Happy Reading!Revan menarik miliknya keluar lalu menatap wanita yang sengaja dia sewa untuk menemaninya malam ini."Kenapa berhenti?"rajuk wanita itu membuat Revan berdecak."Pergi!"usir Revan datar lalu segera berpakaian.Wanita bayaran bernama Syella itu langsung bangun dan bergerak mendekati pria yang membayarnya. Meski bayaran sudah ia terima di depan, tapi gagal bermain dengan pria setampan itu bukankah suatu kerugian."Ayolah! Masuki aku lagi tu_arghh""Apa kamu tuli? Pergi dari sini!" bentak Revan setelah mendorong wanita itu kasar.Syella yang diperlakukan dengan kasar hanya berdecak kesal lalu segera memunguti pakaiannya kemudian berlalu dari ruangan itu."Dasar pria gila." cibir Syella sebelum benar-benar pergi.Revan menghela napas lalu meremas rambutnya. Sepertinya dia memang sudah gila. Bukankah bercinta adalah hal yang paling dia sukai tapi kenapa sekarang berbeda. Ada rasa tak tega pada Mawar saat ia menyetubuhi wanita lain. Padahal dulu saat bersama Meysa, Revan tak m
Happy Reading!Revan melangkah lesu memasuki kamarnya. Kamar yang sudah satu minggu ini terasa sangat dingin karena wanita yang selama ini menghangatkan ranjangnya lebih memilih tidur di kamar tamu."Hahhh" Revan menghela napas kasar lalu melangkah memasuki kamar mandi. Mungkin malam ini dia harus kembali berendam dengan air dingin.Revan berusaha memejamkan matanya saat hawa dingin menyapa kulitnya begitu dia masuk ke dalam bathtub. Ini akan lebih sempurna jika Mawar ikut berendam bersamanya. Bathub besar ini pasti akan sangat mampu untuk menampung mereka berdua."Sial."maki Revan lalu milirik senjatanya yang sudah berdiri menantang. Padahal ia tak melakukan apapun yang membuat benda itu bangun. Revan hanya memikirkan Mawar."Mawar benar-benar bisa membuatku gila." gumam Revan kesal lalu mulai menyentuh benda perkasanya itu dan bergerak cepat menuntaskan nafsunya.Selesai dengan segala hal menyebalkan yang menyangkut senjatannya. Akhirnya Revan bisa keluar dari kamar mandi setelah be
Happy Reading! "Apa kakak tidak bisa ijin sebentar dan datang ke sini?"Mawar memejamkan matanya. Ia ingin, sangat ingin menemui adiknya. Tapi ia tidak bisa. Mawar tidak mau menyulut kemarahan tuan Revan lagi."Maafkan kakak, Arga. Tapi majikan kakak tidak membolehkan kakak pulang sekarang." ucap Mawar pelan lalu menghembuskan napas yang terasa sesak di dadanya."Benarkah? Lalu kapan kakak bisa pulang?"Mawar menggigit bibir bawahnya. "Secepatnya, kakak janji.""Baiklah. Karena kakak sudah berjanji maka Arga akan menunggu.""Iya. Maaf karena kakak harus kembali bekerja." ucap Mawar. Ia memang merindukan adiknya namun berlama-lama mendengar suara itu tidak akan baik bagi dirinya nanti."Iya kak. Jaga kesehatan kakak.""Em_ kamu juga dan sampaikan salam kakak ke bapak dan ibu.""Pasti kak."TuttMawar meremas ponselnya lalu mulai terisak pelan. Ia merindukan Arga, rumah dan juga orang tuanya. Mawar merindukan kehidupan sederhana yang dulu ia jalani sebelum penyakit berbahaya muncul di
Happy Reading! Mawar menatap rumah kecil yang dulu ia tinggali bersama keluarganya. Ada sedikit keraguan dalam hati Mawar untuk mendekati rumah itu mengingat saat ini ia tidak datang sendiri, melainkan bersama tuan Revan."Ayo!" ajak Revan yang sudah jengah melihat Mawar yang terpaku di tempat tanpa niatan untuk beranjak."Mas," cegah Mawar saat suaminya itu ingin melangkah. "Mas tunggu di sini dulu ya." pinta Mawar membuat Revan melotot. Dia tidak mengajak Mawar pulang ke rumah orang tuanya untuk diperkenalkan sebagai majikan."Aku mohon." pinta Mawar memelas membuat Revan menghela napas lalu mengangguk pelan. Meski enggan dia tak punya niat untuk mendebat lebih jauh. Tuh nanti jika Mawar mencoba menutupi pernikahan mereka maka Revan tidak akan segan untuk membantah dan memperkenalkan dirinya sebagai suami dari wanita itu.Mawar tersenyum tipis lalu mulai melangkah menaiki pelataran rumahnya. Tadi di rumah saat ingin pergi, Mawar sudah bertekad untuk jujur pada orang tuanya. Lagipul
Happy Reading!Ina dan Anwar saling pandang lalu menatap tamu mereka."Anda siapa?" tanya Ina ramah pada perempuan cantik yang beberapa detik lalu mengetuk pintu rumah."Saya Meysa, majikan putri kalian."Ina dan Anwar kaget lalu dengan segera mempersilahkan tamu mereka untuk masuk dan duduk di ruang tamu sederhana rumah mereka."Maaf sebelumnya tapi apa putri kami baik-baik saja?" tanya Ina. Tidak mungkin majikan putrinya datang jika tidak ada sesuatu yang penting."I_iya" jawab Meysa serak dengan mata berkaca-kaca.Ina melotot kaget. "Kenapa anda sedih?""Bagaimana saya bisa tidak sedih setelah rumah tangga yang saya bina selama dua tahun berakhir begitu saja." ucap Meysa membuat Ina dan Anwar kembali saling pandang."Mawar_" Meysa menahan perkataannya lalu mulai menangis. "Telah merebut suami saya hiks." lanjut Meysa membuat Ina menggeleng. Putrinya tidak mungkin melakukan hal seperti itu."Maaf tapi putri kami tidak mungkin melakukan hal jahat seperti itu." Ucap Ina tak terima beg
Happy Reading!Mawar membawa selimut dari kamar orang tuanya kemudian bergabung dengan suaminya di kasur lipat tipis ruang tamu. Rumah kecilnya memang hanya punya dua kamar. Satu untuk orang tuanya dan satunya lagi biasanya untuk Mawar dan Arga. Tapi karena Arga masih dalam masa pemulihan, Mawar enggan menganggu istirahat adiknya itu."Maaf."cicit Mawar pelan saat ia melihat tuan Revan sedang berperang dengan nyamuk."Kenapa minta maaf?"tanya Revan setelah membuang nyamuk mati di telapak tangannya."Jika mas kesulitan tidur, masuklah ke kamar Arga. Di sana kasurnya lebih tebal dan tidak begitu banyak nyamuk." ucap Mawar membuat Revan mendecih. Sebenarnya harusnya wanita itu yang masuk ke dalam kamar tapi Revan tidak mau tidur di ruang tamu sendirian tanpa Mawar dipelukannya."Sudahlah, lebih baik kita tidur. Besok pagi kita sudah harus pulang." ucap Revan lalu merebahkan dirinya."Shhh"ringis Revan tak nyaman. Kasurnya sangat tipis, jika seperti ini sama saja mereka tidur di lantai."
Happy Reading!Mawar kembali membawa dua piring lauk lalu segera ikut duduk lesehan di lantai. Rumah kecilnya tidak memiliki ruang makan khusus apalagi meja makan. Biasanya mereka hanya makan lesehan di ruang tamu."Arga, makan yang banyak supaya cepat sehat."ucap Mawar lalu mengisi piring sang adik dengan nasi dan telur dadar."Terima kasih kak." ucap Arga lalu mulai makan.Sedang Anwar dan Ina juga sudah mengisi piring mereka. Keduanya memang masih terlihat enggan untuk bicara. Namun Mawar yakin orang tuanya sudah tidak marah lagi, hanya mungkin masih sedikit kecewa karena Mawar merahasiakan banyak hal dari mereka.Mawar menatap tuan Revan yang masih diam. "Mas mau makan apa?" tanya Mawar lembut. Pasalnya wajah tuan Revan masih terlihat kesal karena ia meminta untuk pulang sore hari. Mawar hanya ingin diberi waktu lebih banyak untuk bicara dan menjelaskan semua yang terjadi kepada orang tuanya.Revan melirik Mawar malas. Mau makan apa katanya. Memang ada makanan apa saja? Bukannya h
Happy Reading!Mawar terdiam menatap pintu ruang kerja tuan Revan. Ia masih ragu untuk meminta tolong tapi hanya ini cara satu-satunya. Mawar ingin setelah Arga pulih, adiknya itu bisa kembali sekolah. Bahkan jika bisa bukan hanya lulus sekolah tapi juga kuliah.CeklekBukan Mawar yang membuka pintu melainkan seseorang yang ada di dalam sana."Ada apa?" tanya Revan bingung saat melihat istrinya berdiri di depan pintu ruang kerjanya."Anu_itu__.""Apa?"desak Revan tak sabar. "Itu mas__anu__""ck!" decak Revan lalu dengan segera menggendong tubuh Mawar menuju kamar mereka."Mas_" cicit Mawar pelan membuat Revan berdehem."Perlu sesuatu?" tanya Revan setelah menurunkan tubuh Mawar di atas kasur.Mawar mengangguk pelan."Apa?" tanya Revan lembut.Mawar menunduk lalu menggeleng pelan. "Tidak jadi_"Revan menghela napas lalu berbaring di samping istrinya."Mawar, apa kamu ingat apa yang aku katakan kemarin?" tanya Revan membuat Mawar diam."Jangan sungkan untuk meminta apapun padaku, karen
Happy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha
Happy Reading!Widya memasuki dapur dan langsung terheran karena banyaknya makanan yang dimasak oleh juru masak. Belum lagi beberapa kue yang tersedia di atas meja."Untuk apa semua ini?" tanya Widya bingung."Maaf nyonya tapi nenek Hatun meminta kami membuat semua ini." jawab seorang pelayan yang sedang menata kue."Kenapa?""Katanya untuk tamu yang datang, nyonya."Widya semakin bingung. Baru ditinggal sebentar dan rumahnya sudah akan kedatangan tamu."Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian." ucap Widya lalu melangkah keluar mencari mertuanya."Ibu_" panggil Widya lalu duduk di sofa dekat ibu dan mertuanya yang sedang bicara di ruang tamu."Kau sudah pulang? sebaiknya bersiap karena keluarga Tasya akan datang." ucap nenek Hatun membuat Widya melotot."Keluarga Tasya. Kenapa mereka datang ke sini?" tanya Widya heran."Ibu yang mengundang mereka. Lagipula sudah lama kita tidak bertemu."Widya mengangguk membenarkan tapi bukankah tidak pas rasanya mengundang keluarga dari wanita yang pern
Happy Reading!Tok tokRevan mendesis kesal lalu membuka matanya kemudian melirik Mawar yang masih terlelap.Tok tok"Ck!"decak Revan lalu segera turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu.TokCtar ceklek"Lama sekali?"Revan menahan napasnya kesal saat melihat sang nenek berada di depan pintu."Ada apa?" tanya Revan datar."Apa kalian belum bangun? Ini sudah jam delapan pagi." ucap nenek Hatun membuat Revan meremas rambutnya."Belum, nek. Revan dan Mawar ingin istirahat lebih lama hari ini. Dan tentunya tanpa penganggu." ucap Revan dengan menekan kata pengganggu.Nenek Hatun melotot. "Maksudmu nenek menganggu?""Iya." sahut Revan cuek membuat nenek Hatun kesal dan berusaha mendorong tubuh Revan untuk menjauh dari pintu."Nenek mau apa?" kaget Revan namun tetap mempertahankan posisinya membuat nenek Hatun kesal."Membangunkan cucu menantu nenek. Ini sudah siang dan harusnya ia sudah bangun dan sarapan." ucap nenek Hatun membuat Revan menggeleng."Ini baru jam delapan. Lagipul
Happy Reading!Revan menggendong Mawar memasuki rumah. Setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya Mawar dinyatakan telah pulih meskipun dengan catatan harus kembali beristirahat di rumah."Mas tidak perlu menggendongku. Aku bisa jalan." ucap Mawar namun rangkulannya di leher sang suami sangatlah erat seakan tak ingin lepas."Baiklah. Kalau begitu aku turunkan_""Tidak. Setelah dipikir-pikir digendong juga bagus."cegah Mawar membuat Revan yang sudah bersiap menurunkan istrinya kembali melangkah dengan senyum di bibirnya."Revan, Mawar_ kalian sudah datang. Kemarilah!" panggil Widya yang sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita tua.Widya mengisyaratkan agar Mawar duduk di sampingnya dan Revan menurut, ia menurunkan tubuh Mawar di sofa samping mamanya. Sedang Revan sendiri langsung bergerak duduk di samping sang nenek di sofa lain."Ibu, ini Mawar_ istri Revan." ucap Widya memperkenalkan Mawar pada ibunya.Nenek Hayat menatap Mawar lalu mengangguk. "Nampak seperti wan