"Dias, banyak mobil di belakang kita. Sepertinya kita diikuti!" Hulman melihat dari kaca spion sebelah kiri. "Ya, aku tahu. Sejak kita mengendara tadi mereka sudah mengikuti kita dan jumlah mereka bertambah banyak." Dias melihat jumlah mobil yang mengejar mereka ada sekitar 20 mobil. Ia memacu mobil yang dikendarainya dengan kecepatan tinggi. "Mereka pasti mengamati seluruh pergerakan di istana. Mereka mungkin telah melihat Alice pergi. Maxim pasti sangat bersemangat mengejar wanita ini untuk membunuhnya," Dias melirik ke kursi belakang. "Benar, Maxim pasti merasa sangat penasaran untuk beradu tarung denganmu." Hulman menoleh dan menunjuk Alice. "Penasaran denganku? Mengapa?" Alice merasa heran. "Karena kau adalah Sang Alpha. Maxim adalah jenis orang yang suka membandingkan kekuatannya dengan orang lain. Dia tipikal orang yang selalu ingin merasa lebih hebat. Dia selalu menang ketika bertarung pada Kompetisi Dunia Hitam. Beberapa tahun yang lalu hanya Mario yang bisa mengala
"HIAH!"BAK BUK BAK BUK"Hah hah hah hah.. Aku nyaris tidak bisa bertahan lagi Dias." Hulman terengah-engah dan babak belur.Dias juga sudah nyaris tidak dapat berdiri lagi, "Mungkin ini akhir hidup kita, Hulman. Hah hah hah hah!".Hulman melihat sekeliling, "Cukup banyak juga yang telah kita habisi. Hahaha."."Yah, lumayan!" Dias tersenyum melihat hamparan mayat Pasukan Bayangan Hitam yang mereka bunuh. Jumlahnya mungkin ada 30an orang. Namun terdengar lagi derap langkah banyak orang mendekati mereka."Kita coba genapkan menjadi 50 orang?" Canda Dias sambil berdiri perlahan dan mengangkat pedangnya."Yah, ayo kita berpesta sebelum kematian menjemput." Hulman juga berdiri dalam posisi siap bertarung.Orang-orang itu akan menyerbu Dias dan Hulman, namun seseorang berteriak di antara mereka."BERHENTI!"Semua orang berpakaian hitam dan bertopeng merah itu berhenti menyerang Dias dan Hulman.Dia bertepuk tangan, "Wah, wah, waahh... Tidak pernah aku sangka bisa bertemu dengan dua orang pe
"Hmmmhh..." Alice mengerutkan keningnya, merasakan tubuhnya yang pegal dan sakit di beberapa bagian. Matanya perlahan terbuka. Dia reflek ingin beranjak dari tempatnya tidur. Namun, sebuah tangan menahan tubuhnya. "Tetaplah merebahkan badanmu. Kamu tidak boleh bergerak selama 2 hari penuh. Jika tidak, aku tidak dapat menjamin lagi janin yang ada dalam rahimmu dapat tetap bertahan." Wanita muda itu menahan Alice agar tetap tidur di atas tumpukan daun pisang sebagai alasnya, sedangkan di bawahnya dipenuhi dengan rerumputan jerami. Wanita itu juga membuat sebuah tenda darurat dari batang-batang pohon, ranting dan dedaunan lebar. Dan di dekat mereka juga menyala api unggun yang cukup besar. Alice membuka matanya lebar-lebar dan melihat ke arah wanita muda berusia 20an itu. Dia cukup cantik, rambutnya ikal dan kulitnya cokelat estetik. Dari tubuhnya, Alice mencium aroma obat-obatan herbal yang cukup menyengat. Setelah Alice memperhatikan dengan benar, ditubuhnya kini tertancap beber
Pagi-pagi sekali Yuna bangun dan mencarikan makanan untuknya dan Alice. "Aku akan berkeliling di hutan untuk mencari makanan dan herbal yang bagus untuk penyembuhan mu. Kau tunggulah di sini. Oke?!" Alice mengangguk, "Tapi, bagaimana jika ada harimau atau beruang hutan yang datang kemari. Apakah aku tidak bisa berlari untuk menyelamatkan diriku?" Alice bertanya karena Yuna tidak memperbolehkannya bergerak sama sekali selama dua hari. Yuna tersenyum, "Tidak akan ada hewan pemangsa ataupun berbisa yang berani kemari, aku sudah meracik aroma herbal yang dibenci oleh hewan-hewan semacam itu." Dia tampak sangat yakin dengan perkataannya. "Baiklah. Kau berhati-hati lah." Alice mengingatkan Yuna. Yuna pun pergi ke hutan, mencari apa yang bisa ditemukan di dalam hutan. "Wah, ada batang sagu yang membusuk." Yuna bersorak senang. Dia memotong-motong batang sagu yang membusuk itu dan mengambil sesuatu dari dalamnya. Yuna mengumpulkannya dalam keranjang yang dibawanya. "Hmmm ada aro
"Sudah dua hari, Alice tidak juga diketemukan." Gavin merasa sangat khawatir melihat arus sungai yang sangat deras. "Kita coba telusuri saja mengikuti aliran sungai ini!" Mario melanjutkan langkah kakinya di dalam hutan yang sangat lebat itu. "Jake, bagaimana dengan penjual perantara itu? Apakah Wella dan Henry berhasil menangkapnya?" Gavin teringat pada Wella dan Henry yang diutus untuk melacak keberadaan penjual perantara itu. "Mereka telah mengamankannya di markas. Mereka menemukannya dalam keadaan terikat di perbatasan Casia dan Yustan. Sepertinya, Firlo dan Logan hanya akan membiarkannya hidup hingga konstitusi baru itu disahkan. Mereka ingin menghilangkan bukti kejahatannya sepenuhnya." "Jika Alice tidak diketemukan sebelum 4 hari lagi, semuanya akan berakhir sia-sia. Karena yang dapat membatalkan pemberlakuan konstitusi itu, hanyalah Alice. "Hari sudah semakin gelap. Medan perjalanan kita juga semakin sulit. Sebaiknya kita beristirahat saja di sini." Jake kemudian memerint
"Alice, aku rasa keadaanmu sudah lebih baik sekarang." Pagi-pagi sekali Yuna memeriksa keadaan Alice. "Apakah aku sudah boleh berjalan dan beraktivitas normal?" Alice sangat senang. Dia bosan hanya tiduran selama dua hari, lalu kemudian hanya makan, minum dan duduk sebentar. Yuna mengangguk, "Sudah bisa. Ayo, kita ke sungai. Ada sebuah mata air yang sangat jernih di dekat sini. Sudah saatnya kamu membersihkan tubuhmu." "Eh?" Alice sontak mengendus aroma tubuhnya. Benar juga, Alice belum mandi selama berhari-hari. Yuna dan Alice berjalan beberapa meter, mereka sampai di sebuah mata air yang sangat jernih. "Mandilah, Alice. Aku akan mencucikan pakaianmu dan mengeringkannya." Alice membuka seluruh pakaiannya dan mandi di dalam mata air yang jernih itu. Rasanya sungguh sejuk dan menyegarkan. "Ini Alice, gunakan daun dan akar Soapwort ini sebagai pengganti sabun mandi. Caranya seperti ini." Yuna meremas dan menggosok-gosok daun dan akar tumbuhan Soapwort, lalu menggunakannya s
"Kau, ajaklah Firlo dan Logan bertemu. Laporkan bahwa kau berhasil membunuh Alice." Jake memerintahkan Maxim keluar dari ruang tahanan untuk segera berpakaian rapi, kemudian mengembalikan ponsel miliknya. "Beberapa hari ini, mereka terus menerus menghubungimu. Aku tidak ingin mereka tahu bahwa kalian gagal membunuh Alice," sambung Jake lagi. "Maksudmu, agar mereka mengira rencananya berhasil dan mereka kemudian lengah?" Maxim menebak rencana mereka. "Ya, katakanlah seperti itu," ujar Jake sambil tersenyum. "Jangan mencoba berpikir untuk kabur! Kami akan mengikuti mu dan memantau setiap pergerakan mu." Jake memperingatkan Maxim. "Bagaimana jika aku berhasil kabur?" Maxim menatap sinis ke arah Jake yang tampak meremehkannya. "Pertama, aku yakin karena kau akan membawa alat penyadap ini di tubuhmu. Kedua, karena pasukanmu masih berada di bawah pengawasan kami. Dan ketiga, adik kandungmu ada di antara mereka. Kau tidak akan berani mengambil resiko dengan melakukan itu." Jake me
"Alice, pakaianmu ini seluruhnya berwarna hitam. Tidakkah kamu ingin menambahkan warna lain?" Sera menyerahkan sebuah saputangan putih untuk Alice letakkan di saku jasnya. Karena menurut kebiasaan di Yustan menggunakan setelan jas serba hitam dan perlengkapan serba hitam, hanya boleh dilakukan ketika pemakaman. Menurut kepercayaan mereka, jika menggunakan pakaian dan perlengkapan serba hitam selain di acara pemakaman dapat membawa kesialan. "Tidak, Bu. Hari ini memang akan menjadi hari kesialan dan pemakaman bagi beberapa orang." Alice memasukkan sebuah saputangan berwarna hitam di saku jasnya. "Aku pergi Bu, Nenek." Alice melihat ke seseorang yang berdiri di belakang Sera. "Alice, kau terlalu tergesa-gesa untuk mendorong pergi Logan dan Firlo." Isabela merasa tidak setuju dengan rencana Alice yang membahayakan dirinya. Padahal dia dapat menyingkirkan mereka perlahan setelah menjabat sebagai Ratu Yustan kelak. "Nenek, untuk menyingkirkan rumput liar, harus mencabut hingga ke ak