Happy Reading!Mawar membawa selimut dari kamar orang tuanya kemudian bergabung dengan suaminya di kasur lipat tipis ruang tamu. Rumah kecilnya memang hanya punya dua kamar. Satu untuk orang tuanya dan satunya lagi biasanya untuk Mawar dan Arga. Tapi karena Arga masih dalam masa pemulihan, Mawar enggan menganggu istirahat adiknya itu."Maaf."cicit Mawar pelan saat ia melihat tuan Revan sedang berperang dengan nyamuk."Kenapa minta maaf?"tanya Revan setelah membuang nyamuk mati di telapak tangannya."Jika mas kesulitan tidur, masuklah ke kamar Arga. Di sana kasurnya lebih tebal dan tidak begitu banyak nyamuk." ucap Mawar membuat Revan mendecih. Sebenarnya harusnya wanita itu yang masuk ke dalam kamar tapi Revan tidak mau tidur di ruang tamu sendirian tanpa Mawar dipelukannya."Sudahlah, lebih baik kita tidur. Besok pagi kita sudah harus pulang." ucap Revan lalu merebahkan dirinya."Shhh"ringis Revan tak nyaman. Kasurnya sangat tipis, jika seperti ini sama saja mereka tidur di lantai."
Happy Reading!Mawar kembali membawa dua piring lauk lalu segera ikut duduk lesehan di lantai. Rumah kecilnya tidak memiliki ruang makan khusus apalagi meja makan. Biasanya mereka hanya makan lesehan di ruang tamu."Arga, makan yang banyak supaya cepat sehat."ucap Mawar lalu mengisi piring sang adik dengan nasi dan telur dadar."Terima kasih kak." ucap Arga lalu mulai makan.Sedang Anwar dan Ina juga sudah mengisi piring mereka. Keduanya memang masih terlihat enggan untuk bicara. Namun Mawar yakin orang tuanya sudah tidak marah lagi, hanya mungkin masih sedikit kecewa karena Mawar merahasiakan banyak hal dari mereka.Mawar menatap tuan Revan yang masih diam. "Mas mau makan apa?" tanya Mawar lembut. Pasalnya wajah tuan Revan masih terlihat kesal karena ia meminta untuk pulang sore hari. Mawar hanya ingin diberi waktu lebih banyak untuk bicara dan menjelaskan semua yang terjadi kepada orang tuanya.Revan melirik Mawar malas. Mau makan apa katanya. Memang ada makanan apa saja? Bukannya h
Happy Reading!Mawar terdiam menatap pintu ruang kerja tuan Revan. Ia masih ragu untuk meminta tolong tapi hanya ini cara satu-satunya. Mawar ingin setelah Arga pulih, adiknya itu bisa kembali sekolah. Bahkan jika bisa bukan hanya lulus sekolah tapi juga kuliah.CeklekBukan Mawar yang membuka pintu melainkan seseorang yang ada di dalam sana."Ada apa?" tanya Revan bingung saat melihat istrinya berdiri di depan pintu ruang kerjanya."Anu_itu__.""Apa?"desak Revan tak sabar. "Itu mas__anu__""ck!" decak Revan lalu dengan segera menggendong tubuh Mawar menuju kamar mereka."Mas_" cicit Mawar pelan membuat Revan berdehem."Perlu sesuatu?" tanya Revan setelah menurunkan tubuh Mawar di atas kasur.Mawar mengangguk pelan."Apa?" tanya Revan lembut.Mawar menunduk lalu menggeleng pelan. "Tidak jadi_"Revan menghela napas lalu berbaring di samping istrinya."Mawar, apa kamu ingat apa yang aku katakan kemarin?" tanya Revan membuat Mawar diam."Jangan sungkan untuk meminta apapun padaku, karen
Happy Reading! Mawar membuka mata lalu tersenyum tipis saat tubuhnya masih berada di pelukan tuan Revan. Itu artinya mereka tadi malam tidur dalam posisi seperti ini. "Tampan sekali." gumam Mawar saat melihat wajah tuan Revan yang masih terlelap tidur. Spontan Mawar menyentuh perutnya. Tuan Revan sangat tampan tentu saja anak mereka nanti juga akan sangat rupawan. Mawar bahkan bisa membayangkan anak kecil yang mirip dengan tuan Revan. Bahkan bukan hanya wajahnya tapi juga bisa saja sifatnya. Mawar langsung terkekeh saat memikirkan anaknya nanti akan mirip ayahnya yang perajuk dan pemarah dengan wajah imutnya. "Eng hoamm__" Mawar langsung kembali menutup matanya saat merasa bahwa tuan Revan akan segera membuka mata. "Jam berapa?" gumam Revan menarik tangannya dari tubuh Mawar lalu menatap ke arah jam. Jam tujuh. Revan spontan meremas rambutnya lalu melirik ke arah Mawar yang masih tidur. "Ck!"decak Revan kesal lalu membenarkan selimut pada tubuh Mawar kemudian turun
Happy Reading!Pagi ini Revan bangun saat matahari sudah begitu tinggi."Ck! Mawar." decak Revan setengah merengek saat tak menemukan istrinya saat bangun tidur.Ceklek"Mas sudah bangun?" tanya Mawar begitu masuk.Revan menatap penampilan istrinya yang terlihat sangat rapi dan cantik. Dress hamil berwarna putih dengan perhiasan berbentuk bunga mawar."Mau ke mana?" tanya Revan waspada membuat Mawar tersenyum manis yang membuat Revan semakin bingung."Aku tidak akan pergi ke mana pun hari ini." jawab Mawar lembut lalu bergerak memasuki kamar mandi.Revan yang penasaran pun mengikuti istrinya memasuki kamar mandi."Air hangatnya sudah siap, sebaiknya sekarang mas mandi dan aku akan menyiapkan setelan kantor yang akan Mas pakai." ucap Mawar lalu berjalan keluar dari kamar mandi.'Aneh sekali.' batin Revan lalu bergegas mandi. Untung saja tidak ada rapat penting hari ini jadi tidak masalah jika ia terlambat pergi ke kantor.Selesai mandi, Revan kembali dibuat terkejut. Kasur yang sudah r
Happy Reading! Mawar menghela napas lalu menatap hamparan bunga Mawar di kebun bunga milik mertuanya. Meski sangat indah namun banyak orang yang enggan menyentuh bunga mawar karena durinya. Namun meskipun akan terluka ada beberapa orang yang akan tetap berjuang untuk memetiknya. Tapi pada dasarnya duri pada bunga memang diciptakan untuk melindungi mawar itu sendiri. Melindunginya dari orang-orang yang hanya ingin menikmati keindahan sesaat dari bunga mawar kemudian membuangnya saat layu. Sekarang Mawar mengerti satu hal, ia juga membutuhkan duri-duri untuk melindunginya. Duri yang akan menjadi penghalang agar orang lain tidak mudah memetik dan membuangnya. "Ada apa sayang? Kenapa duduk di sini?" tanya Widya saat melihat menantunya termenung di depan taman bunga miliknya. Mawar menggeleng lalu tersenyum manis. "Mawar hanya mengingat sebuah cerita, mah." ucap Mawar membuat Widya ikut duduk bergabung dengan menantunya. "Oh ya, cerita apa?" tanya Widya penasaran. "Cerita tentan
Happy Reading!Pagi harinya, Mawar lebih dulu membuka matanya."Shhh" desis Mawar saat mencoba untuk bergerak. Lengannya perlahan menyentuh perutnya yang terasa nyeri."Sakit." rintih Mawar lalu melirik tuan Revan yang masih tidur."Ughh hhh" Mawar berusaha menahan rasa sakitnya kemudian mencoba mengatur napas, namun_"Arghhh" jerit Mawar keras. Ia tak tahan. Perutnya semakin sakit. Seolah ada yang meremas dan menusuknya dari dalam."Shhh sakit." rintih Mawar membuat mata Revan perlahan terbuka.Revan buru-buru bangun saat mendengar suara Mawar seperti sedang menahan sakit."Ada apa?" tanya Revan menyentuh lengan Mawar.Mawar menatap tuan Revan dengan wajah pucat. "Sakit."adu Mawar membuat Revan melotot lalu mengulurkan tangannya menyentuh perut wanita itu."Kita ke rumah sakit."putus Revan lalu segera menarik selimut kemudian menggendong Mawar turun dari tempat tidur."Enghh akh" rintih Mawar sembari menyentuh perutnya."Tahan!" ucap Revan lalu berjalan keluar dari kamarnya."Revan,
Happy Reading!Revan baru saja selesai melakukan pertemuan. Sekarang tujuannya hanya ruang kerja untuk mengistirahatkan otaknya yang tadi sudah dia gunakan untuk berdebat dengan klien. Untungnya dia menang hingga segala usahanya tidak terbuang sia-sia.Revan melepas jas serta melonggarkan ikatan dasinya kemudian duduk di kursi dengan nyaman. Niat hati ingin istirahat namun pikirannya malah melayang ke rumah.Dengan gerakan cepat, Revan mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Mawar."Ha__""Apa yang kamu lakukan?" tanya Revan tak sabar."Aku sedang di salon, mas."Revan melotot kesal."Salon? Siapa yang mengijinkanmu pergi?" tanya Revan marah."Revan ini mama. Mama yang mengajak istrimu pergi.Revan berdecak kesal lalu beranjak mengambil dompet dan kunci mobilnya."Salon mana?" tanya Revan berjalan cepat keluar dari ruangannya."Demi tuhan Revan, tidak perlu ke sini. Mama akan menjaga Mawar.""Aku ingin menjaga anak dan istriku sendiri.""Baiklah. Salon Hytp di dek__"TuttRevan segera me
Happy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha
Happy Reading!Widya memasuki dapur dan langsung terheran karena banyaknya makanan yang dimasak oleh juru masak. Belum lagi beberapa kue yang tersedia di atas meja."Untuk apa semua ini?" tanya Widya bingung."Maaf nyonya tapi nenek Hatun meminta kami membuat semua ini." jawab seorang pelayan yang sedang menata kue."Kenapa?""Katanya untuk tamu yang datang, nyonya."Widya semakin bingung. Baru ditinggal sebentar dan rumahnya sudah akan kedatangan tamu."Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian." ucap Widya lalu melangkah keluar mencari mertuanya."Ibu_" panggil Widya lalu duduk di sofa dekat ibu dan mertuanya yang sedang bicara di ruang tamu."Kau sudah pulang? sebaiknya bersiap karena keluarga Tasya akan datang." ucap nenek Hatun membuat Widya melotot."Keluarga Tasya. Kenapa mereka datang ke sini?" tanya Widya heran."Ibu yang mengundang mereka. Lagipula sudah lama kita tidak bertemu."Widya mengangguk membenarkan tapi bukankah tidak pas rasanya mengundang keluarga dari wanita yang pern
Happy Reading!Tok tokRevan mendesis kesal lalu membuka matanya kemudian melirik Mawar yang masih terlelap.Tok tok"Ck!"decak Revan lalu segera turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu.TokCtar ceklek"Lama sekali?"Revan menahan napasnya kesal saat melihat sang nenek berada di depan pintu."Ada apa?" tanya Revan datar."Apa kalian belum bangun? Ini sudah jam delapan pagi." ucap nenek Hatun membuat Revan meremas rambutnya."Belum, nek. Revan dan Mawar ingin istirahat lebih lama hari ini. Dan tentunya tanpa penganggu." ucap Revan dengan menekan kata pengganggu.Nenek Hatun melotot. "Maksudmu nenek menganggu?""Iya." sahut Revan cuek membuat nenek Hatun kesal dan berusaha mendorong tubuh Revan untuk menjauh dari pintu."Nenek mau apa?" kaget Revan namun tetap mempertahankan posisinya membuat nenek Hatun kesal."Membangunkan cucu menantu nenek. Ini sudah siang dan harusnya ia sudah bangun dan sarapan." ucap nenek Hatun membuat Revan menggeleng."Ini baru jam delapan. Lagipul
Happy Reading!Revan menggendong Mawar memasuki rumah. Setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya Mawar dinyatakan telah pulih meskipun dengan catatan harus kembali beristirahat di rumah."Mas tidak perlu menggendongku. Aku bisa jalan." ucap Mawar namun rangkulannya di leher sang suami sangatlah erat seakan tak ingin lepas."Baiklah. Kalau begitu aku turunkan_""Tidak. Setelah dipikir-pikir digendong juga bagus."cegah Mawar membuat Revan yang sudah bersiap menurunkan istrinya kembali melangkah dengan senyum di bibirnya."Revan, Mawar_ kalian sudah datang. Kemarilah!" panggil Widya yang sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita tua.Widya mengisyaratkan agar Mawar duduk di sampingnya dan Revan menurut, ia menurunkan tubuh Mawar di sofa samping mamanya. Sedang Revan sendiri langsung bergerak duduk di samping sang nenek di sofa lain."Ibu, ini Mawar_ istri Revan." ucap Widya memperkenalkan Mawar pada ibunya.Nenek Hayat menatap Mawar lalu mengangguk. "Nampak seperti wan