan penuh perhatian, tutur katanya terdengar lembut. “Aku tahu, semua yang kita miliki tidak bisa didapatkan dengan cara yang mudah.” Selena menatap Kakek dengan sedikit ragu. Entah kenapa tutur kata yang lembut dan halus justru masuk ke hatinya lebih baik dari pada sentakan dan hinaan. Dia menyetujui ucapan kakeknya. “Maka dari itu, aku berharap kau meningkatkan dirimu sendiri. Sabrina sudah tidak ada sekarang. Kau harus bisa menafkahi dirimu sendiri. Kuharap kau tidak begitu bergantung pada Damian sebelum dia resmi menjadi suamimu. Itu akan mempermalukan keluarga Gallent.” Erick menatap ke arah Selena dengan dingin. Pria itu kelihatannya hanya berusaha untuk membuat Selena mengerti maksudnya. Walau, dia tak bisa mengutarakan apa yang dia maksud. “Kak, tidak bisakah Kakak tidak terlalu menekannya? Di
“Jika itu menjadi galeri, kau harus menuruti apa pun keinginanku, dan jika itu bukan, aku akan menuruti semua yang kau inginkan,“ taruh Axel. Selena menatap Axel dengan tatapan ragu. Dia tahu, Axel lebih mengetahui dari pada dirinya. Ada banyak yang masih belum dia ketahui tentang dunia ini, tentang Damian utamanya. “Katakan saja apa keinginanmu dulu, aku akan mengatakan aku akan bertaruh jika aku tahu apa itu,” ucap Selena, dia tidak mau menjadikan taruhan ini sebagai celah bagi Axel. “Aku ingin kau tidak bertemu dengan Damian selama tiga bulan penuh, dengan alasan apa pun yang bisa kau katakan padanya. Aku ingin tahu apa dia akan berpikir berlebihan atau tidak.” Axel menjawab setelah berpikir sejenak, dia melipat lengannya sambil menatap Selena menantang.“Kau gila? Bisa-bisa dia akan menyusulku ke sini,” umpat Selena. “Aku senang melihatnya menggila.” Axel kemudian tertawa karena leluconnya sendiri. Selena mendengus dan m
Nenek menatap saran solusi yang diberikan Selena terhadap permasalahan yang terjadi di dalam hotel. Kelihatannya ini memang hal dasar. Tapi setiap permasalahan yang timbul di dalam suatu usaha adalah bagian dari perkembangan usaha tersebut ke depannya.Mengelola hotel bukanlah hal yang mudah karena harus melibatkan banyak orang. Dan jika seseorang dari mereka membuat kesalahan, kemungkinan besar banyak orang yang harus terlibat akibatnya. Maka, cara seseorang mengatasi suatu permasalahan adalah bentuk tes yang diberikan. “Kau memang tidak memberikan sesuatu yang kreatif. Tapi dasar dari solusi yang ingin kau berikan tersampaikan di sini. Kau orang yang simpel, ya? Kau tidak ingin direpotkan,” gumam Nenek. Selena menyengir gugup menatapi nenek yang kelihatannya kurang puas dengan solusi yang disarankan Selena. Itu membuatnya mulai merasa putus asa. “Ya, sudah cukup bagus. Bacalah beberapa berita mengenai hotel Gallent yang keluar sebulan ke bela
Sepulang dari hotel, Selena memainkan ponselnya di mobil. Dia memberikan pesan pada Damian tentang apa yang dia lakukan di hari pertama setelah pemakaman Sabrina. Dia mulai merasa seperti orang penting sekarang dan gak begitu larut dalam kesedihan akan kematian ibunya. Hari ini aku mengunjungi hotel. Aku seharian berada di hotel untuk melihat-lihat fasilitas hotel dan belajar tentang hotel juga. Katanya kau pernah datang ke hotel Gallent, ya? -Selena. Ya, aku pernah berkunjung ke sana beberapa kali untun alasan yang berbeda. Aku tidak menyangka, aku mengencani keluarga pemilik hotel tersebut. -Damian. Selena terkekeh pelan melihat pesan tersebut. Rasanya, dia mulai seperti mendapat namanya sendiri. Dia bukan lagi tanpa apa-apa jika dia bisa membantu keluarganya mengelola hotel. Tiba di rumah saat hari sudah gelap, Selena menatapi rumah yang terasa sepi. Lantaran Erick dan keluarganya sudah pulang ke kediaman mereka. Begitu pula Dixon dan istri
Setelah beberapa hari terlibat untuk bisnis keluarga, Selena mulai mengerti dan beradaptasi di lingkungan barunya tersebut. Wajahnya senantiasa cerah saat datang ke hotel dan menyapa orang-orang di sekitarnya. Sejauh ini, Selena belum merasakan kesulitan apa pun. Hubungannya dengan Damian berjalan lancar, mereka menjalani hubungan jarak jauh. Damian bisa memahami keputusan Selena untuk tinggal lebih lama bersama neneknya. Dan dia juga dipahami Selena tentang kesibukannya hingga tak bisa selalu berbalas pesan dengannya. Sambil menunggu lift, Selena tengah berbalas pesan dengan Damian yang membuatnya tersenyum sendiri. Sebelum akhirnya pintu lift terbuka dan dia langsung menegakkan pandangannya. Selena menemukan Yohan yang tampak berada di dalam lift, Selena tersenyum ramah padanya. Yohan balas tersenyum saat Selena memasuki lift. Keduanya mulai sering berpapasan di hotel. Yohan telah tinggal selama beberapa hari di sana. Setahu Selena, Yohan sedang dalam