Susi terperangah mendengar Radit membentaknya terlebih di hadapan banyak orang. ia seperti di lempari kotoran di wajah nya. "Pak Radit memecat saya?" tanya Susi tak percaya. "Apa kurang jelas kata saya tadi, saya nggak bisa mentolerir perbuatan mu hari ini, pertama kamu mengintip saya dan istri saya yang sedang bercinta. kedua sekarang kamu melawan istri saya dan berbicara dengan tidak sopan. Sekarang kamu pergi dari hadapan saya dan jangan pernah kembali lagi ke kafe ini." mata radit menatap kearah citra yang berdiri di tangga. "Citra, berikan pesangon pada Susi sekarang." kata Radit lalu melambaikan tangannya memanggil pelayan lainnya. Radit tidak memperdulikan Susi yang berdiri dengan air mata berlinang. "Mau pesan apa pak Radit?" tanya pelayan pria bernama Fery. "Sayang mau pesan apa?" tanya Radit pada Alea. Alea menatap Radit datar. "Pesen yang bikin kenyang mas. apa aja, aku beneran laper." kata Alea. Radit tersenyum dan mengangguk. "Pesan nasi rawon, dan SOP kambing
Alea tersenyum lebar menatap cermin. Ia tampak cantik menggunakan kebaya berwarna biru dengan make-up yang lumayan tebal. Hari ini adalah hari pernikahan kakak kandungnya, Maura bersama teman masa kecilnya yang bernama Radit. Yang Alea tahu, Maura dan Radit sudah berteman sejak 10 tahun lalu.Alea pun mengenal Radit karena mereka juga sering bermain bersama. Radit bahkan sering membantu Alea untuk menyelesaikan skripsinya. Pastii rasanya menyenangkan menjadi adik ipar Radit.“Le,” mamanya memanggil dari arah belakang. “Panggil kakakmu, ya. Acara sudah mau dimulai.”Alea menangguk. “Siap, Ma!”Alea pun melangkah ke kamar hotel kakaknya yang berada di sebelah kamarnya. Acara pernikahan ini memang dilaksanakan di ballroom hotel, dan beberapa kamar disewa untuk keperluan persiapan.“Kak?” Alea mengetuk pintu kamarnya.Namun, Alea merasa aneh ketika melihat pintu kamar hotel itu tidak terkunci. Ia pun segera masuk.Kamar itu kosong. Alea tidak melihat Maura dan hanya melihat kebaya pengan
Radit tak menyangka hal ini akan terjadi dalam hidupnya.Radit benar-benar tak habis pikir dengan tindakan Maura. Mereka memang tidak saling mencintai. Tapi mengapa tidak mengatakan dari awal jika dia memiliki pria lain. Kenapa harus pergi disaat pernikahan sudah didepan mata.“Alea, mama benar. Tolong selamatkan harga diri keluarga kita. Papa benar-benar tidak akan mampu mendongakkan wajah di hadapan keluarga dan rekan-rekan papa jika pernikahan ini batal. Kakakmu benar-benar telah melemparkan kotoran ke wajah papa.” Danu bersimpuh di lutut Alea dengan air mata berlinang.Alea menatap Radit yang juga menatapnya dengan mata memerah.“Alea, aku berjanji akan menceraikan mu jika nanti kau memang tidak siap untuk berumah tangga. Aku tidak akan mengekang mu.” Ujar Radit. Radit tidak ingin keluarga besarnya menghancurkan ballroom hotel itu karena merasa kecewa pada keluarga Danu.“Tidak Radit, jangan mempermainkan pernikahan. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa di permainkan. Lea tolong
Radit memakai kaos polos dan celana pendek.Radit merebahkan tubuhnya yang lelah diatas ranjang.Ia tidak ingin memikirkan apapun saat ini. Baginya jika memang Maura tidak ingin menikah dengan nya tidak masalah.Alea keluar kamar mandi dengan rambut basah dan berpakaian lengkap, dirinya melihat Radit sudah terlelap.Ia mendekati ranjang untuk ikut tidur. Karena jujur saja terlalu banyak menangis membuat kepalanya sakit.Sekitar pukul 5 Radit membangunkan Alea yang masih terlelap.“Lea, bangun!” Radit mengusap pipi Alea dengan lembut.Merasakan dingin di pipinya Alea membuka matanya.Matanya mendelik kala melihat Radit berada di depannya.“Mas Radit ngapain disini?” Tanya Alea dengan wajah panik dan duduk menjauh dari Radit.“Aku suamimu sekarang, kenapa kau seperti melihat hantu?”“Aah, nggak. Maaf Alea tadi lupa kalo sudah menikah sama mas Radit.”“MUA yang akan meria mu sudah datang.”Radit membuka pintu kamar karena akan keluar.“Memangnya ini jam berapa mas?”“Jam 5. Aku keluar du
Radit bisa melihat kulit Alea yang putih dan bersih. Ia melepaskan gaun yang Alea pakai hingga meluruh kebawah.Tubuh keduanya membeku tak tau apa yang harus dilakukan.Radit menelan salivanya dengan susah kala menatap tubuh Alea yang hanya menggunakan bra dan celana dalam.Kepalang tanggung Radit merengkuh tubuh Alea dari belakang.Hembusan nafas dari hidung Radit yang menerpa lehernya membuat tubuh Alea meremang.Radit mengendusi leher dan telinga Alea.“Mass, aku mau mandi.” Sekuat tenaga Alea mengeluarkan suaranya. Jujur dirinya belum siap untuk melakukan ritual malam pertama.Radit tersadar dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Alea dan memalingkan wajahnya.“Maaf, maafkan aku. Mandilah.” Ujar Radit dengan suara serak dan wajah merah menahan hasrat. Radit berjalan menuju lemari untuk memakai pakaiannya.Alea mengambil gaunnya yang terjatuh dan menutupi tubuhnya lalu berjalan ke kamar mandi.Jantung nya berdegup kencang karena hal barusan.Hatinya merasa bersalah pada Diego.Airm
Keesokan paginya Alea terbangun karena mendengar suara gemericik air. Alea mengerjapkan matanya dan memindai kamar tempatnya tidur. Alea tidak mengenali ruangan ini. Setelah ingatannya kembali, Alea baru sadar jika saat ini dirinya tidur di hotel. Tepatnya di kamar pengantin yang seharusnya menjadi kamar pengantin Radit dan Maura. Alea mengambil ponselnya diatas nakas dan melihat saat ini sudah jam 7 pagi. Alea bangun dari tempat tidur dan membuka tirai dan membuka pintu kaca yang mengarah ke balkon. Ia merenggangkan tangannya dan menghirup udara segar di pagi hari. Pagi ini cuaca mendung jadi masih terasa dingin. "Mas Radit pasti lagi mandi." Alea bergumam sendiri lalu masuk lagi untuk mengambil ponselnya karena terdengar dering panggilan telepon. Ia melihat nama Diego terpampang di layar ponselnya. Alea menatap pintu kamar mandi memastikan jika Radit belum akan keluar. "Halo Go." sapa Alea dan berjalan menuju balkon. "Lea, kamu kemana aja sih, dari kemarin aku hubungin ka
Keluarga mereka semua sudah pulang sejak semalam. Jadi hanya Alea dan Radit yang menginap di hotel ini. "Mas, kita berapa hari di hotel ini?" Tanya Alea saat mereka masih di dalam lift. "Kamu maunya berapa lama?"Jawab Radit tanpa menatapnya, ia sibuk menatap layar ponselnya. "Ck," Alea berdecak kesal karena Radit tak menganggapnya ada. Radit menyimpan ponselnya ke dalam saku celana karena melihat wajah Alea yang mulai kesal. "Kalo kamu mau kita secepatnya pulang ya kita pulang. Jika masih ingin di sini ya kita disini sampai kamu puas." "Habis ini pulang saja. Besok Lea harus bertemu dosen pembimbing." "Belum selesai sama skripsinya?" "Belum, pak Nino kayaknya nggak pengen ngelulusin aku deh." "Dia itu suka sama kamu." Mendengar perkataan Radit Alea mendengus. "Haisss, aku udah punya Diego." "Lalu aku apa?" Tanya Radit, hingga membuat Alea tersentak dan sadar. Saat ini ia sudah menjadi istri Radit. Radit menatap Alea tajam, nyali Alea langsung menc
"Jangan mas!" Radit mengernyitkan dahinya mendengar penolakan Alea. "Kenapa?" "Aku belum siap, lagian biarin aja sih mereka nggak tau. sebentar lagi kan aku nggak kuliah lagi disana!" "Memang udah yakin kalo kamu bakal lulus." Jawab Radit sarkas hingga membuat Alea terdiam. "Gimana kalo kamu jadi mahasiswa abadi kaya Pedro?" "Mas Radit jangan nakut-nakutin Lea gitu dong. Mas Radit kan suami Lea, bisa bantu ngomong sama pak Nino buat ACC skripsi Lea. Nanti pas sidang mas Radit juga bisa jadi salah satu dosen penguji nya." "Katanya nggak mau di publish kalo kita suami istri, tapi sekarang malah bilang begitu. Dasar plin-plan." "Ck, mas Radit kan bisa bilang sama mereka kalo aku adik iparnya mas Radit." "Imbalannya apa kalo aku bisa melakukan itu." Radit menatap intens Alea. Alea berpikir sambil mengetuk dagunya dengan telunjuk. "Apa aja deh yang mas Radit mau." Ujarnya. Karena Radit sudah memiliki segalanya Alea bingung mau memberikan imbalan apa. "
Susi terperangah mendengar Radit membentaknya terlebih di hadapan banyak orang. ia seperti di lempari kotoran di wajah nya. "Pak Radit memecat saya?" tanya Susi tak percaya. "Apa kurang jelas kata saya tadi, saya nggak bisa mentolerir perbuatan mu hari ini, pertama kamu mengintip saya dan istri saya yang sedang bercinta. kedua sekarang kamu melawan istri saya dan berbicara dengan tidak sopan. Sekarang kamu pergi dari hadapan saya dan jangan pernah kembali lagi ke kafe ini." mata radit menatap kearah citra yang berdiri di tangga. "Citra, berikan pesangon pada Susi sekarang." kata Radit lalu melambaikan tangannya memanggil pelayan lainnya. Radit tidak memperdulikan Susi yang berdiri dengan air mata berlinang. "Mau pesan apa pak Radit?" tanya pelayan pria bernama Fery. "Sayang mau pesan apa?" tanya Radit pada Alea. Alea menatap Radit datar. "Pesen yang bikin kenyang mas. apa aja, aku beneran laper." kata Alea. Radit tersenyum dan mengangguk. "Pesan nasi rawon, dan SOP kambing
Mereka berdua turun ke bawah karena sangat lapar, tenaga mereka terkuras habis karena mereka bermain sangat lama. saat sampai di lantai bawah, mereka langsung di berikan tatapan tak biasa oleh karyawan Radit di bagian office, mereka tersenyum penuh arti menatap Radit. "Mau makan ya pak." kata Adit dengan senyum menggoda. "Kalian ngapain disini? sana kerja lagi, ini kenapa meja di giniin, nanti kalo ada pelanggan mau makan gimana? bereskan sekalian, setelah itu kembali bekerja." "Siap pak Radit." jawab mereka semua serentak. para karyawan yang perempuan tersebut menggoda Alea yang wajahnya sudah memerah. "Jangan menggoda istriku seperti itu ya kalian, kalau tidak mau aku potong gaji kalian, karena santai saat jam kerja." kata Radit bercanda. "Yaaah pak Radit, kan pak Radit yang nyuruh kita semua turun ke bawah, makanya pak, ruangannya di pasangin peredam dong." kata citra dan mereka semua tertawa. Alea menyembunyikan wajahnya di belakang bahu Radit karena malu. "Oh iya, Adit to
Semakin lama desahan Alea semakin intens, semenjak Radit memberikan kenikmatan yang orang bilang surga dunia ini, Alea menjadi ketagihan. meskipun lelah ia ingin terus mengulanginya lagi dan lagi. Radit menggertakkan rahangnya karena menahan rudalnya yang sejak tadi sudah ingin memuntahkan cairannya. ia tidak ingin egois dan ingin membuat Alea puas terlebih dahulu. saat merasakan milik Alea semakin menjepit miliknya Radit memompa tubuhnya semakin cepat karena ia tau jika Alea akan segera mendapatkan pelepasan yang pertama. "ssshhh aaaahh masss Radit." Alea mencengkeram kuat bahu Radit hingga kukunya menancap dan membuat bahu Radit terluka.saat mendengar desahan panjang Alea dan merasakan milik Alea menjepit kuat dengan tubuh Alea yang menegang barulah Radit menyemburkan benihnya."Aaah aaah." Radit menghentakkan miliknya lebih dalam dan memuntahkan semua cairan miliknya. ia memeluk erat tubuh Alea yang sudah lemas dan berkeringat. "I love you." bisik Radit tepat di telinga Alea.
Sesampainya di kafe, mereka langsung naik menuju ruangan Radit berada. "kamu mau pesen makan dulu nggak?" tanya Radit saat akan menaiki tangga. "nggak mas, masih kenyang." jawab Alea, saat akan menaiki tangga, Alea dan Radit bertemu dengan Susi yang baru mengantar pesanan pelanggan. "Siang pak Radit." sapa Susi dengan senyuman manisnya, tapi Radit hanya mengangguk dan tersenyum. Alea merasa tak suka dengan keramahan Susi langsung menggandeng tangan Radit. melihat hal itu Susi mencebikkan bibirnya seperti mengejek Alea. dan membuat Alea semakin geram. "sudah sayang, ayo naik." Radit merangkul bahu Alea dan mengajaknya naik keatas karena tau jika Alea sedang cemburu pada Susi. Alea mengikuti Radit menuju lantai atas. suasana hati Alea menjadi tidak baik setelah bertemu dengan Susi. Radit yang melihat bibir Alea manyun, tersenyum dan menarik kedua pipi Alea. "Kenapa manyun kaya gitu hemm, cemburu sama Susi ya." tanya Radit lalu menarik Alea masuk ke dalam ruangannya d
Hari ini Alea sangat bosan, ia hanya bolak-balik naik turun ke lantai satu dan kembali lagi ke kamarnya di lantai 2. Alea merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan menatap jam dinding yang bertengger di atas tv menunjukan pukul 11 siang. Alea menghela nafas pelan karena tak tau harus melakukan apa untuk mengusir kebosanannya. Saat sedang menscroll sosial media nya, tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama Radit di layar. Alea tersenyum senang dan langsung menekan tombol hijau. "Halo." sapa Alea. "Halo, lagi ngapain?" tanya Radit dari seberang telepon. Alea menghela nafas dan mengubah posisinya yang semula tiduran menjadi duduk. "Lea bosan dirumah mas." ucap Alea pelan. terdengar suara kekehan dari Radit. Alea menebak jika saat ini Radit sedang tertawa. "Mau aku jemput?" kata Radit. "Jemput kemana?" tanya Alea penasaran. "Ke kafe, aku baru selesai di urusan di kampus dan mau langsung ke kafe, kalo kamu mau aku jemput sekarang." "Emm, mau!" kata Alea sambil mengangguk. ia
Pagi ini Alea terbangun dengan kondisi yang mengenaskan, tubuhnya begitu pegal-pegal karena semalam Radit meminta berkali-kali. Ia menatap Radit yang tertidur pulas dengan memeluknya. Alea tersenyum dan mengusap rahang tegas Radit. ia benar-benar tak menyangka jika bisa menjadi istri dari pria yang selama ini ia anggap kakak. Alea memutuskan untuk turun dari ranjang karena sudah risih dengan tubuhnya. ia menyingkirkan lengan kekar Radit yang memeluk perutnya secara perlahan lalu turun dari ranjang dan menuju kamar mandi dengan keadaan polos. Setelah mandi Alea memutuskan untuk turun ke bawah untuk membuat sarapan. Alea di pandu oleh art memasak nasi goreng. Ia ingin belajar bagaimana mengenyangkan perut suami melalui masakan yang ia buat dengan tangannya sendiri. Bibik tersenyum ketika melihat Radit memandang Alea dari pintu yang menghubungkan dapur dan ruang tengah. "Nona muda memasak nasi goreng spesial untuk anda Tuan." Bisik bibik pelan lalu meninggalkan pasangan pengantin bar
"Oke, nggak ada yang kurang. sekarang kamu gantiin uang yang pernah aku keluarkan saat kita kencan dulu, dari awal sampe terakhir kita kencan udah aku catat semuanya disini. sekarang kamu bayar." Setelah selesai mengecek barang di dalam kardus, Diego menghampiri Alea dan memberikan buku catatan miliknya pada Alea. dengan cepat Radit mengambilnya dan melihat total jumlah uang yang di keluarkan Diego sejak berpacaran dengan Alea. Ia kembali mengulum senyumnya dan menggelengkan kepalanya. "Kalian berapa tahun sih pacaran?" Tanya Radit menatap mereka berdua bergantian. karena tidak ada yang menjawabnya Radit mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. "Berapa nomor rekeningmu, sini biar aku yang membayarkannya." Kata Radit menatap Diego. Diego menyebutkan nomor rekening miliknya pada Radit. "Oke, sudah ya. sekarang sudah selesai hubunganmu dan Alea." kata Radit lalu membuka pintu mobilnya dan meminta Alea untuk masuk. setelah Alea masuk, Radit menuju kursi kemudi. Diego menatap ny
Sesampainya di lantai bawah, Alea menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang televisi. "Mama, papa. Lea sama mas Radit pulang dulu ya." Linda dan Danu segera menoleh kearah anak dan menantunya. "Loh, kalian nggak nginap aja?" Tanya Danu. "Nggak pa, kami datang hanya untuk mengambil barang-barang Alea saja." jawab Radit sambil memperlihatkan kardus dan koper yang berisi beberapa pakaian Alea. "Kalian makan dulu ya sebelum pulang." Tawar Linda. "Mah, maaf bukannya Lea nggak mau, tapi Lea dan mas Radit masih kenyang. tadi sebelum datang ke sini kita mampir ke kafe nya mas Radit untuk makan." Tolak Alea dengan halus. Mendengar jawaban Alea, Danu dan Linda tidak bisa berkata apapun lagi. "Ya sudah. tapi lain kali kalian menginap disini ya. mama rindu sama Alea." kata Linda lalu memeluk Alea. Lae dan Radit tersenyum melihatnya. "Mama tenang saja, nanti aku akan sering-sering ajak Lea menginap disini. Kalo begitu kami pergi sekarang ya ma, pa." Jawab Radit lalu berjala
Dikamar Radit memompa tubuhnya diatas tubuh Alea dengan cepat karena akan menyelesaikan permainannya bersama Alea. Peluh mengalir keluar dari pori-pori tubuhnnya. meskipun kamar Alea menggunakan AC, namun tidak berguna sama sekali, tubuh mereka berdua tetap berkeringat. Setelah menyelesaikan permainan yang ke 2 kalinya. Radit merebahkan tubuhnya di sebelah Alea. Nafas mereka tersengal-sengal seperti habis berlari marathon. Radit menoleh menatap Alea yang sedang menatap langit-langit kamar. "Kau bahagia?" Tanya Radit dan mengubah posisi miring dan menopang kepalanya dengan sebelah tangannya. Alea tersenyum menatap Radit dengan malu-malu."Emm." jawab Alea mengangguk. Radit menutupi tubuh polos mereka dengan selimut dan menarik tubuh Alea ke dalam pelukannya. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Alea seolah mentransfer perasaan bahagia yang ia rasakan. "Aku tidak menyangka kau mau melayaniku, padahal baru putus dari Diego." Ucap Radit sambil mengusap bahu telanjang Alea. Ale