Alea mendorong tubuh Radit yang berada diatas tubuhnya lalu ia bangkit dari ranjang. Ia menatap Radit dengan kikuk. "Maaf mas, aku mau ke kamarku!" Kata Alea sambil menggaruk tengkuknya lalu membuka pintu kamar Radit dan keluar. Radit menghembuskan nafasnya dan kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan posisi terlentang. "Huuuuft." ia harus kembali bersabar untuk mendapatkan hati dan tubuh Alea, karena sadar jika mereka menikah karena terpaksa, sudah pasti Alea membutuhkan waktu untuk bisa menerimanya. Alea memukuli kepalanya pelan sambil bergumam. "Haiiss, bisa-bisanya kepegang torpedo nya mas Radit, bikin malu aja sih Alea alea." Alea masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam. ia takut jika tiba-tiba Radit masuk ke dalam kamarnya. Alea berpikir jika ia sebaiknya tidak bertemu dulu dengan Radit selama beberapa waktu. Jujur saja Alea sangat malu sekali dengan kejadian tadi. "Huuuuft, semoga mas Radit nggak maksa buat ketemu dulu deh." Kata Alea dengan posisi sudah
"Alea, Radit." Seru Linda dengan raut wajah terkejut melihat kedatangan anak dan menantunya. Alea menatap Maura dengan tatapan kebencian. "Ada apa ini mah?" Tanya Alea dengan wajah bingung. "Kenapa dia datang ke sini? apa dia yang sudah membuat mama menangis?" tanyanya lagi. Sedangkan Radit yang berdiri di ambang pintu terlihat sangat santai, netranya hanya fokus menatap Alea saja yang berdiri di sampingnya. Ia sama sekali tidak ingin tau lagi tentang kondisi Maura. Radit merangkul bahu Alea karena ia tau Alea sedang marah. Danu mendekati Radit dan Alea mempersilahkan nya untuk masuk. "Radit, Alea. Kalian kan baru datang, sebaiknya kalian istirahat saja dulu di kamar ya." Ucap Danu dan menggiring Mereke berdua untuk masuk ke dalam ruang tengah. Sebenarnya Alea berat untuk masuk karena ia ingin mengetahui ada apa kakaknya datang ke rumah orang tuanya, bukannya Maura pergi ke Australia bersama pria selingkuhan nya. Tapi kenapa ia tiba-tiba berada disini. "Sudah, kita ja
Radit menggerayangi tubuh Alea dengan tangan kekarnya. Alea tidak bisa menolak keinginan suaminya kali ini karena ia juga telah terbuai dengan perlakuan Radit. "Eemmhh, , ," desah Alea saat Radit meremas bukit kembarnya. Mendengar desahan yang lolos dari bibir Alea Radit tersenyum dan semakin semangat mencumbui Alea. Dengan sadar Radit melucuti pakaian yang dipakai Alea. Alea menatap Radit dengan tatapan sayu. "Jangan tolak aku." pinta Radit tegas dengan tatapan berkabut gairah. Alea mengangguk dan membiarkan Radit melakukan apapun padanya. Sementara di kamar sebelah, Maura sedang berpikir untuk menemui Alea dan Radit, ia ingin meminta maaf pada mereka berdua karena telah membuat kekacauan di hari pernikahannya dan Radit sehingga Alea harus menggantikannya menjadi pengantin wanita. "Yah, sebaiknya aku datangi mereka sekarang. Aku akan menjelaskan dan minta maaf pada mereka berdua." Gumam Maura dan bersiap menuju kamar Alea yang berada di sebelah kamarnya. Saat sampai
Dikamar Radit memompa tubuhnya diatas tubuh Alea dengan cepat karena akan menyelesaikan permainannya bersama Alea. Peluh mengalir keluar dari pori-pori tubuhnnya. meskipun kamar Alea menggunakan AC, namun tidak berguna sama sekali, tubuh mereka berdua tetap berkeringat. Setelah menyelesaikan permainan yang ke 2 kalinya. Radit merebahkan tubuhnya di sebelah Alea. Nafas mereka tersengal-sengal seperti habis berlari marathon. Radit menoleh menatap Alea yang sedang menatap langit-langit kamar. "Kau bahagia?" Tanya Radit dan mengubah posisi miring dan menopang kepalanya dengan sebelah tangannya. Alea tersenyum menatap Radit dengan malu-malu."Emm." jawab Alea mengangguk. Radit menutupi tubuh polos mereka dengan selimut dan menarik tubuh Alea ke dalam pelukannya. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Alea seolah mentransfer perasaan bahagia yang ia rasakan. "Aku tidak menyangka kau mau melayaniku, padahal baru putus dari Diego." Ucap Radit sambil mengusap bahu telanjang Alea. Ale
Sesampainya di lantai bawah, Alea menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang televisi. "Mama, papa. Lea sama mas Radit pulang dulu ya." Linda dan Danu segera menoleh kearah anak dan menantunya. "Loh, kalian nggak nginap aja?" Tanya Danu. "Nggak pa, kami datang hanya untuk mengambil barang-barang Alea saja." jawab Radit sambil memperlihatkan kardus dan koper yang berisi beberapa pakaian Alea. "Kalian makan dulu ya sebelum pulang." Tawar Linda. "Mah, maaf bukannya Lea nggak mau, tapi Lea dan mas Radit masih kenyang. tadi sebelum datang ke sini kita mampir ke kafe nya mas Radit untuk makan." Tolak Alea dengan halus. Mendengar jawaban Alea, Danu dan Linda tidak bisa berkata apapun lagi. "Ya sudah. tapi lain kali kalian menginap disini ya. mama rindu sama Alea." kata Linda lalu memeluk Alea. Lae dan Radit tersenyum melihatnya. "Mama tenang saja, nanti aku akan sering-sering ajak Lea menginap disini. Kalo begitu kami pergi sekarang ya ma, pa." Jawab Radit lalu berjala
"Oke, nggak ada yang kurang. sekarang kamu gantiin uang yang pernah aku keluarkan saat kita kencan dulu, dari awal sampe terakhir kita kencan udah aku catat semuanya disini. sekarang kamu bayar." Setelah selesai mengecek barang di dalam kardus, Diego menghampiri Alea dan memberikan buku catatan miliknya pada Alea. dengan cepat Radit mengambilnya dan melihat total jumlah uang yang di keluarkan Diego sejak berpacaran dengan Alea. Ia kembali mengulum senyumnya dan menggelengkan kepalanya. "Kalian berapa tahun sih pacaran?" Tanya Radit menatap mereka berdua bergantian. karena tidak ada yang menjawabnya Radit mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. "Berapa nomor rekeningmu, sini biar aku yang membayarkannya." Kata Radit menatap Diego. Diego menyebutkan nomor rekening miliknya pada Radit. "Oke, sudah ya. sekarang sudah selesai hubunganmu dan Alea." kata Radit lalu membuka pintu mobilnya dan meminta Alea untuk masuk. setelah Alea masuk, Radit menuju kursi kemudi. Diego menatap ny
Pagi ini Alea terbangun dengan kondisi yang mengenaskan, tubuhnya begitu pegal-pegal karena semalam Radit meminta berkali-kali. Ia menatap Radit yang tertidur pulas dengan memeluknya. Alea tersenyum dan mengusap rahang tegas Radit. ia benar-benar tak menyangka jika bisa menjadi istri dari pria yang selama ini ia anggap kakak. Alea memutuskan untuk turun dari ranjang karena sudah risih dengan tubuhnya. ia menyingkirkan lengan kekar Radit yang memeluk perutnya secara perlahan lalu turun dari ranjang dan menuju kamar mandi dengan keadaan polos. Setelah mandi Alea memutuskan untuk turun ke bawah untuk membuat sarapan. Alea di pandu oleh art memasak nasi goreng. Ia ingin belajar bagaimana mengenyangkan perut suami melalui masakan yang ia buat dengan tangannya sendiri. Bibik tersenyum ketika melihat Radit memandang Alea dari pintu yang menghubungkan dapur dan ruang tengah. "Nona muda memasak nasi goreng spesial untuk anda Tuan." Bisik bibik pelan lalu meninggalkan pasangan pengantin bar
Hari ini Alea sangat bosan, ia hanya bolak-balik naik turun ke lantai satu dan kembali lagi ke kamarnya di lantai 2. Alea merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan menatap jam dinding yang bertengger di atas tv menunjukan pukul 11 siang. Alea menghela nafas pelan karena tak tau harus melakukan apa untuk mengusir kebosanannya. Saat sedang menscroll sosial media nya, tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama Radit di layar. Alea tersenyum senang dan langsung menekan tombol hijau. "Halo." sapa Alea. "Halo, lagi ngapain?" tanya Radit dari seberang telepon. Alea menghela nafas dan mengubah posisinya yang semula tiduran menjadi duduk. "Lea bosan dirumah mas." ucap Alea pelan. terdengar suara kekehan dari Radit. Alea menebak jika saat ini Radit sedang tertawa. "Mau aku jemput?" kata Radit. "Jemput kemana?" tanya Alea penasaran. "Ke kafe, aku baru selesai di urusan di kampus dan mau langsung ke kafe, kalo kamu mau aku jemput sekarang." "Emm, mau!" kata Alea sambil mengangguk. ia
Susi terperangah mendengar Radit membentaknya terlebih di hadapan banyak orang. ia seperti di lempari kotoran di wajah nya. "Pak Radit memecat saya?" tanya Susi tak percaya. "Apa kurang jelas kata saya tadi, saya nggak bisa mentolerir perbuatan mu hari ini, pertama kamu mengintip saya dan istri saya yang sedang bercinta. kedua sekarang kamu melawan istri saya dan berbicara dengan tidak sopan. Sekarang kamu pergi dari hadapan saya dan jangan pernah kembali lagi ke kafe ini." mata radit menatap kearah citra yang berdiri di tangga. "Citra, berikan pesangon pada Susi sekarang." kata Radit lalu melambaikan tangannya memanggil pelayan lainnya. Radit tidak memperdulikan Susi yang berdiri dengan air mata berlinang. "Mau pesan apa pak Radit?" tanya pelayan pria bernama Fery. "Sayang mau pesan apa?" tanya Radit pada Alea. Alea menatap Radit datar. "Pesen yang bikin kenyang mas. apa aja, aku beneran laper." kata Alea. Radit tersenyum dan mengangguk. "Pesan nasi rawon, dan SOP kambing
Mereka berdua turun ke bawah karena sangat lapar, tenaga mereka terkuras habis karena mereka bermain sangat lama. saat sampai di lantai bawah, mereka langsung di berikan tatapan tak biasa oleh karyawan Radit di bagian office, mereka tersenyum penuh arti menatap Radit. "Mau makan ya pak." kata Adit dengan senyum menggoda. "Kalian ngapain disini? sana kerja lagi, ini kenapa meja di giniin, nanti kalo ada pelanggan mau makan gimana? bereskan sekalian, setelah itu kembali bekerja." "Siap pak Radit." jawab mereka semua serentak. para karyawan yang perempuan tersebut menggoda Alea yang wajahnya sudah memerah. "Jangan menggoda istriku seperti itu ya kalian, kalau tidak mau aku potong gaji kalian, karena santai saat jam kerja." kata Radit bercanda. "Yaaah pak Radit, kan pak Radit yang nyuruh kita semua turun ke bawah, makanya pak, ruangannya di pasangin peredam dong." kata citra dan mereka semua tertawa. Alea menyembunyikan wajahnya di belakang bahu Radit karena malu. "Oh iya, Adit to
Semakin lama desahan Alea semakin intens, semenjak Radit memberikan kenikmatan yang orang bilang surga dunia ini, Alea menjadi ketagihan. meskipun lelah ia ingin terus mengulanginya lagi dan lagi. Radit menggertakkan rahangnya karena menahan rudalnya yang sejak tadi sudah ingin memuntahkan cairannya. ia tidak ingin egois dan ingin membuat Alea puas terlebih dahulu. saat merasakan milik Alea semakin menjepit miliknya Radit memompa tubuhnya semakin cepat karena ia tau jika Alea akan segera mendapatkan pelepasan yang pertama. "ssshhh aaaahh masss Radit." Alea mencengkeram kuat bahu Radit hingga kukunya menancap dan membuat bahu Radit terluka.saat mendengar desahan panjang Alea dan merasakan milik Alea menjepit kuat dengan tubuh Alea yang menegang barulah Radit menyemburkan benihnya."Aaah aaah." Radit menghentakkan miliknya lebih dalam dan memuntahkan semua cairan miliknya. ia memeluk erat tubuh Alea yang sudah lemas dan berkeringat. "I love you." bisik Radit tepat di telinga Alea.
Sesampainya di kafe, mereka langsung naik menuju ruangan Radit berada. "kamu mau pesen makan dulu nggak?" tanya Radit saat akan menaiki tangga. "nggak mas, masih kenyang." jawab Alea, saat akan menaiki tangga, Alea dan Radit bertemu dengan Susi yang baru mengantar pesanan pelanggan. "Siang pak Radit." sapa Susi dengan senyuman manisnya, tapi Radit hanya mengangguk dan tersenyum. Alea merasa tak suka dengan keramahan Susi langsung menggandeng tangan Radit. melihat hal itu Susi mencebikkan bibirnya seperti mengejek Alea. dan membuat Alea semakin geram. "sudah sayang, ayo naik." Radit merangkul bahu Alea dan mengajaknya naik keatas karena tau jika Alea sedang cemburu pada Susi. Alea mengikuti Radit menuju lantai atas. suasana hati Alea menjadi tidak baik setelah bertemu dengan Susi. Radit yang melihat bibir Alea manyun, tersenyum dan menarik kedua pipi Alea. "Kenapa manyun kaya gitu hemm, cemburu sama Susi ya." tanya Radit lalu menarik Alea masuk ke dalam ruangannya d
Hari ini Alea sangat bosan, ia hanya bolak-balik naik turun ke lantai satu dan kembali lagi ke kamarnya di lantai 2. Alea merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan menatap jam dinding yang bertengger di atas tv menunjukan pukul 11 siang. Alea menghela nafas pelan karena tak tau harus melakukan apa untuk mengusir kebosanannya. Saat sedang menscroll sosial media nya, tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama Radit di layar. Alea tersenyum senang dan langsung menekan tombol hijau. "Halo." sapa Alea. "Halo, lagi ngapain?" tanya Radit dari seberang telepon. Alea menghela nafas dan mengubah posisinya yang semula tiduran menjadi duduk. "Lea bosan dirumah mas." ucap Alea pelan. terdengar suara kekehan dari Radit. Alea menebak jika saat ini Radit sedang tertawa. "Mau aku jemput?" kata Radit. "Jemput kemana?" tanya Alea penasaran. "Ke kafe, aku baru selesai di urusan di kampus dan mau langsung ke kafe, kalo kamu mau aku jemput sekarang." "Emm, mau!" kata Alea sambil mengangguk. ia
Pagi ini Alea terbangun dengan kondisi yang mengenaskan, tubuhnya begitu pegal-pegal karena semalam Radit meminta berkali-kali. Ia menatap Radit yang tertidur pulas dengan memeluknya. Alea tersenyum dan mengusap rahang tegas Radit. ia benar-benar tak menyangka jika bisa menjadi istri dari pria yang selama ini ia anggap kakak. Alea memutuskan untuk turun dari ranjang karena sudah risih dengan tubuhnya. ia menyingkirkan lengan kekar Radit yang memeluk perutnya secara perlahan lalu turun dari ranjang dan menuju kamar mandi dengan keadaan polos. Setelah mandi Alea memutuskan untuk turun ke bawah untuk membuat sarapan. Alea di pandu oleh art memasak nasi goreng. Ia ingin belajar bagaimana mengenyangkan perut suami melalui masakan yang ia buat dengan tangannya sendiri. Bibik tersenyum ketika melihat Radit memandang Alea dari pintu yang menghubungkan dapur dan ruang tengah. "Nona muda memasak nasi goreng spesial untuk anda Tuan." Bisik bibik pelan lalu meninggalkan pasangan pengantin bar
"Oke, nggak ada yang kurang. sekarang kamu gantiin uang yang pernah aku keluarkan saat kita kencan dulu, dari awal sampe terakhir kita kencan udah aku catat semuanya disini. sekarang kamu bayar." Setelah selesai mengecek barang di dalam kardus, Diego menghampiri Alea dan memberikan buku catatan miliknya pada Alea. dengan cepat Radit mengambilnya dan melihat total jumlah uang yang di keluarkan Diego sejak berpacaran dengan Alea. Ia kembali mengulum senyumnya dan menggelengkan kepalanya. "Kalian berapa tahun sih pacaran?" Tanya Radit menatap mereka berdua bergantian. karena tidak ada yang menjawabnya Radit mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. "Berapa nomor rekeningmu, sini biar aku yang membayarkannya." Kata Radit menatap Diego. Diego menyebutkan nomor rekening miliknya pada Radit. "Oke, sudah ya. sekarang sudah selesai hubunganmu dan Alea." kata Radit lalu membuka pintu mobilnya dan meminta Alea untuk masuk. setelah Alea masuk, Radit menuju kursi kemudi. Diego menatap ny
Sesampainya di lantai bawah, Alea menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang televisi. "Mama, papa. Lea sama mas Radit pulang dulu ya." Linda dan Danu segera menoleh kearah anak dan menantunya. "Loh, kalian nggak nginap aja?" Tanya Danu. "Nggak pa, kami datang hanya untuk mengambil barang-barang Alea saja." jawab Radit sambil memperlihatkan kardus dan koper yang berisi beberapa pakaian Alea. "Kalian makan dulu ya sebelum pulang." Tawar Linda. "Mah, maaf bukannya Lea nggak mau, tapi Lea dan mas Radit masih kenyang. tadi sebelum datang ke sini kita mampir ke kafe nya mas Radit untuk makan." Tolak Alea dengan halus. Mendengar jawaban Alea, Danu dan Linda tidak bisa berkata apapun lagi. "Ya sudah. tapi lain kali kalian menginap disini ya. mama rindu sama Alea." kata Linda lalu memeluk Alea. Lae dan Radit tersenyum melihatnya. "Mama tenang saja, nanti aku akan sering-sering ajak Lea menginap disini. Kalo begitu kami pergi sekarang ya ma, pa." Jawab Radit lalu berjala
Dikamar Radit memompa tubuhnya diatas tubuh Alea dengan cepat karena akan menyelesaikan permainannya bersama Alea. Peluh mengalir keluar dari pori-pori tubuhnnya. meskipun kamar Alea menggunakan AC, namun tidak berguna sama sekali, tubuh mereka berdua tetap berkeringat. Setelah menyelesaikan permainan yang ke 2 kalinya. Radit merebahkan tubuhnya di sebelah Alea. Nafas mereka tersengal-sengal seperti habis berlari marathon. Radit menoleh menatap Alea yang sedang menatap langit-langit kamar. "Kau bahagia?" Tanya Radit dan mengubah posisi miring dan menopang kepalanya dengan sebelah tangannya. Alea tersenyum menatap Radit dengan malu-malu."Emm." jawab Alea mengangguk. Radit menutupi tubuh polos mereka dengan selimut dan menarik tubuh Alea ke dalam pelukannya. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Alea seolah mentransfer perasaan bahagia yang ia rasakan. "Aku tidak menyangka kau mau melayaniku, padahal baru putus dari Diego." Ucap Radit sambil mengusap bahu telanjang Alea. Ale