Maura tidak lagi mendengar dengan sempurna yang dipertanyakan oleh Gani. Tubuhnya seperti sedang melayang di udara dan mendapatkan cumbuan dari pria yang dicintainya, lalu mereka bercinta dengan panas di tepi pantai itu.“Aku janji, mulai sekarang akan menjaga kamu dengan baik, Maura.” Gani membisikkan kalimat itu saat dia baru saja selesai dengan olahraga malamnya di tepi pantai.Maura yang memang sudah terjaga karena aktifitas berat itu, tersenyum sembari menahan rasa lelah dan kantuk. “Makasih, Mas. Aku juga akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu,” balas Maura.Keduanya tidur dengan posisi saling berpelukan di atas kursi pantai yang disatukan. Pagi harinya, saat matahari baru saja menampakkan sinarnya, Maura terbangun duluan.“Apa semalam kami tidur di sini seperti ini?” tanya Maura yang tiba-tiba merasa canggung dengan kedekatannya bersama Gani yang intim.“Kenapa? Kamu nggak suka?” tanya Gani dengan suara berat khas orang baru bangun tidur.“Bu-bukan nggak suka, Mas. Apa k
Keduanya tercengang dan saling menatap dengan tak percaya. Gani dan Maura saling berpikir tentang yang baru saja mereka bicarakan. Tidak ingin terlalu lama saling diam, akhirnya Gani berdehem.“Jadi ... kamu Aura yang sering bawa botol minum di leher?”“Mas Gani yang sering ngambil botol minum aku dan nyangkutin di pohon?”“Itu artinya ....”Mata Maura dan Gani tak bisa menyiratkan apa yang mereka rasakan saat ini. Tidak diduga bahwa pertemuan mereka saat ini membawa lagi kenangan di masa lalu. Di mana dulu, Gani adalah anak laki-laki yang sangat dibencinya.Tatapan kedua orang itu seperti tak percaya bahwa mereka ternyata pernah bertemu dan berinteraksi sangat dekat saat masa kecil dulu. Apalagi, pertemuan pertama mereka juga dihiasi dengan kebencian satu sama yang lainnya. Sama seperti saat mereka kecil dulu, yang saling benci.“Kamu Aura yang cengeng itu!”“Mas Gani anak laki-laki yang jahat dan selalu isengin aku sampai nangis.”“Kamu selalu ketakutan saat aku udah datang, kenapa?
“Kuat gimana maksudnya?” tanya Gani menggoda.“Iihh ... genit banget deh. Udah, yuk. Aku laper banget, Mas.” Maura merengek manja.Gani tertawa melihat istri kecilnya yang menjadi manja itu. Ditambah dengan kenangan masa kecil mereka, Gani semakin tak bisa untuk tidak terpesona pada Maura.Gani dan Maura menghabiskan waktu bersama selama satu minggu di Tokyo. Mereka melakukan banyak hal di sana tentunya. Namun, Maura lebih banyak berada di dalam kamar dan menikmati liburannya yang tenang.Percintaan di ranjang tentu saja semakin terjadi dengan intens. Maura dan Gani benar-benar memadu cinta layaknya sepasang suami istri yang sudah mencintai sejak lama, bahkan sebelum mereka menikah.“Kita pulang sore ini kan, Mas?” tanya Maura saat melihat Gani baru saja bangun pagi hari ini.Gani memandang Maura yang duduk di sisi ranjang dengan rambut basah, pertanda baru saja selesai mandi pagi. Maklum saja, tiada malam yang mereka lalui tanpa pertempuran di ranjang panas itu.Tangan Gani terulur u
Setelah pembicaraan yang alot antara Gani dan Maura, keduanya pun segera melanjutkan rencana yang sudah dibahas sebelumnya. Mereka pergi ke beberapa toko dan butik ternama untuk membelikan oleh-oleh yang akan diberikan kepada Wulan dan Sarah saat pulang nanti.“Banyak juga yang kita beli, Mas!” seru Maura saat melihat bagasi mobil sudah dipenuhi dengan box dan paper bag barang-barang branded.“Nggak apa-apa, Sayang. Kan nggak setiap minggu ke sini.” Gani menjawab santai.“Tapi ... pasti uang kamu habis banyak, Mas. Aku jadi ngeri membayangkannya.”“Nggak usah dibayangkan, Sayang. Ini bahkan masih belum ada apa-apanya bagi Sarah yang tiap minggu bisa menghabiskan uang dua kali lipat dari pada belanja kita hari ini.”“What? Seriously, Mas?” tanya Maura seperti tak percaya.Dua matanya melotot mengarah pada Gani dan menunggu jawaban dengan tak sabar. Dia tahu Gani adalah CEO yang kekayaannya tidak perlu diragukan lagi. Namun, menghabiskan uang dalam satu hari sekitan ratus juta itu dibil
Hari itu dilalui dengan sangat baik oleh Maura dan Gani. Mereka belanja dan kemudian makan dengan tawa gembira. Gani dan Maura kembali ke hotel untuk segera bersiap ke bandara.“Mas, semua ini apa boleh dibawa? Lebih dari 60 kilo nggak, ya?” tanya Maura dan mematut semua barang bawaan mereka.“Bisa. Kamu tenang aja, Sayang.”“Apalagi ini nih, Mas. Aku dengar kan pajaknya gede banget buat barang-barang branded begini.”“Sayang ... kamu tenang aja, ya. Kita nggak pulang naik pesawat biasa kok.” Gani menekankan nadanya di kata pesawat biasa.Kedua tangan Gani bersandar di atas bahu Maura dan menatap wajah kekasihnya itu dengan lembut. Maura mengerutkan kening pertanda heran dengan perkataan sang suami tadi.“Maksudnya nggak naik pesawat biasa gimana nih, Mas?” tanyanya kemudian dengan nada heran.“Aku udah sewa pesawat khusus untuk kita pulang nanti malam, Sayang. Kamu nggak mau menghabiskan sedikit waktu yang tersisa sama aku di negara ini?”“Mas ... kamu ngapain buang uang untuk bayar
Maura dan Gani selesai mandi setelah setengah jam berendam dan saling membantu membersihkan diri. Namun, tidak ada hal mesum yang terjadi saat mandi. Itu semua karena Gani memang tidak serius untuk meminta jatah lagi pada Maura.“Sayang, kamu nggak mau makan di resto bawah?” tanya Gani saat melihat Maura sudah rapi.“Nggak, Mas. Aku mau diet aja deh mulai sekarang.” Maura menjawab santai tapi pasti.“Hah? Diet? Kenapa?” tanya Gani terkejut.“Aku lagi mau memperbaiki kualitas diriku doang sih, Mas. Supaya lebih layak berada di sisi kamu, nggak malu-maluin kamu saat nanti kita jalan bareng.”“Siapa yang ngomong gitu sih? Aku nggak akan malu jalan sama kamu walau kamu gemoy, Sayang.”“Aku doang yang merasa nggak pantas, Mas. Apalagi, nanti pasti banyak yang ngomong gini, ‘itu pelakornya kayak babu, kalah jauh sama istri sah, kok suaminya mau ya?’ dan itu pasti akan menyakitkan banget buat aku, Mas.”Gani tercengang mendengar alasan dan penjelasan Maura kenapa dia ingin diet. Sungguh, tid
Wulan yang baru saja datang ke kediaman Gani untuk melakukan persiapan penyambutan untuk anak dan menantunya, justru disuguhkan dengan pemandangan tak pantas.“Nggak bisa dibiarkan nih kalau begini. Aku harus merekam perbuatan mereka berdua dan biarkan Gani melihat sendiri kelakuan Sarah selama ini,” gumam Wulan penuh tekad.Wulan mengeluarkan ponselnya dan segera merekam kejadian itu dengan hati-hati. Dia lalu menyimpan video mesum Sarah dengan pria yang tak dikenalnya itu sebelum akhirnya datang menghampiri mereka.“Apa yang kalian lakukan di rumah anakku? Kalian berbuat mesum di sini?” tanya Wulan dengan suara lantang dan membuat Sarah terkejut.“Ma-Mama!” serunya dengan nada lirih dan wajah yang memucat.“Kenapa? Kaget liat saya datang mendadak? Saya udah datang dari tadi dan melihat kelakuan tak senonoh kalian di rumah ini. Memalukan kamu, Sarah!” bentak Wulan dengan murka.“Ma, tunggu dulu! Aku bisa jelasin semuanya, Ma. Ini nggak seperti yang Mama liat,” bujuk Sarah dan menggap
“Kamu kaget kan? Ya ... saya punya rekaman kejadian tadi dan akan saya kirim ke Gani sebentar lagi,” ucap Wulan penuh rasa percaya diri.Ucapan Wulan itu tentu saja membuat Sarah menjadi panik dan takut. Dia tidak ingin Gani melihat rekaman yang ada pada Wulan, karena akan membawa kehancuran dalam rumah tangganya.“Mama nggak bisa gitu, dong Ma. Mama emang seniat itu mau bikin aku dan mas Gani bercerai?” tanya Sarah dengan nada tak percaya yang dibuatnya dengan sangat dramatis.Wulan sudah terbiasa dengan gaya Sarah yang seperti itu. “Kamu nggak perlu akting di depan saya, Sarah. Saya tau kalau kamu hanya takut kehilangan semua fasilitas mewah dan materi yang selama ini diberikan Gani untukmu. Bukan karena kamu benar-benar takut berpisah dengan Gani!” ungkap Wulan dengan nada penuh sindiran.Tubuh Sarah menegang dan lidahnya menjadi kelu saat mendengar semua penjabaran dari Wuan itu. Sedikit banyak, yang dikatakan mama mertuanya itu memang benar adanya.“Sebagai seorang perempuan, pas