Setelah beberapa hari terlibat untuk bisnis keluarga, Selena mulai mengerti dan beradaptasi di lingkungan barunya tersebut. Wajahnya senantiasa cerah saat datang ke hotel dan menyapa orang-orang di sekitarnya. Sejauh ini, Selena belum merasakan kesulitan apa pun.
Hubungannya dengan Damian berjalan lancar, mereka menjalani hubungan jarak jauh. Damian bisa memahami keputusan Selena untuk tinggal lebih lama bersama neneknya. Dan dia juga dipahami Selena tentang kesibukannya hingga tak bisa selalu berbalas pesan dengannya.Sambil menunggu lift, Selena tengah berbalas pesan dengan Damian yang membuatnya tersenyum sendiri. Sebelum akhirnya pintu lift terbuka dan dia langsung menegakkan pandangannya. Selena menemukan Yohan yang tampak berada di dalam lift, Selena tersenyum ramah padanya.Yohan balas tersenyum saat Selena memasuki lift. Keduanya mulai sering berpapasan di hotel. Yohan telah tinggal selama beberapa hari di sana. Setahu Selena, Yohan sedang dalamSelena sedikit terkejut saat pertanyaan gadis itu terlontar begitu saja. Selena menatap gadis yang sekarang memperhatikan penampilannya dari atas ke bawah dengan perasaan aneh. “Deline?” Selena mulai mengenali gadis yang merupakan teman sekelasnya SMA. “Oh, wow... Bagaimana kau bisa ada di sini? Kau bekerja di sini?” Deline menatap Selena dari atas ke bawah, dia tentunya tak bisa jika tidak mengagumi penampilan Selena saat ini. Pacar dari gadis itu mengerutkan keningnya, menatapi pacarnya yang tiba-tiba saja tertarik dengan sosok Selena. Deline tampaknya tak percaya dengan apa yang dia lihat. Selena yang dia kenal bukanlah Selena yang dia ketahui di masa lalu. Dia tahu Selena anak panti asuhan. “W-wah, kau sangat berbeda dari yang aku ingat,” ucap Deline sambil memperhatikan Selena. “Ah, aku sedikit senang karena ini kau. Kuharap kita bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan baik,” ucap Selena sambil menghela nafasnya, dia tak lagi
“Apa yang terjadi di sini?” Yohan menatapi Deline dan yang lainnya dengan bingung. Kedua teman Yohan di sana juga tampak terkejut kenapa Yohan sampai mau ikut campur. Apa lagi melihat bagaimana Yohan menyentuh bahu Selena. Yohan bersikap aneh saat ini. Melihat tangan Yohan di bahunya, Selena menepis pelan tangannya. Dia melakukannya cukup halus sambil menatap Deline yang langsung terdiam karena panggilan yang disebutkan Yohan. “Kau tidak apa-apa, Nona Gallent?” tanya Yohan sambil menatapi Selena.“Ah, ini sedikit perih. Tapi aku akan memaafkanmu untuk kali ini jika kau mau menghentikan semua gertakanmu dan pergi dari sini segera!” ucap Selena sambil memegangi pipinya. Deline menatap Selena dengan tak percaya. Panggilan yang digunakan Yohan terdengar begitu berwibawa untuknya. Belum lagi, nama Gallent sepertinya membuat dia menyadari sesuatu. Jelas-jelas Yohan memanggilnya nona, yang jelas dia belum menikah. Lalu bagaimana Se
“Itu sangat mudah diketahui dari bagaimana kau sering tersenyum pada ponselmu.” Selena menatapinya dengan keheranan, dia baru menyadari jika dia sesering itu tersenyum setiap kali melihat ponselnya karena membaca pesan dari Damian. Pesan pria itu membuat hatinya berbunga-bunga, untuk itulah kenapa dia senantiasa ceria setiap harinya. “Oh, begitu, ya. Ternyata aku sering tersenyum saat menatap ponselku.” “Benar. Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi aku menyadarinya karena aku memperhatikanmu.” Selena mengerutkan dahinya dan menatap Yohan lagi dengan sedikit sinis. “Dalam arti kalau aku sering melihatmu. Aku berada di sini beberapa hari dan kita jadi sering bertemu, kan?” Yohan meluruskan kalimatnya agar tak membuat Selena merasa tak nyaman. “Hah, benar...” Selena menghela nafasnya dan mengangguk. “Jika tidak minum, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Kau pasti belum makan malam.” “Tidak, terima kasi
“Kami akan menggeledah kamar tersebut untuk membuktikan kecurigaan kami.” Setelah Kakek menetapkan keputusan tersebut, akhirnya polisi datang untuk membantu penggeledahan. Dan saat itu juga, kehadiran Atlas lenyap. Atlas langsung menghilang begitu polisi datang. Sayangnya tak ada yang menyadarinya karena fokus untuk penggeledahan. Selena yang mengambil risiko untuk bicara langsung dengan tamu di kamar tersebut. Nasib baiknya, tamu kamar tersebut yang merupakan tiga orang wanita muda yang sedang bersantai siap untuk bekerja sama. Hingga Selena tak perlu mendapatkan perlakuan yang tak pantas lagi. Penggeledahan dilakukan sekitar setengah jam dan absennya Atlas mulai menjadi perhatian mereka. “Kami menemukan barang yang telah dicurigai. Kami menemukan sekitar 200 gram narkoba yang diseludupkan di pot tanaman kaktus yang ada di ruangan ini.” “Di mana dia?”“Dia kelihatannya melarikan diri.” “Panggil bantuan untuk melak
Damian: Kau bersenang-senang dengan pria itu?Selena langsung menyemburkan air putih yang dia minum setelah dia bangun. Untungnya dia menyemburkannya tepat di wastafel, karena dia minum sambil berdiri di dekat wastafel.Selena terbatuk dan hendak membalas pesan yang tiba-tiba sekali dikirimkan Damian itu. Belum sempat Selena mengetik, Damian sudah meneleponnya dan membuatnya segera mengangkat telepon itu. Dia tak menyangka Damian langsung meneleponnya begitu dia membaca pesan itu. “Hal—”“Jelaskan padaku, semuanya. Apa-apaan pria itu menyentuh bahumu seperti itu? Kau dekat dengannya? Jangan membuatku menunggu, Selena! Aku butuh penjelasan!” “Tidak bisakah kau sabar sebentar? Kau terus bicara hingga menghentikan aku untuk bicara. Begini, aku juga tidak tahu kenapa dia melakukan itu. Aku dan dia jarang bicara, kami hanya kebetulan berpapasan beberapa kali di hotel. Aku dan dia berkenalan saat hari kunjungan pertamaku ke hotel. Kata L
“Barang itu jumlahnya kan, sekitar 200 gram. Berapa harga semuanya jika ditotalkan?” Selena menatapi Axel yang saat ini tengah makan bersamanya di rumah. Axel yang tengah menyantap makan siangnya itu menatap Selena dengan memikirkan beberapa hal.“Saat ini harganya sekitar 200 dollar untuk setiap gramnya. Kemungkinan besar itu sekitar 40.000 dollar? Ya, sekitar itu. Jika harga per gramnya lebih, maka yang kau rampas dari mereka lebih besar lagi. Itu juga jika aku tidak salah dalam mengenali jenis narkoba yang diamankan itu.” Axel menganggukkan kepalanya, menjelaskan semua yang dia tahu tentang narkoba tersebut. “Oh, gila. Aku benar-benar berurusan dengan orang-orang kaya sekarang,” umpat Selena. Selena terlihat kagum sekaligus bangga, namun di sisi lain dia jelas sedikit ngeri. Kengerian karena berurusan atau ikut campur dengan orang-orang yang berbahaya seperti pengedar narkoba. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, namun
Damian mengerutkan dahinya ketika polisi itu memasuki ruangannya dengan semringah dan melihat ke sekitar ruangan. Dia menghela nafasnya sambil menatap Damian, seringai di wajahnya terlihat begitu menyenangkan. Itu membuat Damian mendengus, mengetahui apa keinginannya. “Kau pasti orangnya. Kau yang memiliki barang ini, kan?” Pria itu langsung melemparkan sebuah kotak yang berisikan narkoba seberat 200 gram itu ke meja. Dengan alis terangkat, Damian memandangi pria itu. Dia tidak berencana mengatakan apa pun sampai polisi itu yang membuka mulutnya lebih dulu. Dia tidak tertarik membuka informasi. “Ayolah, kau seharusnya senang. Aku hanya akan meminta setengah dari harga keseluruhan semuanya. Kau bisa memiliki setengahnya lagi. Bukankah itu cukup adil?” Polisi itu duduk dengan tenang. Sementara Damian tersenyum sinis sambil menggelengkan kepalanya. Damian tidak berniat bekerja sama atau membuat kesepakatan dengan polisi. “Sayang sekali
Axel tengah berada di sebuah minimarket untuk membeli camilan dan makan siangnya. Dia mengambil beberapa makanan dan membawanya kembali ke tempat pembayaran. Axel mengeluarkan uangnya, dan membayar semua yang dia bawa ke sana. Baru saja keluar dari minimarket dengan keresek belanjanya, Axel dikagetkan dengan kehadiran Arsella yang ada di depan minimarket tersebut. Arsella menatapnya dengan tatapan putus asa. Dia menatap ke arah Axel dengan matanya yang berkaca-kaca dan membuat Axel meneguk ludahnya, tak yakin dengan apa yang harus dia lakukan pada Arsella saat bertemu lagi dengannya. Namun, Axel meyakinkan dirinya kalau yang membunuh ibunya bukanlah Arsella melainkan Alice. Itu membuatnya mau bicara dengan Arsella yang entah bagaimana bisa dia menemukannya. Axel membiarkan Arsella duduk di depannya, mereka duduk di halaman depan minimarket itu. Axel memberikannya makanan yang dia beli. Dia membeli banyak, dan jika dia merasa kurang, tinggal membelinya l