Share

Bab 5 - Kunjungan Keluarga Arkana

"Sepertinya kau sangat berharap tinggal bersamaku," sindir Arkana dengan pandangan remeh membuat Kanaya melengos tajam.

Gadis itu menggeleng cepat diiringi seringai sinis yang tak kalah meremehkan.

"Bukan begitu, aku hanya tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain apalagi diriku juga sudah bersuami." Otak encernya masih terus bekerja. Dia tidak ingin menjadi yang paling tertindas dalam hubungan tidak sehat itu. "Jadi tolong biarkan aku pergi dari kehidupanmu," pintanya memelas.

Arkana terdiam dengan dahi mengkerut tajam. Dua jarinya ikut naik memijit kening seperti sedang berpikir keras. Sementara Kanaya tidak ingin membuang kesempatan dan dia terus saja berbicara.

"Selangkah lagi kita akan memasuki area perkotaan. Itu artinya kita sudah keluar dari tanah Pegunungan Rosellie. Kita bisa membebaskan diri dari ikatan karma itu," ucapnya meyakinkan.

"Kau yakin bisa semudah itu?"

Arkana masih menyatakan keraguan hatinya, sementara Kanaya sudah terlanjur yakin.

"Ah, anggap saja itu sebuah musibah kecil yang akan mereda seiring waktu."

"Maksudmu?"

"Kita perlu sepakati ini, Arkana. Aku akan pulang ke kampung dan kembali pada suamiku, lalu kau tetap menjalani kebahagiaan bersama istrimu."

Kanaya dengan antusias memperjelas maksud dari ucapannya dan memicu rasa terkejut di wajah Arkana.

"Jadi, kau sudah menikah?" tanya Arkana tidak percaya. "Mana buktinya?"

Arkana perlu pembuktian dan Kanaya terkekeh pelan sambil berupaya menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"S-sebenarnya aku punya bukti, tetapi semua identitas, dompet, tas, dan koperku raib entah ke mana." Kanaya berkilah.

Dia tidak ingin kebohongannya sampai terungkap saat itu juga sebab niatnya cuma satu, yaitu kabur dari kehidupan Arkana.

"Kalau begitu buktikan dengan cara lain, seperti kalung atau cincin pernikahan. Maka aku akan langsung mengizinkanmu pulang."

Arkana seperti ingin mencari celah dan itu membuat posisi Kanaya semakin tidak aman.

"Huh! Kau tidak punya hak untuk menahanku, Arkana!" protesnya tidak terima.

Ekspresi wajahnya yang cemberut memicu gelak tawa dari Arkana yang terlihat mulai lunak.

"Jangan lupa kita masih suami istri, Ratu Kanaya Rozana."

Arkana kembali menekan dengan menyebutkan nama lengkap yang tidak disukai oleh Kanaya, sebab baginya hanya akan memancing kenangan masa lalu dan membuat hati mencelos.

"Hah! Itu cuma permainan Karma Rosellie dan kita bukan penduduk aslinya, bukan?" Bibirnya bersungut gencar. "Lalu kenapa harus diambil pusing?"

Entah berapa kali Kanaya meyakinkan Arkana, hingga lelaki itu terlihat mengangguk paham dan mulai menerima alasan gadis itu.

"Baiklah, Naya. Jika itu mau kamu. Tapi jangan salahkan aku kalau sampai terjadi bahaya dalam perjalananmu nanti."

Kanaya terkekeh geli sambil memutar kedua bola matanya.

"Haish! Lebih baik menanggung karma itu sendirian daripada harus menjadi pelakor dalam rumah tangga orang."

Dengan penuh percaya diri, gadis itu bangkit dan bersiap menuju mobil. Disusul Arkana dari belakang dengan perasaan bercampur aduk.

Sungguh apa yang dikatakan Kanaya benar-benar membuat jantungnya bagai ditalu.

"Kau yakin, cara ini akan berhasil?" tanya Arkana kembali memastikan dan Kanaya mengangguk mantap.

"Selama kita berniat tulus untuk tidak mengganggu ketenteraman orang lain, kenapa tidak?"

"Baiklah kalau begitu. Aku ikut apa katamu."

Arkana mulai yakin pada keputusan. Selama dalam perjalanan, keduanya berbincang cukup ramah. Tidak seperti pertama kali mereka bertemu atau terakhir di terminal kota persinggahan.

"Kau pasti akan merindukanku bila tiba di kampung nanti," canda Arkana.

"Untuk apa aku merindukanmu, Arkana? Bahkan rindu itu sudah terkubur semenjak kau meninggalkan kota Etnik," balas Kanaya dalam tawa renyah yang khas.

Arkana merasa seperti kembali ke zaman sebelum hari mereka berpisah selamanya.

"Wah! Memangnya hatimu terbuat dari apa, Naya? Kau bahkan jauh lebih tegar dari yang kuduga."

Tawa renyah kembali pecah seiring canda lepas yang mengalir bagai bendungan jebol. Entah apa yang membuat semuanya terasa begitu alami hingga tiba di persimpangan kota Bougenville, Kanaya bersiap keluar dari mobil dan akan pergi dari sana.

"Selamat malam."

Sejenak, dia menoleh pada Arkana yang juga menatapnya dari balik kaca mobil. Keduanya sudah sepakat untuk saling melepas demi kehidupan masing-masing.

"Malam juga! Hati-hati, titipkan salamku pada Bani!" pekik Arkana lantang dan diangguk setuju oleh Kanaya.

"Baiklah, akan kusampaikan padanya dan bisa dipastikan adikku itu akan mengumpat tiada henti!" Keduanya kembali tergelak sebelum akhirnya mulai berpisah.

Mobil Arkana melaju pelan. Sejujurnya, dia juga tidak ingin merusak hubungan pernikahan dengan sang istri yang telah terjalin selama dua tahun tanpa tersandung badai sedikitpun.

Jika hari ini dia membawa Kanaya dalam hidupnya, itu sama saja menyerahkan nasib rumah tangganya di ujung tanduk.

"Hah! Sial!" umpat hati Arkana sembari membuang napas kasar. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Mata elangnya masih mencoba untuk menelusur jejak gadis yang hadir bagai mimpi itu. "Bahkan bayangannya saja masih terlihat jelas," gumamnya tidak percaya.

Kanaya terus berdiri memandangi mobil Arkana yang bergerak maju. Masih tercetak jelas dalam ingatan ketika Arkana berjuang menarik tubuhnya dari atas batu ceper yang tiba-tiba bergeser membawa dirinya ke dasar jurang.

Sayangnya, tindakan Arkana gagal dan serentak ikut terseret di kedalaman kurang lebih dua meter itu hingga akhirnya mereka terjebak dalam karma Rosellie.

"Huh! Sungguh mimpi buruk."

Kanaya menggeleng kecil dan sigap bergerak menyeberangi jalan raya sepi lalulintas. Dalam hatinya bertekad untuk mengubur dalam-dalam semua mimpi buruk itu.

Sementara netra Arkana masih bergerak liar menelisik pergerakan lamban gadis itu.

Lalu, dini hari itu, dalam sekejap ekor matanya menangkap sebuah pergerakan mobil melaju menuju arah di mana Kanaya berada.

Suara mobil menabrak sesuatu, diikuti tubuh Kanaya yang terpental jauh, membuat wajah Arkana memucat.

"Kanaya!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status