"Aku ingin kalian menjelaskan tentang perkembangan pembangunan kita dan sejauh mana," ujar Gavin memerintahkan kepada Billy dan Rian untuk membawanya pergi berkeliling dengan menggunakan mobil mini elektrik melihat lokasi pembangunan. Alice dengan sabar mengikuti setiap hal yang dilakukan Gavin. Dia juga ikut mendengarkan penjelasan dari Billy dan Rian. Membayangkan penjelasan dari mereka, Alice merasa senang karena dia mendapatkan gambaran seperti apa nantinya keseluruhan wahana ini setelah selesai. Wahana ini pasti akan sangat diminati banyak orang untuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarganya. "Tapi, sayangnya dua hari yang lalu, material yang telah dipesan kembali dirampok di perjalanan. Padahal kami sudah mencari bodyguard terbaik di daerah ini untuk mengawal hingga kemari," lapor Rian. "Bos, jika begini terus. Aku khawatir pekerjaan kita akan tertunda hingga dua bulan kedepan," ujar Billy menimpali Rian. "Aku tidak bisa menunggu dua bulan lagi. Proyek ini sebentar l
"Berhati-hati lah!" pesan Alice kepada Gavin. Dia dan Gavin saat ini berdiri di dekat sebuah helikopter. Gavin akan berangkat menuju ke lokasi penyedia bahan material dan ikut bersama rombongan bodyguard yang mengawal truk-truk yang membawa bahan material itu, menuju ke lokasi konstruksi. "Tenanglah, aku pasti baik-baik saja. Kamu tunggu aku. Jika kamu perlu sesuatu, bilang saja pada James." Alice mengangguk patuh, "Iya, sampai jumpa!". "Aku pergi. Cup!" Gavin berpamitan dan tidak lupa memberi kecupan singkat seperti biasa di puncak kepala Alice. Gavin menaiki helikopter dan melambai kepada Alice. Alice melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arah Gavin, sembari merasakan angin dari baling-baling helikopter yang menghembus ke arah wajahnya semakin menjauh. Matahari baru saja tampak, dan Gavin telah pergi pagi sekali.Ada suara langkah kaki yang mendekat kepada Alice, "Nyonya, sarapan sudah tersedia." Seorang pelayan yang berusia sekitar 30an memanggil Alice untuk sarapan pa
"Nyonya, sarapan sudah tersedia!" ujar seorang pelayan wanita berusia 30an kepada Alice. Hidung Alice sangat tajam, dia dapat mencium aroma obat bius dari tubuh wanita itu. Alice menatap sekilas wanita itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. 'Wanita ini terlihat aneh. Tubuhnya tidak beraroma bumbu sama sekali,' batinnya. "Nanti saja. Aku belum lapar. Aku akan berjalan-jalan ke tepi pantai sejenak," ujar Alice sambil menyunggingkan senyumnya dengan tenang. "Baik, Nyonya!" wajah wanita itu sekilas menampakkan ekspresi yang dingin ketika menatap Alice. Ketika wanita itu pergi menjauh, Alice bergegas berjalan secepat mungkin dan menghubungi Jake. Dia berbicara kepada Jake, sambil melihat wanita tadi dari kejauhan. Wanita itu berbicara dengan seorang pria berpakaian bodyguard. Tapi Alice punya ingatan yang kuat. Pria itu tidak pernah sekalipun dilihatnya dalam kelompok bodyguard yang bekerja kepada Gavin. Alice semakin yakin, ketika pria dan wanita itu kemudian berjalan ke a
"ALICE! ALICE!" Gavin dan tim pencari korban tenggelam menyusuri lautan untuk mencari Alice. Sudah tiga hari, mereka menyusuri lautan, melakukan penyelaman dan menyisir pulau dan daratan di sekitar lokasi.Gavin tidak makan dan juga tidak tidur dengan benar. Mereka tidak mendapatkan hasil apapun."Tuan, aku mendapatkan sebuah rekaman kamera pengawas dari sebuah kapal angkutan barang. Gambarnya tidak jelas, tapi sepertinya..." James ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya."Apa itu James? Perlihatkan kepadaku!" Gavin merebut telepon genggam James.Dia memutar file video rekaman kamera. Seorang wanita dengan kaos rajut lengan panjang berkerah V dengan celana berwarna hitam, itu jelas adalah pakaian yang dikenakan Alice hari itu. Dia tampak dibawa paksa dan didorong-dorong oleh seorang wanita berpakaian pelayan dan juga pria berpakaian bodyguard.Mereka berdiri di tepi dermaga dan 10 menit kemudian sebuah kapal pesiar yang cukup besar singgah disana. Alice dibawa masuk ke dalam kapal it
Sebulan yang lalu. Bawahan yang diperintahkan Alice untuk menjemputnya di titik koordinat yang dikirimkannya itu menyadari hal aneh yang sedang terjadi. Alice dibawa dengan paksa oleh seorang wanita berbaju pelayan dan seorang pria berpakaian bodyguard dan berjalan beberapa puluh meter menuju ke dermaga. Mereka kemudian membawanya masuk ke sebuah kapal pesiar yang cukup besar. Dia terus mengikuti ke arah mana kapal pesiar itu membawa Alice. Setelah dua jam, tampak mereka yang ada di atas kapal itu memasukkan sebuah benda besar ke dalam peti, dan kemudian mengikat peti itu dengan kuat dan memberi pemberat di bagian bawah peti. "Kapten, mereka akan melemparkan sebuah peti dari atas kapal. Aku khawatir itu adalah Jenderal! Aku sudah bersiap dengan alat selam." "Apa?! Kami akan segera sampai, aku sudah berada di speed boat," ujar Jake. BYUR Peti itu dilemparkan ke tengah laut. Bawahan yang diperintahkan Jake untuk mengikuti kapal pesiar itu segera menyelam dengan kecepatan penuh
"Ugh.." Alice merasakan tubuhnya sangat pegal dan kaku. Matanya juga sedikit sulit menyesuaikan dengan cahaya. Dia menyipitkan matanya selama beberapa saat."Bangun perlahan saja!" Sepasang tangan memegang punggung Alice dan membantunya hingga tubuhnya setengah bersandar di kepala ranjang."Aku..aku ada dimana? Sensei?"Suara Alice terdengar sangat serak dan berat, tenggorokannya terasa sangat kering."Sebentar, aku ambilkan minum untukmu."Liam menuangkan air putih ke dalam gelas dan memberikannya kepada Alice.Alice meminum beberapa teguk air sekedar untuk membasahi tenggorokannya. Dia memegang kepalanya yang terasa berat, berusaha untuk mengembalikan kesadarannya sepenuhnya."Ini seperti di Casia? Apa aku bermimpi?" tanya Alice kepada Liam."Ya, aku meminta Jake untuk membawamu kembali ke Casia, terlalu berbahaya bagimu dirawat di Thurad apalagi di Albain.""Tapi..Ah, telepon selulerku? Jam bandul?" Alice teringat benda-benda penting yang dibawanya di sakunya terakhir kali."Aku m
"Wahana liburan keluarga yang terletak di Thurad sudah diresmikan hari ini dan warga sangat antusias untuk mencoba berbagai fasilitas hiburan yang tersedia di sana." Alice menonton berita di televisi, meskipun terkurung di kamar, kamar ini memiliki fasilitas yang lengkap dan tergolong mewah. Hanya saja semewah apapun sangkar emas, tetaplah sebuah sangkar. Matanya kini tertuju menatap sosok pria yang tampil di layar kaca yang sedang menggunting pita peresmian wahana taman bermain keluarga itu. Alice terpana menatap nama plang pada gerbang wahana itu, 'Alicia Wonderland'. "Tuan Gavin Welbert, mengapa anda memilih 'Alicia Wonderland' sebagai nama wahana ini?" tanya reporter televisi itu. "Aku mengambilnya dari nama istri tercintaku," jawab Gavin. "Bagaimana pencarian istri anda yang hilang saat ini?" tanya reporter itu lagi. "Pihak kepolisian dan tim penyelamat sudah menghentikan pencarian. Tapi aku masih berusaha melakukan pencarian secara pribadi. Aku berharap dia ditemuka
"Apa kamu tidak takut kehilangan nyawamu, Alice?" Liam meletakkan makan siang untuk Alice di nakas dekat tempat tidurnya. "Jika aku takut, aku tidak akan menjadi seorang tentara." "Tapi aku takut jika terjadi sesuatu kepadamu." "Sensei..maafkan aku. Sebenarnya aku sudah tahu sejak lama bahwa kamu sangat perhatian kepadaku dan meminta Jake untuk terus menjagaku. Tapi.." "Tapi kamu berpura-pura tidak menyadarinya dan mengabaikan aku?" tanya Liam yang berjalan mendekat kepada Alice. Ketika jarak mereka hanya tinggal beberapa sentimeter, Alice melangkah mundur menjauhi Liam. "Tidakkah kamu melihat, bahwa aku selama ini hanya menganggap kamu sebagai guruku?" Alice memperjelas status diantara mereka. "Apa kamu ingin kembali hanya karena pria itu?" Liam menunjuk siaran berita di televisi yang menampilkan Gavin di layar. "Aku..sepertinya aku menyukainya. Tapi, alasan utamaku ingin kembali karena ini menjadi tanggung jawabku. Ayahku mempercayakan keluarga Rayes kepadaku dan jug