"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Damien! Tidak ada, semuanya sudah berjalan sesuai dengan yang Mamamu inginkan!" Dalena menyentak tangan Damien yang mencekal lengannya. Wanita itu menangis dan berteriak marah-marah. "Dalena dengar! Kita tidak akan selamanya di sini, aku akan mencari tempat agar kita hidup tenang bersama an-""Tidak perlu!" teriak Dalena mendorong dada bidang Damien dan menatapnya penuh permusuhan. "Tidak perlu kau lakukan itu!" "Dalena..." Damien dengan sabar berusaha untuk tidak marah pada wanita ini. Dalena mengusap air matanya dan menangis keras-keras menepis tangan Damien. "Jangan bicara lagi denganku, jangan temui aku, aku tidak mau mendengarkanmu lagi!" pekik Dalena. Ia melangkah meninggalkan Damien dan masuk ke dalam kamar si kembar. Satu anaknya terlihat duduk di atas ranjang dengan ekspresi bingung atas apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya saat ini. Termasuk Cassel yang langsung turun dari atas ranjang saat melihat Dalena menangis. "Mami.
Tepat pukul lima lebih seperempat, mobil Zarch tiba di sebuah stasiun. Laki-laki itu menggendong Cassel, bersama Dalena dan juga Raccel mereka masuk ke dalam stasiun. Zarch langsung membelikan tiket untuk Dalena dan anak-anaknya. "Dalena, ini tiketnya." Zarch menyerahkan tiga tiket tersebut. Laki-laki itu pun menurunkan Cassel, segera Dalena menggenggam tangan Cassel dengan hangat. Tanpa aba-aba, tiba-tiba saja Zarch langsung memeluk Dalena dengan sangat erat. "Berjanjilah untuk baik-baik saja sampai kau tiba di London. Aku akan segera menyusulmu," ujar Zarch berbisik.Pelukan itu dibalas oleh Dalena, ia tahu sahabatnya ini pasti sangat khawatir. "Iya Zarch, terima kasih banyak sudah mengantarku sejauh ini." Zarch mengangguk, laki-laki itu mengecupi pipi Cassel dan Raccel, meminta kedua anak itu untuk berhati-hati. Barulah Dalena kembali menarik kopernya, ia dan si kembar melambaikan tangan pada Zarch. "Byeee Om!" pekik si kembar sangat ceria. Dalena dan kedua anaknya masuk
'Tak ada restu dari keluarga, putra dari keluarga Escalante dikabarkan akan menikahi wanita miskin, tak segan-segan Nyonya Lora Escalante menyebut wanita cantik ini sebagai 'Sampah keluarga Escalante' atau 'Wanita pembawa sial!'Damien membaca berita yang beredar di sebuah surat kabar hingga berita di media sosial. Amarah meradang hingga ke ubun-ubun. Sehari semalam ia tidak menemukan Dalena dan anak-anaknya, kini pagi hari dia disuguhi berita yang menyakitkan seperti ini. Andai Dalena ada di sini, mungkin dia juga akan marah dan menangis. Damien meletakkan surat kabar itu di atas meja kerjanya. "Kapan berita sialan ini beredar, Thom?" tanya Damien. "Sejak semalam, Tuan. Bahkan notifikasi di ponsel saya sampai ramai, semua orang benar-benar menghujat Dalena dan si kembar habis-habisan." Thom menghela napasnya pelan. "Apa Tuan tidak tahu, selama ini Nyonya Lora dan Stevia diam-diam mendatangi Dalena. Mungkin alasan Dalena pergi juga karena berita ini. Kemungkinan dia diancam, hing
Sudah berhari-hari Damien tidak melihat wajah si kembar. Damien merasa stress berat tanpa adanya Dalena dan anak-anaknya yang bisanya membuat laki-laki itu semangat. Namun kini Damien tidak seperti biasanya, laki-laki itu jarang makan dan selalu berusaha meminta semua orang mencari Dalena sampai menemukannya. "Tuan, Mery bilang Tuan belum makan sama sekali sejak pagi. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jangan sampai Tuan jatuh sakit," ujar Thom memberikan peringatan. Damien mengabaikan Thom, laki-laki dengan kemeja putih itu diam duduk di kursi kerjanya menatap ke arah luar yang tengah hujan salju pagi ini. "Aku tidak lapar sama sekali," jawab Damien melirik Thom. Kedua matanya terpejam pelan. "Apa tidak ada kabar tentang Dalena?" tanya Damien lirih. "Tidak ada, Tuan." Nyeri seketika terasa oleh Damien, semuanya terasa sia-sia. Meskipun dirinya yakin kalau Dalena berada di London, namun Londo sangat luas.Ekspresi wajah Damien sedikit murung. Entah ke mana lagi dia akan
"Hari ini Om Zarch datang, katanya bawa oleh-oleh banyak buat kita!" "Waahhh, Raccel dibawakan apa ya?" Raccel berseri-seri membayangkan hadiah yang Zarch bawakan untuknya. "Yang jelas mainan yang banyak sekali!" Cassel lompat-lompat tak sabaran. Bisik-bisik dua anak kecil itu berasal dari dalam sebuah ruangan. Dalena membuka sedikit pintu kaca buram di dekat ruangan kerjanya. Cassel dan Raccel sibuk menggambar, bermain, dan anak-anak itu juga asik mengobrol. "Cassel, Raccel, sedang apa, Sayang?" sapa Dalena melambaikan tangannya. "Mami..." Raccel langsung beranjak dari duduknya dan berlari memeluk kedua kaki Dalena. Wanita cantik berambut panjang itu menekuk kedua lututnya. Ia tersenyum manis mengusap pipi Raccel, sementara Cassel asik bermain sendiri. "Kenapa Sayang? Raccel lapar? Mau makan lagi sama hamburger?" tawar Dalena memasang kembali jepit pita merah di rambut Raccel. "Mau ikut ke depan, mau nunggu Om Zarch!" seru Raccel menunjuk ke arah luar. Dalena mengembuskan n
Pagi ini dokter mendatangi kediaman Damien. Laki-laki itu sakit karena terlalu cemas dan pola makannya yang kacau selama dua mingguan lebih ini. Di sana ada Lora yang menemani Damien. Meskipun berkali-kali Damien mengusirnya untuk tidak lagi muncul di hadapannya. "Putraku tidak papa kan, dok?" tanya Lora menatap dokter. "Tidak papa. Tapi kalau terus diabaikan akan menjadi masalah serius. Mohon untuk istirahat dulu," ujar dokter menjelaskan. Mendengarkan hal itu, Damien berdecak. Ia mengabaikannya dan menatap Faro yang berdiri di ambang pintu. Ia meminta Faro untuk menyelidiki masalah Dalena, sementara Thom mengurus urusan kantor.Tanpa memberi kode apapun, Faro langsung mendekat. Laki-laki itu membungkukkan badannya. "Saya mendapatkan kabar kalau Zarch kembali ke London tiga hari yang lalu, Tuan," bisik Faro pada Damien. Mendengar hal itu, Damien tersenyum tipis. "Aku sudah menduganya," ucap Damien. Rahang Damien mengetat marah, laki-laki itu menyibakkan selimutnya dan berdiri
Pagi ini Damien tiba di London, ia berjanji akan membawa Delana untuk pergi bersamanya lagi. Sekalipun wanitanya itu tidak mau pulang kembali ke Barcelona, Damien akan mengajak Dalena tinggal di manapun dia inginkan, asalkan mereka kembali bersama. "Tuan, sepertinya Nyonya besar juga melakukan pencarian Dalena," ujar Faro menatap Damien setelah ia memperhatikan ponselnya. "Abaikan saja. Dia tidak akan menemukan Dalena secepat aku," jawab Damien dingin. Faro mengangguk patuh. Mereka kini dalam perjalan menuju butik milik Zarch yang berada di tengah-tengah kota London. Setelah beberapa menit perjalanan, mereka pun tiba. Damien bergegas turun dari mobil diikuti Faro dan Thom. Mereka berdua masuk ke dalam butik tersebut. Semua teman-teman Dalena menatap ke arah depan memastikan siapa yang datang. "Waahhhh tampan sekali," bisik Kimy pada Arleta. "Dia... Dia Papanya si kembar, Damien Escalante," bisik Arleta membalas Kimy. "Lebih tampan saat bertemu asli. Beruntung sekali Dalena dib
"Mami... Airnya banyak sekali, ini tempat apa? Waahhh bagus ya!"Raccel melongo menatap pemandangan indah pantai di depannya. Anak itu tidak pernah melihat tempat seindah ini. Melihat ekspresi lucu Raccel, Dalena pun terkekeh gemas duduk merangkul dua buah hatinya. "Sayang, ini namanya pantai. Bagus kan... Raccel dan Cassel jangan main terlalu dekat dengan air, okay?!" "Okay Mami!" sorak keduanya senang. Anak-anak itu membawa banyak mainannya dan bermain pasir, Dalena sesekali menggandeng erat mereka berdua dan mengajaknya bermain di dekat air. Si kembar sangat senang, keduanya basah kuyup dan tertawa-tawa riang. "Ayo bawa airnya ke sana, kita buat kastil dari pasir. Ayo Mi..." Cassel menarik-narik tangan Delana. "Iya Sayang, kalian tunggu di sana ya," ujar Delana. Si kembar berlari menepi, sedangkan Delana mengambil air di dalam sebuah wadah yang ia bawa dari vila. Pantai indah itu berada tepat di depan vila milik Zarch. Semalam Dalena datang ke tempat ini, Zarch memintanya