Happy Reading!Widya memasuki dapur dan langsung terheran karena banyaknya makanan yang dimasak oleh juru masak. Belum lagi beberapa kue yang tersedia di atas meja."Untuk apa semua ini?" tanya Widya bingung."Maaf nyonya tapi nenek Hatun meminta kami membuat semua ini." jawab seorang pelayan yang sedang menata kue."Kenapa?""Katanya untuk tamu yang datang, nyonya."Widya semakin bingung. Baru ditinggal sebentar dan rumahnya sudah akan kedatangan tamu."Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian." ucap Widya lalu melangkah keluar mencari mertuanya."Ibu_" panggil Widya lalu duduk di sofa dekat ibu dan mertuanya yang sedang bicara di ruang tamu."Kau sudah pulang? sebaiknya bersiap karena keluarga Tasya akan datang." ucap nenek Hatun membuat Widya melotot."Keluarga Tasya. Kenapa mereka datang ke sini?" tanya Widya heran."Ibu yang mengundang mereka. Lagipula sudah lama kita tidak bertemu."Widya mengangguk membenarkan tapi bukankah tidak pas rasanya mengundang keluarga dari wanita yang pern
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!BrakkMawar yang sedang membersihkan toilet langsung dibuat kaget karena tuan Revan tiba-tiba saja masuk dan mengunci pintu kamar mandi."Tuan mau apa?"tanya Mawar. Iya melangkah mundur dengan wajah ketakutan saat majikannya itu justru mendekatinya dengan senyum aneh."Diam, Mawar!"bentak Revan lalu segera menahan lengan Mawar yang ingin membuka pintu."Tuan, saya ingin keluar."ucap Mawar pelan dan langsung menghindar saat tubuhnya akan dipeluk."Apa kamu tidak bisa diam?"bentak Revan membuat tubuh kecil Mawar langsung menggigit karena ketakutan. Ia takut jika tuan Revan mengulangi perbuatannya dua bulan yang lalu.Revan segera mendorong tubuh pelayan itu ke dinding kamar mandi dan menaikkan daster buluk yang wanita itu kenakan."Diam dan nikmati saja!"ucap Revan dan mulai menyentuh tubuh Mawar.Lima belas menit kemudian, desahan Mawar terdengar menggema di dalam kamar mandi saat milik sang tuan bergerak liar di dalam tubuhnya. Ini memang bukan yang pertama, tapi tetap
Happy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha
Happy Reading!Widya memasuki dapur dan langsung terheran karena banyaknya makanan yang dimasak oleh juru masak. Belum lagi beberapa kue yang tersedia di atas meja."Untuk apa semua ini?" tanya Widya bingung."Maaf nyonya tapi nenek Hatun meminta kami membuat semua ini." jawab seorang pelayan yang sedang menata kue."Kenapa?""Katanya untuk tamu yang datang, nyonya."Widya semakin bingung. Baru ditinggal sebentar dan rumahnya sudah akan kedatangan tamu."Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian." ucap Widya lalu melangkah keluar mencari mertuanya."Ibu_" panggil Widya lalu duduk di sofa dekat ibu dan mertuanya yang sedang bicara di ruang tamu."Kau sudah pulang? sebaiknya bersiap karena keluarga Tasya akan datang." ucap nenek Hatun membuat Widya melotot."Keluarga Tasya. Kenapa mereka datang ke sini?" tanya Widya heran."Ibu yang mengundang mereka. Lagipula sudah lama kita tidak bertemu."Widya mengangguk membenarkan tapi bukankah tidak pas rasanya mengundang keluarga dari wanita yang pern
Happy Reading!Tok tokRevan mendesis kesal lalu membuka matanya kemudian melirik Mawar yang masih terlelap.Tok tok"Ck!"decak Revan lalu segera turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu.TokCtar ceklek"Lama sekali?"Revan menahan napasnya kesal saat melihat sang nenek berada di depan pintu."Ada apa?" tanya Revan datar."Apa kalian belum bangun? Ini sudah jam delapan pagi." ucap nenek Hatun membuat Revan meremas rambutnya."Belum, nek. Revan dan Mawar ingin istirahat lebih lama hari ini. Dan tentunya tanpa penganggu." ucap Revan dengan menekan kata pengganggu.Nenek Hatun melotot. "Maksudmu nenek menganggu?""Iya." sahut Revan cuek membuat nenek Hatun kesal dan berusaha mendorong tubuh Revan untuk menjauh dari pintu."Nenek mau apa?" kaget Revan namun tetap mempertahankan posisinya membuat nenek Hatun kesal."Membangunkan cucu menantu nenek. Ini sudah siang dan harusnya ia sudah bangun dan sarapan." ucap nenek Hatun membuat Revan menggeleng."Ini baru jam delapan. Lagipul
Happy Reading!Revan menggendong Mawar memasuki rumah. Setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya Mawar dinyatakan telah pulih meskipun dengan catatan harus kembali beristirahat di rumah."Mas tidak perlu menggendongku. Aku bisa jalan." ucap Mawar namun rangkulannya di leher sang suami sangatlah erat seakan tak ingin lepas."Baiklah. Kalau begitu aku turunkan_""Tidak. Setelah dipikir-pikir digendong juga bagus."cegah Mawar membuat Revan yang sudah bersiap menurunkan istrinya kembali melangkah dengan senyum di bibirnya."Revan, Mawar_ kalian sudah datang. Kemarilah!" panggil Widya yang sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita tua.Widya mengisyaratkan agar Mawar duduk di sampingnya dan Revan menurut, ia menurunkan tubuh Mawar di sofa samping mamanya. Sedang Revan sendiri langsung bergerak duduk di samping sang nenek di sofa lain."Ibu, ini Mawar_ istri Revan." ucap Widya memperkenalkan Mawar pada ibunya.Nenek Hayat menatap Mawar lalu mengangguk. "Nampak seperti wan