Berkumpul dengan keluarga, membuat suasana hati Rere menjadi lebih baik. Selain itu juga ia merasa tidak kesepian. Rencananya juga selama keluarganya ada di sini, Rere juga ikut menginap. Meskipun Ares beberapa kali memintanya untuk pulang ke rumah, lalu mereka akan ke sini lagi setelah ia pulang kerja. Membayangkan saja sudah membuatnya lelah karena bolak-balik dan tentunya juga membuang-buang waktu. “Bolak-balik bikin capek. Kak Ares kalo mau pulang, pulang aja sendiri.” Rere terus menggerutu karena Ares selalu saja merajuk padanya untuk meminta pulang.“Kenapa kak Ares minta pulang terus? Biasanya juga betah tidak di rumah.” Lanjut Rere menyindir.Ares memeluk Rere dari belakang, lalu meletakkan dagunya pada pundak Rere. “Nanti kalo aku tiba-tiba lagi pengen gimana?” “Yakan bisa di sini. Lagian rumah ini kamarnya banyak, kenapa dibikin pusing sih, kak?”“Tapi tetep aja rasanya beda, Re. Rasanya nggak leluasa kalo bukan di rumah sendiri.”
Sudah menjadi hal yang tidak mengejutkan lagi dengan kedatangan Raisa yang suka tiba-tiba, seperti jalangkung, datang tak diundang. Namun, kali ini keadaannya berbeda. Wanita tidak tau malu itu datang di rumah orang tua Ares, yang mana pada saat ini keluarga besar sedang berkumpul. Ares pun sama terkejut dengan yang lainnya. Apalagi bisa dibilang hubungan Ares dan Raisa di masa lalu bukan lagi rahasia umum di keluarganya. “Hai, semuanya. Udah lama ya, kita nggak ketemu.” Raisa tersenyum hangat. Pagi ini memang seluruh anggota keluarga sedang berada di halaman depan rumah. Bersantai sambil menikmati suasana dengan cuaca yang sangat bersahabat. Matahari tidak terlalu terik menampakkan sinarnya. “Tante apa kabar?” Lanjutnya menyapa Tania, tetapi diabaikan oleh wanita paruh baya itu.Seluruh anggota diam, mereka memperlihatkan ketidaksukaannya. Apalagi Tania yang sejak tadi menatap Raisa datar, seakan ingin segera mengusir. “Ada urusan apa kemari?” tanya Rere mengambi
Sejak pulang dari rumah orang tuanya atau lebih tepatnya sejak pertemuan dirinya dengan Raisa saat itu. Entah hanya perasaan Ares saja, ya atau tidak, ia merasa sedikit ada yang berbeda dari Rere. Wanita itu seperti memberi jarak di antara mereka. "Re .....” Panggil Ares. Ia menghampiri Rere yang sedang sibuk menghabiskan waktunya di rumah kaca. Di depannya ada sebuah kanvas yang sudah memiliki gambar bunga aster, Ares dapat melihat Rere yang akan bersiap memberi warna pada kanvasnya itu. Ares menarik napasnya dalam, sebelum menghembuskan perlahan. Karena melihat tidak ada respon dari Rere. “Re,” ujarnya mengulangi.“Hm?” Rere menanggapi dengan gumaman, tetapi tetap tidak menoleh dan memilih fokus pada lukisannya. “Jika aku ada salah terhadapmu, katakan, Re. Jangan begini.” “Kamu tidak ada salah, kak.”“Lalu kenapa mendiamkan dan memberi jarak padaku?”“Hanya perasaan kak Ares saja.”“Kenyataannya memang begitu. Jika memang tidak, setidaknya tatap mataku saat kita berbicara.”Rere
Rere benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa dan marahnya terhadap Ares. Karena akhirnya, Rere memutuskan untuk pulang menggunakan gojek online. Menunggu Ares lebih lama lagi akan membuang-buang waktunya. Mungkin saja Ares akan menyadari jika sudah meninggalkan Rere di toko bunga satu minggu kemudian. Pintu pagar langsung dibuka oleh Pras, saat pemuda itu melihat sosok Rere yang turun dari gojek online. "Pras, kamu apa tidak membuka pesanku?" "Mbak Rere chat saya?""Iya, kemarin sore. Minta tolong untuk jemput aku di toko bunga."Pras memperlihatkan wajah tidak enak dan bersalahnya. "Ya Allah. Maaf, mbak. Kemarin pagi hape saya jatuh di bak air. Jadi, ini lagi saya service." "Maaf ya, mbak."Mendengar penjelasan Pras membuat Rere tersenyum, mengangguk paham. "Yasudah, nggak papa, Pras."Setelah mengatakan itu, Rere langsung masuk ke dalam rumah. Rasanya ia ingin beristirahat dengan nyaman dan nyenyak, karena semalaman sudah tidur di sofa membuat badannya terasa sakit dan p
Ares marah, saat Rere menyebut kata cerai. Entah kenapa dari dalam dirinya merasa tidak terima. Mungkin dulu memang Ares memiliki rencana, setelah Rere memberikan keturunan, ia akan menceraikan Rere agar bisa bersama Raisa. Namun sekarang, semua terasa berbeda. Ares tetap ingin Rere berada di sisinya, tapi di sisi lain ia juga belum bisa melepaskan Raisa. Jika berkata, apakah Ares mencintai Rere, sepertinya tidak. Ares hanya merasa, lama-kelamaan ia terbiasa dengan kehadiran Rere di sisinya. Pagi ini, meskipun Rere masih merasa kecewa dengan kalimat Ares, hingga membuat pria tidak terima saat dirinya menyebut kata cerai, Rere tetap melakukan tugas istri sebagaimana mestinya. Seperti, menyiapkan sarapan untuk Ares, sebelum pria itu berangkat kerja. Rere ikut bergabung untuk sarapan. Namun, saat ia hendak menyiapkan sesendok nasi dan potongan udang dengan bumbu saus padang ke dalam mulutnya, sontak saja Rere berdiri sambil membekap mulutnya dan langsung ke kamar mandi yang jaraknya tid
Kabar kehamilan Rere membuat semua orang ikut merasakan kebahagiaan. Apalagi orang tua Ares, begitu mendengar kabar hamilnya Rere, mereka langsung bergegas ke rumah putranya itu dan ini sudah hari kedua Tania dan Tio menginap ."Akhirnya yang mama tunggu-tunggu. Mau cewek apa cowok nanti, semoga sehat ya kamu, nak. Cucu oma," ujar Tania mengusap-usap lembut perut Rere yang masih rata. Rere tersenyum dengan sikap hangat yang diberikan oleh Tania. Ia merasa makin disayang dan diperhatikan. Sikap Tania memang tidak pernah berubah, sejak dulu bahkan sampai detik ini. Rere bersyukur akan hal itu. Meskipun Rere diuji oleh suaminya, tapi mendapat mertua yang baik dan menyayangi adalah nilai plus dalam segala hal. Lagipula juga ia sedang berusaha menjalankan misinya untuk membuat Ares jatuh cinta kepadanya dan melupakan Raisa sepenuhnya. "Aamiin, ma.""Ohiya, Re. Setelah ini mama sama papa pulang dulu ya ke rumah. Mama nginep lagi minggu depan.""Iya, ma. Senyamannya mama aja.""Mama sih se
Ares memang tidak mengatakan ke mana perginya dia kepada Rere. Tapi, Rere tau jika suaminya itu pergi menemui kekasih gelapnya. Apalagi story terbaru dari Raisa sudah menjawab semuanya. Sekarang, ia sedang menunggu Ares pulang. Malam sudah menunjukkan pukul 22.39. Sejak tadi, Rere masih duduk di sofa dengan ditemani beberapa camilan untuk menunggu Ares. Sesekali juga ia bermain sosmed untuk menghilangkan bosan dan rasa kantuk. Tidak berselang lama, Ares datang dengan membawa beberapa kantong plastik.“Re ... aku kira kamu sudah tidur.” Ares sedikit terkejut saat melihat Rere yang ternyata masih berada di ruang bersantai. Menunggunya, eh? Batinnya bertanya. Rere menggelengkan kepalanya. “Belom. Aku nggak bisa tidur. Jadi, aku putuskan untuk menunggu kak Ares.” “Tadi saat pulang, aku melihat penjual martabak. Aku inget sama kamu, terus aku beli martabak manis kesukaanmu.” Ares tersenyum, ikut bergabung duduk di samping Rere dan meletakkan beberapa kantong plastik yang dibawanya di ata
Fakta baru tentang Raisa dan Antonius yang ternyata sudah memiliki anak, membuat Rere semakin yakin dan percaya diri untuk terus melancarkan misinya. Mendapatkan hati dan cinta Ares Danuarta. "Selamat pagi, kak Ares." Seperti sekarang, untuk pertama kalinya Rere mengucapkan selamat pagi pada Ares. Tentunya, sikap Rere juga mengejutkan Ares, tetapi membuatnya merasa senang. "Pagi, Re. Bahagia banget kayaknya, ya?" Ares tersenyum lebar, melihat Rere yang sepertinya sedang dalam mood baik. "Iya nih. Kak Ares nanti pulang jam berapa?""Kayak biasanya, Re. Jam lima paling cepet. Gimana?" "Pengen bakso sama es krim." Saat mengatakannya, Rere sembari tersenyum lebar. Membuat pipinya yang semakin chubby itu, terlihat menggemaskan. "Boleh, Re. Tunggu aku pulang ya, setelah itu kita beli bakso dan eskrim."Rere mengangguk bersemangat. Setelah Ares selesai sarapan, seperti biasa Rere mengantarkan keluar. Tidak lupa, Rere mencium tangan Ares. Namun, tidak seperti biasa, Ares memberi kecupan s
"Ayahhh!" Si kecil Amy berlari menghampiri Ares yang baru saja memasuki rumah.Satu minggu tidak berjumpa, membuat gadis kecil itu merindukan ayahnya. Begitu juga dengan Ares yang sudah rindu akan suasana rumah dan ocehan-ocehan kedua anaknya."Anak ayah!" Ares langsung menggendong tubuh mungil Amy. Rasa lelah hilang begitu saja saat melihat putri kecilnya, lalu disusul dengan kehadiran Rere yang tersenyum lebar. Wanita itu langsung menghambur di pelukan suaminya. Tentu saja ia juga merasa rindu. "Ugh, sayangku. Rindu sekali, satu minggu terasa seperti satu tahun," ujar Ares membalas pelukan Rere. "Rama mau ikutan!" Bocah laki-laki yang entah dari mana itu tiba-tiba saja terlihat. Ia berlari kecil dan memeluk kaki Ares, ikut bergabung ke dalam pelukan. Jika begini, sudah terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.“Jagoan papa!" ujar Ares berjongkok, saat pelukannya pada Rere sudah terlepas. Kini, ia mengangkat tubuh bocah laki-laki itu hingga membuatnya menggendong si kembar. “O
Hari yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Di mana Rere akan melahirkan. Dokter juga sudah mengatakan saat kandungan Rere berusia 7 bulan, jika bayi mereka kembar. Tentu itu membuat kebahagiaan hadir berkali-kali lipat. Rasa syukur terus Ares ungkapkan, begitupun dengan Rere. Saat ini, Rere sudah berada di ruang bersalin. Dua jam yang lalu saat dokter memeriksa, wanita itu sudah bukaan ke-8. Berulang kali juga Rere sudah merasakan kontraksi dan mules. Di sisi lain, Ares dengan setia menunggu istrinya itu. Sesekali memberi kecupan hangat dan mengusap pelipisnya yang basah karena bulir keringat. Keluarga besar Ares juga masih dalam perjalanan. Tetapi untuk Tania dan Tio sudah menyusul begitu Rere dibawa ke rumah sakit tadi pagi akibat merasakan kontraksi yang begitu hebat. “Nanti waktu lahiran, mau ditemenin aku atau Mama?” tanya Ares. Ia bertanya seperti itu sebab, dirinya sendiri tidak tega untuk melihat proses lahiran secara langsung dan siapa tau saja jika Rere ingin ditemani ole
Two years agoSaat ini, Ares dan Rere sedang menikmati waktu berliburnya. Mereka memutuskan untuk menempati penginapan yang dekat dengan pantai. Selama 1 minggu di sini, baik Ares maupun Rere belum melakukan sentuhan fisik secara intens satu sama lain. Bukannya Ares tidak menginginkan, ia hanya mau melakukannya saat Rere juga ingin. Ia tidak ingin memaksa istrinya itu.Hingga tadi, saat Ares tidak tahan melihat Rere yang hanya berbalut bikini sedang berenang di kolam renang. Ares sedikit melancarkan aksinya dengan memancing istrinya itu. Sempat mereka akan melakukannya dan berhasil, tetapi tiba-tiba saja Rere bergerak menjauh dan pergi meninggalkan Ares dengan kejantanannya yang sudah menegang ingin segera disentuh.Dan sekarang, Ares melihat Rere sudah memakai kemeja miliknya dengan kancing yang dibiarkan terbuka hingga memperlihatkan tubuhnya yang mengenakan sebuah bikini berwarna kuning. Entah kenapa itu terlihat seksi di matanya. Lalu siapa yang tidak semakin tergoda? Pria normal
“Aku teringat, saat kita pergi ke pantai. Untuk pertama kalinya kita pergi bersama setelah dua tahun pernikahan.” Ares mulai membuka obrolan. Sudah bertahun-tahun lamanya, Ares tidak menyinggung hal ini. “Matahari terbenam begitu cantik saat itu. Lalu kamu mengatakan, the sunset is beautiful isn't it? Aku baru menyadarinya maknanya setelah beberapa tahun berlalu.”“Kiasan bahasa inggris yang kamu katakan memiliki maksud jika, itu adalah sebuah ungkapan yang memiliki kaitan tentang perpisahan dengan orang yang dicintai.” Lanjut Ares membuat Rere diam, mendengarkannya. “Apakah itu memiliki maksud jika pada saat itu kamu memang ingin pergi dariku atau hanya bertanya jika sunsetnya memang bagus padaku?”“Sudah lama sekali. Kukira kamu sudah melupakannya, tapi ternyata kalimat itu masih tersimpan di hatimu,” balas Rere bergumam. Ia tersenyum simpul. Hanya merasa tidak menyangka saja.Rere menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan suaminya itu. “Sebe
Perut yang semakin besar, membuat Ares flashback saat masa-masa kehamilan Rere sebelumnya. Bukannya belum mengikhlaskan, terkadang Ares masih suka berpikir bagaimana jika dia benar-benar lahir ke dunia. Namun, meskipun begitu, ia tetap bersyukur dan sangat berterima kasih karena Rere sudah siap untuk hamil kembali. Pasti juga tidak mudah bagi istrinya itu setelah kejadian yang menimpanya. Ares sangat memaklumi dan menghargai apa pun keputusan Rere. Toh, jika memang Rere belum siap seperti pada saat itu, Ares tidak akan menuntutnya. Baginya kebahagiaan dan kewarasan Rere adalah yang utama. Berdua dengan Rere saja sudah sangat membahagiakan dan sangat ia syukuri, apalagi jika diberi lebih dengan hadirnya malaikat kecil di antara mereka. Maka, Ares tidak akan pernah berhenti untuk berterima kasih kepada Tuhan dan Rere tentunya. “Sangat tidak sabar menunggunya terlahir ke dunia.” Ares mengusap-usap lembut perut Rere yang buncit.Kata dokter, Rere akan melahirkan pada tanggal 5 Juni yang
Kehamilan Rere adalah hal yang paling dinantikan semua orang. Termasuk Ares yang begitu bahagia saat mendengar perkataan Rere jika istrinya itu hamil. Apalagi saat Rere menunjukkan sebuah test pack dengan garis 2 yang menunjukkan jika benar-benar positif hamil. "Aku bahagia, Re. Terima kasih karena sudah siap untuk mengandung lagi."Rere tersenyum hangat. Melihat respon Ares yang sangat bahagia dengan binar di matanya, membuat ia semakin yakin untuk perlahan menghilangkan traumanya. Karena tidak mudah bagi dirinya, setelah mengalami banyak hal kejadian di hidup.Rere banyak belajar di kehidupannya bersama Ares, baik dulu maupun sekarang. Dari rumah tangganya, ia belajar menjadi istri sebagaimana mestinya, meskipun Ares selalu menyakiti. Rere yang menggaris bawahi, bahwasannya sejak awal pernikahan mereka memang Ares tidak pernah mencintai dirinya. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Ada paksaan secara tidak langsung, yang membuat Ares sulit menolaknya. Rere juga tidak membena
Suamiku: kenapa tidak membalas pesanku?halooobuang saja hapemu jika tidak bisa membalas pesanku, sayangastagaaasedang diculik pemuda bpupki kah, sampai-sampai tidak bisa membalas pesanku?Rere melirik sekilas ke arah ponselnya yang terus bergetar. Notifikasi pesan dari Ares membuatnya tetap fokus pada kesibukannya. Hari ini, ia cukup sibuk di butik. Ada salah satu customer mendatangi, dia ingin dibuatkan dekor untuk merayakan ulang tahun putrinya yang ke-7 dan desainnya harus sudah selesai jam 13.00, waktunya sisa 20 menit lagi dari sekarang. Semua terjadi secara dadakan dan itu membuat Rere tidak bisa membalas pesan atau bahkan mengangkat telepon suaminya itu. Karena dirinya tidak boleh hilang fokus.Satu lagi, customernya juga sedang menunggu. Dia duduk di hadapannya. Seorang pria matang berstatus duda itu membuat Rere sedikit grogi mengerjakannya. Tentu saja. Rasanya seperti saat ujian nasional dengan guru killer yang bertugas menjaga. Lalu, dari mana Rere tau jika pria di hada
Baik Ares maupun Rere merasa canggung karena mereka melupakan keberadaan Serena dan Steven yang melihat ciuman panas mereka. "Ugh, lihatlah ke kaca, bibir kalian terlihat sangat bengkak," ujar Steven menggoda. Ares mendengus. "Kenapa kalian tidak pergi daripada harus melihat kita berciuman.""Ya Tuhan, jika aku biarkan, aku bersumpah kamu dan Rere pasti sudah berakhir di ranjang sekarang. Lalu pesta pernikahan dibatalkan sesuai dengan apa yang kamu katakan tadi.""Maka, biarkan itu terjadi," gerutu Ares kesal."Astaga, lalu apa yang akan kita katakan pada tamu undangan? Haruskah kita mengatakan, jika pengantin pria sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk menyentuh pengantin wanitanya?" sambung Serena gemas. Rere yang melihat keributan kecil itu hanya menggelengkan kepalanya. "Sudah-sudah," ujarnya melerai. "Serena, bolehkah aku meminta tolong untuk dipanggilkan tim penata riasnya? Aku harus segera merapikan kekacauan ini.""Oke, wait!" "Bibirku terlihat sangat jelas jika bengkak.
Mereka baru saja menyelesaikan upacara pernikahan dengan berjanji di depan Tuhan untuk sehidup semati dan saling mengasihi. Upacara diadakan secara intimate, hanya keluarga dan sahabat yang datang. Berbeda dengan pesta pernikahan yang akan diadakan secara besar-besaran dan mewah nantinya. Sekarang, mereka sedang berada di kamar untuk beristirahat sejenak. Karena pesta pernikahan akan dimulai pukul 08.00 malam. “Meskipun ini adalah pernikahan kita yang kedua, rasanya berbeda sekali,” ujar Rere yang bersandar manja di dada bidang Ares.Ares mendengarkan Rere, sembari memberi elusan pada kepala lalu turun ke punggung istrinya itu secara berulang kali.“Bahagia?” tanya Ares membuat Rere langsung mengangguk. “Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia karena telah menikah dengan pria yang dicintai?” tanya Rere tersenyum. “Semua wanita di dunia ini pasti akan merasa bahagia.”“Lalu apa yang kamu rasakan saat kita menikah yang pertama?” “Bahagia juga, tapi tetap saja ada kehampaan yang aku rasa