Ansel menatap titik merah yang berkedip di layar laptopnya dengan senyum mengembang. Dia menyandarkan tubuh di sandaran kursi sambil mendesah lega.Pujaan hatinya hendak menuju ke suatu tempat yang tidak ia ketahui. Anak buahnya sudah mengikuti Ajeng atas perintahnya. Dia ingin wanita itu di bawa ke tempatnya dan tidak akan dia biarkan keluar lagi. Ajeng adalah miliknya. Sejak dulu wanita itu adalah miliknya."Ajeng Maheswari yang sangat cantik," gumamnya sambil mengamati selembar foto di tangannya.Foto yang diam-diam dia ambil saat wanita itu tengah melepaskan gaun di dalam kamar. Begitu seksi dan indah.Tubuh Ansel merasa panas hanya dengan melihat foto-foto Ajeng yang tak senonoh di atas meja kerjanya. Nafasnya memburu dan otaknya mulai membayangkan kakak sepupunya berbaring telanjang di bawahnya."Ajeng!" erangnya sambil memuaskan diri sendiri dengan mata terpejam.Ansel memang sudah gila sejak dulu. Selalu membayangkan hal yang kotor ketika sedang bersama dengan Ajeng. Dia bahka
Ajeng menatap wajah Ella yang begitu pucat. Kedua matanya cekung dan tubuh wanita itu begitu kurus. Kenapa Ella belum juga sembuh? Bukankah sahabatnya sudah menjalani operasi transplantasi sumsum tulang belakang di Singapura?"Kemungkinan dia untuk sembuh juga kecil karena udah di stadium akhir."Perkataan Evan terngiang kembali di telinganya. Benarkah Ella tidak bisa sembuh? Tapi selama ini, wanita itu tidak menunjukkan tanda-tanda terkena penyakit mematikan selama mereka bersama."Kamu ke sini mau mengejek aku ya?" Ella tersenyum sinis, sama sekali tidak cocok dengan kondisi tubuhnya."Bagaimana kabar kamu? Kenapa...kamu masih kelihatan sakit?" Mata Ajeng berkaca-kaca.Pasti sakit sekali menjadi Ella. Berakhir sendirian di dalam penjara dan harus merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuh.Mata Ella sempat membelalak, namun setelah itu dingin. "Kamu cuma mau mengolok-olok kondisiku. Gimana? Kamu senang kan, bisa menjadi satu-satunya istri Mas Evan?"Ajeng menggelengkan kepalan
Semenjak keluar dari rumah sakit, Ella terus memikirkan semuanya. Sikap gegabahnya yang membalas dendam pada Ajeng karena mengira bahwa sang ayah telah berselingkuh dengan Sekar Anjani, hingga fakta yang terkuat bahwa sebenarnya dia hanyalah anak dari sopir pribadi ibunya, membuat Ella memikirkan ulang perbuatannya.Kenyataan ternyata begitu pahit sekaligus menamparnya keras. Membuatnya sadar bahwa derajatnya begitu rendah dibandingkan dengan Ajeng yang selama ini dia kira adalah anak dari seorang wanita murahan.Dia telah melakukan kesalahan yang teramat fatal yang berakibat pada hancurnya hidupnya sendiri. Sekarang ia sungguh menyesal, kenapa menuruti kemauan ibunya untuk menjebak Ajeng agar diperkosa oleh Dimas dan bahkan sampai mengebom rumah Ajeng.Kalau dipikir-pikir, penyakit kanker darah stadium akhir yang dideritanya ini pastilah karma yang dia dapatkan. Hukuman karena dia berselingkuh dari Evan sejak selesai ijab kabul, menjebak Ajeng dan berusaha melenyapkan wanita itu, se
Sebagian besar pelayat sudah pergi meninggalkan area pemakaman umum, meninggalkan Ajeng yang masih meneteskan air mata di pelukan Evan.Kondisinya yang sedang hamil muda membuatnya tidak bisa terlalu larut dalam kesedihan, atau janin di dalam perutnya akan ikut stres."Ikhlaskan. Memang sudah ini jalannya," kata Evan sambil mengelus-elus lengannya."Kalau tahu begini, seharusnya aku kembali ke sini lebih cepat," ucap Ajeng di sela-sela tangisannya."Kita nggak tahu kapan seseorang akan pergi dari dunia ini. Doakan dia diampuni."Tangan Ajeng gemetar ketika mengusap air mata di wajahnya. Dia menatap gundukan tanah yang masih baru dan dipenuhi dengan bunga. Rasanya masih seperti mimpi. Baru juga dia berbicara dengan Ella, lalu tiba-tiba saja wanita itu tergeletak di atas lantai dan menghembuskan nafas terakhir di depan matanya sendiri."Kamu udah maafin dia kan, Mas?" Air mata tidak mau berhenti dari netra Ajeng.Biar bagaimanapun juga, mereka sudah bersahabat sejak tahun awal perkuliah
Semua terjadi begitu cepat. Tubuh Ajeng ditarik menjauh sebelum sebilah pisau tajam menghujam dadanya. Dia bahkan belum sempat mencerna apa yang terjadi ketika Evan menerjang tubuh pria yang menyerangnya."Mas Evan!"Nathan menendang pergelangan tangan si penyerang sampai pisau itu terlepas dan terlempar jauh. Pria bule itu mengambil alih si pelaku setelah Evan melepaskannya."Mas Evan! Kamu berdarah!" Ajeng melepaskan siapapun yang tadi merengkuh tubuhnya dan bergegas menghampiri sang suami. "Mas, tangan kamu kena pisau."Ajeng buru-buru membawa Evan ke mobilnya. Dia melihat Pak Adi yang sudah menunggu di depan mobil dengan wajah khawatir. Matanya membelalak. Jika Pak Adi ada di situ, lantas siapa yang tadi menarik dan memeluknya dari belakang?"Mari saya obati, Tuan. Di dalam ada kotak P3K," kata Pak Adi sambil terburu-buru membuka pintu mobil dan mencari kotak yang dimaksud.Ajeng menyuruh Evan untuk duduk di kursi tengah. Sebelum ikut masuk, dia menoleh ke belakang untuk melihat s
"Kenapa kamu mau menjadi kaki tangan Ansel?" tanya Susno sekali lagi.Broto yang keadaannya masih lemah dan babak belur dan terikat di kursi tetap tidak mau menjawab. Geram, Susno menendang perut pria itu untuk yang kesekian kalinya.Bertahun-tahun dia menantikan momen ini untuk menghajar perusak rumah tangganya. Laki-laki tidak tahu diri yang menjadi parasit dan menghisap hartanya melalui Puspa dan Ella. Betapa tidak tahu dirinya pria miskin itu."Kamu sudah dijanjikan apa sama anak ingusan itu? Harta? Jabatan?" Susno mendengkus. "Anak itu saja masih bergantung di bawah ketiak ayahnya. Mau-mau saja kamu dimanfaatkan sama anak bau kencur. Broto...Broto! Kamu itu benar-benar nggak tahu terima kasih. Masih untung aku mau menampung kamu biar nggak jadi gelandangan."Ya, Broto adalah teman sekolahnya dulu. Pria yang pernah menjadi tetangganya ketika dia masih tinggal di Malang. Pria yang juga membantunya untuk mendapatkan Sekar Anjani, namun digagalkan oleh Mark.Ditinggal mati oleh kedua
"Aku memiliki beberapa kandidat buronan yang dimaksud oleh Broto. Jika yang dimaksud dia adalah buronan internasional, maka aku punya beberapa nama," kata Nathan setelah mengetikkan sesuatu di laptop milik Evan.Ketika Susno menyiksa Broto di rumah pria itu agar mengaku, mereka berdua memang diam-diam mendengarkan di luar ruangan. Bukan atas kemauan sendiri, melainkan atas saran dari Susno. Pria itu sengaja membiarkan pintu ruangan tersebut sedikit terbuka agar mereka bisa mendengarkan dengan jelas.Meski enggan untuk mengakui, tapi Evan akhirnya yakin bahwa Susno memang benar-benar bukanlah penguntit yang terobsesi dengan ibu mertuanya. Ternyata pria itu hanya belum bisa move on dari rasa cinta yang benar-benar tulus untuk Sekar, tapi caranya salah dan menimbulkan petaka bagi Ajeng.Selama ini Susno memang menyewa orang untuk terus mengikuti Sekar dan Ajeng, semata-mata untuk melindungi kedua perempuan itu dari serangan Puspa dan Ella. Sejak menikah dengan Puspa, wanita itu memang sa
"Eh, sayang? Kok udah bangun? Kamu mau apa? Pengen makan sesuatu?" Evan buru-buru mendekati Ajeng yang sudah siap menangis.Dia tidak pernah menghadapi ibu hamil, tapi ibunya sering mengomel tentang bagaimana kebiasaan ibu hamil sampai kupingnya terasa panas dan akhirnya hafal di luar kepala."Mau makan yang asem-asem? Rujak atau apa gitu? Aku nggak kembali ke kantor kok. Papa yang handle soalnya tahu kamu lagi berduka. Yuk, kita makan siang. Atau kamu mau makan di luar?" Sebisa mungkin Evan mengalihkan perhatian istrinya agar tidak berpikiran yang terlalu berat."Tapi tadi kamu bilang...""Kamu salah dengar. Tadi Nathan membahas soal Elena yang dulu dikuntit sama orang asing.""Tapi tadi kamu teriak....""Ssshhh, aku cuma niruin dialog di film. Ayo, kamu mau makan apa? Atau kita balik ke kamar?""Hah? Tapi aku yakin tadi....mmmhhhh!"Cara ampuh untuk membungkam perempuan adalah dengan membuatnya terlena. Evan sudah menguasai teknik untuk membuat istrinya kehilangan fokus. Dia menyung