Berulang kali Ares mengucap syukur dalam hati. Hari-hari berlalu, mereka lalui bersama-sama dalam penuh kebahagiaan dan keberkahan. Ternyata, hidup bersama wanita seperti Rere adalah impiannya sejak dulu. Ares sangat menyukai wanita yang manja dan selalu bergantung kepadanya. Itu yang terjadi pada Rere saat semuanya dimulai kembali dari awal. “Kak Ares ... aku ingin itu, bisakah kak Ares mengambilkannya?” Rere menunjuk sebuah kaleng yang terletak di sebuah rak paling atas. Biasanya, Rere selalu berusaha mengambilnya sendiri entah bagaimana itu caranya, sekalipun itu sulit baginya. Tapi, sejak mereka memulai kembali dari awal, Rere selalu bergantung pada Ares. Bahkan dalam hal kecil pun, Rere selalu meminta tolong pada suaminya itu. Ares juga tidak keberatan, justru ia merasa senang. “Ingin membuat apa?” tanya Ares setelah mengambilkan sebuah kaleng berisikan coklat bubuk.“Cookies,” balas Rere. “Kak Ares suka, kan?”“Suka. Apalagi jika kamu yang membuatnya.”“Kamu tau? Dicintai oleh
Rere, wanita itu menatap Raisa dengan penuh ketenangan. Senyum manis di wajahnya terlihat dengan jelas sejak mereka berjumpa hingga detik ini. 10 menit berlalu, keduanya masih sama-sama diam menyisakan keheningan yang terjadi di dalam ruangan. “Hai,” sapa Rere untuk pertama kalinya. Ia bersuara terlebih dulu.“Hai,” balas Raisa seadanya. Sebenarnya, jauh di lubuk hati Raisa—ia sama sekali tidak merasa kesal ataupun marah dengan Rere. Ia hanya merasa lebih dendam pada Ares yang memperlakukannya seenaknya, tapi karena rasa itu membuatnya mau tidak mau harus mencelakai Rere dan bayinya. Setidaknya, salah satu di antara mereka harus tiada. Begitu pikiran jahatnya. “Sepertinya ada hal penting yang ingin kamu tanyakan, sampai-sampai sudi untuk menemuiku?” Lanjutnya memulai pembicaraan. “Kamu benar, memang ada yang ingin aku tanyakan langsung kepadamu,” balas Rere. “Aku hanya merasa tidak perlu menghakimi, setidaknya hukum sudah berjalan dengan sesuai.”“Apa yang ingin kamu tanyakan?” tany
“Mmm ... sebelumnya aku meminta maaf karena dengan lancang masuk ke ruangan pribadimu yang sangat rahasia itu,” ujar Ares menjelaskan. “Kemarin sehari setelah kamu keluar dari rumah sakit, aku iseng untuk mampir ke toko bunga. Awalnya hanya berniat untuk mengecek saja, tapi tiba-tiba rasa penasaranku datang begitu melihat pintu ruanganmu.”“Aku ingat, itu adalah ruangan yang tidak boleh ada orang lain untuk masuk ke sana selain dirimu. Jadi, dengan lancang kuputuskan untuk masuk dan melihat. Sebenarnya ada apa di sana, sehingga kamu tidak memperbolehkan orang lain masuk.” Lanjut Ares. “Ternyata, ada lukisan-lukisan cantik yang kamu simpan. Termasuk dengan beberapa aku yang menjadi objek melukismu.”“Dan itu semua sangat cantik. Aku benar-benar menyukainya.”“Terima kasih,” ujar Rere tersipu malu. “Lalu, kapan kamu ingin memperlihatkan identitasmu? Ada rencana atau memang benar-benar ingin semua orang tidak mengetahuinya?”“Kurasa, aku ingin tetap menyembunyikannya, kak.”Ares mengang
Mereka baru saja menyelesaikan upacara pernikahan dengan berjanji di depan Tuhan untuk sehidup semati dan saling mengasihi. Upacara diadakan secara intimate, hanya keluarga dan sahabat yang datang. Berbeda dengan pesta pernikahan yang akan diadakan secara besar-besaran dan mewah nantinya. Sekarang, mereka sedang berada di kamar untuk beristirahat sejenak. Karena pesta pernikahan akan dimulai pukul 08.00 malam. “Meskipun ini adalah pernikahan kita yang kedua, rasanya berbeda sekali,” ujar Rere yang bersandar manja di dada bidang Ares.Ares mendengarkan Rere, sembari memberi elusan pada kepala lalu turun ke punggung istrinya itu secara berulang kali.“Bahagia?” tanya Ares membuat Rere langsung mengangguk. “Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia karena telah menikah dengan pria yang dicintai?” tanya Rere tersenyum. “Semua wanita di dunia ini pasti akan merasa bahagia.”“Lalu apa yang kamu rasakan saat kita menikah yang pertama?” “Bahagia juga, tapi tetap saja ada kehampaan yang aku rasa
Baik Ares maupun Rere merasa canggung karena mereka melupakan keberadaan Serena dan Steven yang melihat ciuman panas mereka. "Ugh, lihatlah ke kaca, bibir kalian terlihat sangat bengkak," ujar Steven menggoda. Ares mendengus. "Kenapa kalian tidak pergi daripada harus melihat kita berciuman.""Ya Tuhan, jika aku biarkan, aku bersumpah kamu dan Rere pasti sudah berakhir di ranjang sekarang. Lalu pesta pernikahan dibatalkan sesuai dengan apa yang kamu katakan tadi.""Maka, biarkan itu terjadi," gerutu Ares kesal."Astaga, lalu apa yang akan kita katakan pada tamu undangan? Haruskah kita mengatakan, jika pengantin pria sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk menyentuh pengantin wanitanya?" sambung Serena gemas. Rere yang melihat keributan kecil itu hanya menggelengkan kepalanya. "Sudah-sudah," ujarnya melerai. "Serena, bolehkah aku meminta tolong untuk dipanggilkan tim penata riasnya? Aku harus segera merapikan kekacauan ini.""Oke, wait!" "Bibirku terlihat sangat jelas jika bengkak.
Suamiku: kenapa tidak membalas pesanku?halooobuang saja hapemu jika tidak bisa membalas pesanku, sayangastagaaasedang diculik pemuda bpupki kah, sampai-sampai tidak bisa membalas pesanku?Rere melirik sekilas ke arah ponselnya yang terus bergetar. Notifikasi pesan dari Ares membuatnya tetap fokus pada kesibukannya. Hari ini, ia cukup sibuk di butik. Ada salah satu customer mendatangi, dia ingin dibuatkan dekor untuk merayakan ulang tahun putrinya yang ke-7 dan desainnya harus sudah selesai jam 13.00, waktunya sisa 20 menit lagi dari sekarang. Semua terjadi secara dadakan dan itu membuat Rere tidak bisa membalas pesan atau bahkan mengangkat telepon suaminya itu. Karena dirinya tidak boleh hilang fokus.Satu lagi, customernya juga sedang menunggu. Dia duduk di hadapannya. Seorang pria matang berstatus duda itu membuat Rere sedikit grogi mengerjakannya. Tentu saja. Rasanya seperti saat ujian nasional dengan guru killer yang bertugas menjaga. Lalu, dari mana Rere tau jika pria di hada
Kehamilan Rere adalah hal yang paling dinantikan semua orang. Termasuk Ares yang begitu bahagia saat mendengar perkataan Rere jika istrinya itu hamil. Apalagi saat Rere menunjukkan sebuah test pack dengan garis 2 yang menunjukkan jika benar-benar positif hamil. "Aku bahagia, Re. Terima kasih karena sudah siap untuk mengandung lagi."Rere tersenyum hangat. Melihat respon Ares yang sangat bahagia dengan binar di matanya, membuat ia semakin yakin untuk perlahan menghilangkan traumanya. Karena tidak mudah bagi dirinya, setelah mengalami banyak hal kejadian di hidup.Rere banyak belajar di kehidupannya bersama Ares, baik dulu maupun sekarang. Dari rumah tangganya, ia belajar menjadi istri sebagaimana mestinya, meskipun Ares selalu menyakiti. Rere yang menggaris bawahi, bahwasannya sejak awal pernikahan mereka memang Ares tidak pernah mencintai dirinya. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Ada paksaan secara tidak langsung, yang membuat Ares sulit menolaknya. Rere juga tidak membena
Perut yang semakin besar, membuat Ares flashback saat masa-masa kehamilan Rere sebelumnya. Bukannya belum mengikhlaskan, terkadang Ares masih suka berpikir bagaimana jika dia benar-benar lahir ke dunia. Namun, meskipun begitu, ia tetap bersyukur dan sangat berterima kasih karena Rere sudah siap untuk hamil kembali. Pasti juga tidak mudah bagi istrinya itu setelah kejadian yang menimpanya. Ares sangat memaklumi dan menghargai apa pun keputusan Rere. Toh, jika memang Rere belum siap seperti pada saat itu, Ares tidak akan menuntutnya. Baginya kebahagiaan dan kewarasan Rere adalah yang utama. Berdua dengan Rere saja sudah sangat membahagiakan dan sangat ia syukuri, apalagi jika diberi lebih dengan hadirnya malaikat kecil di antara mereka. Maka, Ares tidak akan pernah berhenti untuk berterima kasih kepada Tuhan dan Rere tentunya. “Sangat tidak sabar menunggunya terlahir ke dunia.” Ares mengusap-usap lembut perut Rere yang buncit.Kata dokter, Rere akan melahirkan pada tanggal 5 Juni yang