Setelah mengetahui semua kebenaran, jika ternyata dalang di balik celakanya Rere dan bayinya adalah Raisa, tanpa berpikir panjang Ares langsung pergi begitu saja menemui Raisa yang sudah diamankan oleh pihak yang berwajib. Tidak ada yang melarang dan menahan. Baik Tio, Tiana, Steven, dan Serena memilih untuk membiarkan Ares menyelesaikan semuanya. Apalagi fakta jika bayi mereka tidak selamat membuat Ares benar-benar terpukul. Ia marah pada dirinya dan tentu juga pada Raisa yang menjadi dalang di balik hilangnya nyawa bayinya dengan Rere. Bagaimana bisa, wanita itu begitu tega mencelakai Rere dan bayi mereka yang tidak bersalah dalam hal ini. Jika memang Raisa marah padanya, dia bisa saja membunuh dirinya. Sekarang, Ares sudah berhadapan dengan Raisa yang menatapnya penuh kebencian. “Bagaimana dengan istri dan bayimu. Siapa yang selamat? Apakah keduanya mati?” tanyanya tanpa rasa bersalah dan itu semakin membuat Ares marah.“Aku benar-benar tidak menyangka kamu senekat ini, Sa.” Ares
Ares mengakui dan menyadari jika dirinya adalah seorang pendosa yang brengsek. Jadi, sekarang yang harus dilakukan adalah bertobat untuk menebus segala dosa-dosanya. “Masih belum ada perkembangan dari Rere ya?” tanya Serena yang berdiri di samping ranjang di mana Rere berada.“Ya, masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Dia masih tidur dengan damai dan terlihat cantik,” balas Ares tersenyum hangat. Sejak tadi juga tidak sedikitpun dirinya mengalihkan pandangan dari wajah istrinya yang begitu cantik dan berseri. “Betah sekali, Re. Apakah kamu tidak merindukanku?” tanya Serena cemberut. Sesekali tangannya mengusap-usap kepala Rere dengan lembut. “Aku bosan sekali, tidak ada yang aku ajak curhat dan mengeluh.”“Segeralah bangun, kamu harus mendengar kabar baik dariku.” Lanjut Serena. “Dan harus kamu orang pertama yang mendengarnya. Jika kamu tidak bangun-bangun, maka aku akan tetap bungkam sepenting apa pun itu.”“Terus ancamlah dia, siapa tau itu mempan dan berhasil membuatnya bangun,”
Ketika Rere meminta cerai, apalah Ares mengabulkannya? Tentu saja tidak. Ares tidak akan melepaskan Rere begitu saja setelah apa yang terjadi semua ini. Lagipula Ares tidak akan membuang-buang kesempatan begitu saja untuk memperbaiki semua. Ares sadar, akan sulit untuk kembali mengambil hati Rere. Tapi Ares yakin, Rere akan memaafkan dan memberinya kesempatan. Meskipun ia tidak tau kapan. Namun yang terpenting itu adalah untuk Ares tetap berjuang dan tidak menyerah begitu saja. Apalagi mengingat semua yang sudah Rere lakukan dulu untuk mengambil hatinya. Usaha istrinya yang sangat Ares apresiasi. Jadi, sekarang biarkan giliran Ares yang memperjuangkan Rere.Ya, she's fell first - he's fell harder. “Selamat pagi.” Ares tersenyum lebar begitu melihat Rere yang sedang menuruni anak tangga. Sejak Rere keluar dari rumah sakit, ia memang memutuskan untuk memasak. Pak Prapto beserta anak dan istrinya sengaja Ares beri cuti. Jadi, hanya dirinya dan Rere yang tersisa di rumah. Berdua saja. Ka
“Berhentilah bersikap membingungkan, kak.” “Ada yang bisa kubantu?” tanya Ares mengalihkan dan itu membuat Rere semakin kecewa melihat responnya.“Tidak ada dan itu tidak perlu. Aku bisa sendiri.”Ares mengangguk, mengerti. Memutuskan untuk duduk saja sembari memperhatikan Rere yang mulai sibuk untuk memilih-milih bunga yang masih layak untuk dipajang dan juga membersihkannya dari beberapa daun yang terlihat kering. Rere juga tidak ingin memperpanjang pembicaraan, dilihat dari respon Ares yang sepertinya enggan menanggapi lebih lanjut. Daripada membuatnya kecewa dengan respon-respon Ares yang tidak sesuai harapan, lebih baik Rere mengakhirinya saja. Rere juga menyesal karena telah mengawali untuk membuka pembicaraan. Apalagi topiknya sangat serius dan sensitif, menurutnya. “Marah padaku, eh?” tanya Ares dengan wajah tanpa dosanya.Rere hanya menatapnya sekilas dengan wajah datar, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Pikir saja sendiri. Batinnya kesal. Lagipula perempuan mana yang
“Izinkan aku tidur bersamamu,” ujar Ares setelah drama menangisnya karena membaca ending cerita The Sunset is Beautiful Isn't it.“Tidur saja di kamar kak Ares sendiri,” balas Rere memaksa.“Tidak mau.” Ares menggeleng. Pria itu malah memeluk tubuh Rere erat. “Lepaskan, kak.”“Tidak mau.”“Astaga. Menyebalkan sekali!” gerutu Rere kesal. “Setidaknya jika ingin tidur di sini, berbaring dengan benar.” Lanjutnya mengalah. Ia enggan berdebat dengan Ares yang akan membuang tenaga. “Biarkan aku tidur dengan memelukmu.”“Lepaskan dulu. Aku ingin pergi ke kamar mandi terlebih dulu.”“Oke, baiklah.” Ares melepaskan pelukannya. Setelah itu Rere turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Sembari menunggu Rere kembali dari kamar mandi, Ares membuka kaosnya. Ia memilih untuk bertelanjang dada. Memang seperti itu kebiasaan jika akan tidur. Tidak mengenakan kaos dan hanya boxer yang menutupi area bawahnya saja. Tidak berselang lama, Rere kembali dengan baju tidurnya yang terlihat tipis dengan le
50. Merajut Kasih Setelah membaca selesai semua isi buku harian Ares dan mengetahui semuanya, Rere memutuskan untuk mengantarkan sendiri berkas-berkas Ares ke kantor agar ia bisa bertemu dengan suaminya itu. Banyak hal yang Rere tidak ketahui tentang Ares. Pria itu dengan segudang rahasianya. Moodnya meningkat menjadi semakin bagus. Itu tandanya, perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan, kan? Ares hanya merasa bingung bagaimana harus bersikap, meskipun dia adalah pria dewasa yang seharusnya bisa mengambil keputusan dengan bijak. Selain merasa bingung, Ares juga masih menyangkal jika perasaannya pada Rere tumbuh kembali padahal sudah lama hilang sejak dia bertemu dengan Raisa. Ares merasa jika dirinya hanya tertarik biasa pada Rere, padahal kenyataannya tidak. Pria itu hanya menolak secara sadar pada kenyataan hatinya sendiri.Sesampainya di kantor, semua karyawan menyapa Rere dengan dibalas hangat olehnya. Sejak tadi senyum cerah tidak pudar dari wajahnya. Kehilangan bayinya memang
“Jadi, bagaimana? Memberiku kesempatan terakhir?” “Ya, kesempatan terakhir. Jika nanti terjadi pertengkaran dalam rumah tangga kita dan permasalahannya benar-benar sudah tidak bisa ditolerir, maka aku tidak akan memberi kak Ares kesempatan lagi,” ujar Rere tersenyum. “Perselingkuhan dan kekerasan, aku tidak menerima dan memaafkannya.”“Terima kasih ... terima kasih, sayangku.” Ares memberi kecupan pada bahu telanjang Rere, lalu melumat singkat bibir istrinya itu. Ia menatap manik mata Rere dalam, merasa beruntung. Mendapatkan kembali kepercayaan Rere. Itu sebuah anugerah dan keberuntungan baginya. Ares tidak akan menyia-nyiakan itu. “Aku ingin mandi, badanku terasa lengket,” ujar Rere menjauhkan diri dari Ares. Tubuh telanjangnya berjalan menuju kamar mandi yang memang ada di dalam ruang kerja Ares, sedangkan pria itu matanya terus memperhatikan Rere yang semakin menjauh. Ia tersenyum miring dan tanpa banyak bicara, ia beranjak dari duduknya dan langsung berlari menghampiri Rere se
Berulang kali Ares mengucap syukur dalam hati. Hari-hari berlalu, mereka lalui bersama-sama dalam penuh kebahagiaan dan keberkahan. Ternyata, hidup bersama wanita seperti Rere adalah impiannya sejak dulu. Ares sangat menyukai wanita yang manja dan selalu bergantung kepadanya. Itu yang terjadi pada Rere saat semuanya dimulai kembali dari awal. “Kak Ares ... aku ingin itu, bisakah kak Ares mengambilkannya?” Rere menunjuk sebuah kaleng yang terletak di sebuah rak paling atas. Biasanya, Rere selalu berusaha mengambilnya sendiri entah bagaimana itu caranya, sekalipun itu sulit baginya. Tapi, sejak mereka memulai kembali dari awal, Rere selalu bergantung pada Ares. Bahkan dalam hal kecil pun, Rere selalu meminta tolong pada suaminya itu. Ares juga tidak keberatan, justru ia merasa senang. “Ingin membuat apa?” tanya Ares setelah mengambilkan sebuah kaleng berisikan coklat bubuk.“Cookies,” balas Rere. “Kak Ares suka, kan?”“Suka. Apalagi jika kamu yang membuatnya.”“Kamu tau? Dicintai oleh
"Ayahhh!" Si kecil Amy berlari menghampiri Ares yang baru saja memasuki rumah.Satu minggu tidak berjumpa, membuat gadis kecil itu merindukan ayahnya. Begitu juga dengan Ares yang sudah rindu akan suasana rumah dan ocehan-ocehan kedua anaknya."Anak ayah!" Ares langsung menggendong tubuh mungil Amy. Rasa lelah hilang begitu saja saat melihat putri kecilnya, lalu disusul dengan kehadiran Rere yang tersenyum lebar. Wanita itu langsung menghambur di pelukan suaminya. Tentu saja ia juga merasa rindu. "Ugh, sayangku. Rindu sekali, satu minggu terasa seperti satu tahun," ujar Ares membalas pelukan Rere. "Rama mau ikutan!" Bocah laki-laki yang entah dari mana itu tiba-tiba saja terlihat. Ia berlari kecil dan memeluk kaki Ares, ikut bergabung ke dalam pelukan. Jika begini, sudah terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.“Jagoan papa!" ujar Ares berjongkok, saat pelukannya pada Rere sudah terlepas. Kini, ia mengangkat tubuh bocah laki-laki itu hingga membuatnya menggendong si kembar. “O
Hari yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Di mana Rere akan melahirkan. Dokter juga sudah mengatakan saat kandungan Rere berusia 7 bulan, jika bayi mereka kembar. Tentu itu membuat kebahagiaan hadir berkali-kali lipat. Rasa syukur terus Ares ungkapkan, begitupun dengan Rere. Saat ini, Rere sudah berada di ruang bersalin. Dua jam yang lalu saat dokter memeriksa, wanita itu sudah bukaan ke-8. Berulang kali juga Rere sudah merasakan kontraksi dan mules. Di sisi lain, Ares dengan setia menunggu istrinya itu. Sesekali memberi kecupan hangat dan mengusap pelipisnya yang basah karena bulir keringat. Keluarga besar Ares juga masih dalam perjalanan. Tetapi untuk Tania dan Tio sudah menyusul begitu Rere dibawa ke rumah sakit tadi pagi akibat merasakan kontraksi yang begitu hebat. “Nanti waktu lahiran, mau ditemenin aku atau Mama?” tanya Ares. Ia bertanya seperti itu sebab, dirinya sendiri tidak tega untuk melihat proses lahiran secara langsung dan siapa tau saja jika Rere ingin ditemani ole
Two years agoSaat ini, Ares dan Rere sedang menikmati waktu berliburnya. Mereka memutuskan untuk menempati penginapan yang dekat dengan pantai. Selama 1 minggu di sini, baik Ares maupun Rere belum melakukan sentuhan fisik secara intens satu sama lain. Bukannya Ares tidak menginginkan, ia hanya mau melakukannya saat Rere juga ingin. Ia tidak ingin memaksa istrinya itu.Hingga tadi, saat Ares tidak tahan melihat Rere yang hanya berbalut bikini sedang berenang di kolam renang. Ares sedikit melancarkan aksinya dengan memancing istrinya itu. Sempat mereka akan melakukannya dan berhasil, tetapi tiba-tiba saja Rere bergerak menjauh dan pergi meninggalkan Ares dengan kejantanannya yang sudah menegang ingin segera disentuh.Dan sekarang, Ares melihat Rere sudah memakai kemeja miliknya dengan kancing yang dibiarkan terbuka hingga memperlihatkan tubuhnya yang mengenakan sebuah bikini berwarna kuning. Entah kenapa itu terlihat seksi di matanya. Lalu siapa yang tidak semakin tergoda? Pria normal
“Aku teringat, saat kita pergi ke pantai. Untuk pertama kalinya kita pergi bersama setelah dua tahun pernikahan.” Ares mulai membuka obrolan. Sudah bertahun-tahun lamanya, Ares tidak menyinggung hal ini. “Matahari terbenam begitu cantik saat itu. Lalu kamu mengatakan, the sunset is beautiful isn't it? Aku baru menyadarinya maknanya setelah beberapa tahun berlalu.”“Kiasan bahasa inggris yang kamu katakan memiliki maksud jika, itu adalah sebuah ungkapan yang memiliki kaitan tentang perpisahan dengan orang yang dicintai.” Lanjut Ares membuat Rere diam, mendengarkannya. “Apakah itu memiliki maksud jika pada saat itu kamu memang ingin pergi dariku atau hanya bertanya jika sunsetnya memang bagus padaku?”“Sudah lama sekali. Kukira kamu sudah melupakannya, tapi ternyata kalimat itu masih tersimpan di hatimu,” balas Rere bergumam. Ia tersenyum simpul. Hanya merasa tidak menyangka saja.Rere menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan suaminya itu. “Sebe
Perut yang semakin besar, membuat Ares flashback saat masa-masa kehamilan Rere sebelumnya. Bukannya belum mengikhlaskan, terkadang Ares masih suka berpikir bagaimana jika dia benar-benar lahir ke dunia. Namun, meskipun begitu, ia tetap bersyukur dan sangat berterima kasih karena Rere sudah siap untuk hamil kembali. Pasti juga tidak mudah bagi istrinya itu setelah kejadian yang menimpanya. Ares sangat memaklumi dan menghargai apa pun keputusan Rere. Toh, jika memang Rere belum siap seperti pada saat itu, Ares tidak akan menuntutnya. Baginya kebahagiaan dan kewarasan Rere adalah yang utama. Berdua dengan Rere saja sudah sangat membahagiakan dan sangat ia syukuri, apalagi jika diberi lebih dengan hadirnya malaikat kecil di antara mereka. Maka, Ares tidak akan pernah berhenti untuk berterima kasih kepada Tuhan dan Rere tentunya. “Sangat tidak sabar menunggunya terlahir ke dunia.” Ares mengusap-usap lembut perut Rere yang buncit.Kata dokter, Rere akan melahirkan pada tanggal 5 Juni yang
Kehamilan Rere adalah hal yang paling dinantikan semua orang. Termasuk Ares yang begitu bahagia saat mendengar perkataan Rere jika istrinya itu hamil. Apalagi saat Rere menunjukkan sebuah test pack dengan garis 2 yang menunjukkan jika benar-benar positif hamil. "Aku bahagia, Re. Terima kasih karena sudah siap untuk mengandung lagi."Rere tersenyum hangat. Melihat respon Ares yang sangat bahagia dengan binar di matanya, membuat ia semakin yakin untuk perlahan menghilangkan traumanya. Karena tidak mudah bagi dirinya, setelah mengalami banyak hal kejadian di hidup.Rere banyak belajar di kehidupannya bersama Ares, baik dulu maupun sekarang. Dari rumah tangganya, ia belajar menjadi istri sebagaimana mestinya, meskipun Ares selalu menyakiti. Rere yang menggaris bawahi, bahwasannya sejak awal pernikahan mereka memang Ares tidak pernah mencintai dirinya. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Ada paksaan secara tidak langsung, yang membuat Ares sulit menolaknya. Rere juga tidak membena
Suamiku: kenapa tidak membalas pesanku?halooobuang saja hapemu jika tidak bisa membalas pesanku, sayangastagaaasedang diculik pemuda bpupki kah, sampai-sampai tidak bisa membalas pesanku?Rere melirik sekilas ke arah ponselnya yang terus bergetar. Notifikasi pesan dari Ares membuatnya tetap fokus pada kesibukannya. Hari ini, ia cukup sibuk di butik. Ada salah satu customer mendatangi, dia ingin dibuatkan dekor untuk merayakan ulang tahun putrinya yang ke-7 dan desainnya harus sudah selesai jam 13.00, waktunya sisa 20 menit lagi dari sekarang. Semua terjadi secara dadakan dan itu membuat Rere tidak bisa membalas pesan atau bahkan mengangkat telepon suaminya itu. Karena dirinya tidak boleh hilang fokus.Satu lagi, customernya juga sedang menunggu. Dia duduk di hadapannya. Seorang pria matang berstatus duda itu membuat Rere sedikit grogi mengerjakannya. Tentu saja. Rasanya seperti saat ujian nasional dengan guru killer yang bertugas menjaga. Lalu, dari mana Rere tau jika pria di hada
Baik Ares maupun Rere merasa canggung karena mereka melupakan keberadaan Serena dan Steven yang melihat ciuman panas mereka. "Ugh, lihatlah ke kaca, bibir kalian terlihat sangat bengkak," ujar Steven menggoda. Ares mendengus. "Kenapa kalian tidak pergi daripada harus melihat kita berciuman.""Ya Tuhan, jika aku biarkan, aku bersumpah kamu dan Rere pasti sudah berakhir di ranjang sekarang. Lalu pesta pernikahan dibatalkan sesuai dengan apa yang kamu katakan tadi.""Maka, biarkan itu terjadi," gerutu Ares kesal."Astaga, lalu apa yang akan kita katakan pada tamu undangan? Haruskah kita mengatakan, jika pengantin pria sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk menyentuh pengantin wanitanya?" sambung Serena gemas. Rere yang melihat keributan kecil itu hanya menggelengkan kepalanya. "Sudah-sudah," ujarnya melerai. "Serena, bolehkah aku meminta tolong untuk dipanggilkan tim penata riasnya? Aku harus segera merapikan kekacauan ini.""Oke, wait!" "Bibirku terlihat sangat jelas jika bengkak.
Mereka baru saja menyelesaikan upacara pernikahan dengan berjanji di depan Tuhan untuk sehidup semati dan saling mengasihi. Upacara diadakan secara intimate, hanya keluarga dan sahabat yang datang. Berbeda dengan pesta pernikahan yang akan diadakan secara besar-besaran dan mewah nantinya. Sekarang, mereka sedang berada di kamar untuk beristirahat sejenak. Karena pesta pernikahan akan dimulai pukul 08.00 malam. “Meskipun ini adalah pernikahan kita yang kedua, rasanya berbeda sekali,” ujar Rere yang bersandar manja di dada bidang Ares.Ares mendengarkan Rere, sembari memberi elusan pada kepala lalu turun ke punggung istrinya itu secara berulang kali.“Bahagia?” tanya Ares membuat Rere langsung mengangguk. “Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia karena telah menikah dengan pria yang dicintai?” tanya Rere tersenyum. “Semua wanita di dunia ini pasti akan merasa bahagia.”“Lalu apa yang kamu rasakan saat kita menikah yang pertama?” “Bahagia juga, tapi tetap saja ada kehampaan yang aku rasa