Share

Bab 6 - Terseret Karma

"Argh! Sakit."                                    

Ujung hidung Kanaya menangkap aroma yang paling tidak dia sukai sepanjang hidup. Aroma pembersih ruangan yang bercampur obat, juga pendingin ruangan.

Saat dia berjuang untuk bangkit, sekujur tubuhnya terasa berat dan tidak bisa bergerak.

Dia baru tersadar kalau beberapa peralatan medis terpasang di tubuhnya.

"Bagaimana aku bisa berada di sini?" gumamnya sembari mencoba mengingat sesuatu yang tertinggal.

Tidak lama dari itu, kemunculan Arkana secara perlahan membantu menyegarkan proses memorinya.

"Syukurlah kau sudah sadar," ucap pria itu dengan tarikan napas lega.

Jika Arkana tampak mulai bisa mengontrol emosinya dengan baik, justru tidak dengan Kanaya.

Tubuh gadis itu terlihat sangat lemah, tetapi ekor matanya bisa terbaca dengan jelas bahwa dia merasa tidak nyaman saat mendapati kehadiran Arkana.

"K-kau di sini?" Baginya ini momen terburuk yang pernah ada. Dia tidak suka menjadi tidak berdaya di depan lelaki yang pernah menyakitinya. "B-bukannya kita sudah berpisah tadi?"

Arkana tersenyum miris. Mendengar kata 'tadi' yang diucapkan Kanaya, membuatnya tak tahan untuk tidak menjelaskan sesuatu kepadanya.

"Tadi? Bagaimana kau bisa berpikir kalau kejadian itu baru saja terjadi, padahal ragamu sudah terkapar di sini sejak dua mingguan?" sentil Arkana dengan nada kelakar, memicu rasa terkejut pada Kanaya.

“D-dua minggu?” Sontak, Kanaya terkejut bukan main. "Ah, memangnya aku kenapa dan bagaimana mungkin bisa tak sadarkan diri selama itu?"

"Kau bahkan tidak pernah tahu betapa susahnya aku berjuang membagi waktuku untuk menjagamu siang dan malam." Arkana kembali berbicara dengan nada sedikit lunak walau terkesan datar. "Semua ini karena keras kepalamu itu, padahal sudah kuperingatkan tentang karma Rosellie yang tidak main-main. Akan tetapi, kau masih saja melawan. Sekarang, lihatlah apa yang terjadi padamu."

Kanaya terdiam sambil mencoba mencerna setiap perkataan Arkana yang dirasa ada benarnya.

Satu yang membuatnya gagal paham, harusnya Arkana sudah menghubungi pihak keluarga Kanaya, daripada susah payah menunggu sendirian selama kurang lebih dua minggu.

"Oh, maafkan aku sudah membuatmu sulit." Kanaya berucap lirih sambil menarik napas berat. "T-tapi tidak perlu repot begitu. Harusnya kau kontak saja si Bani lewat ponselku," lanjutnya lemah, tetapi bernada sensitif.

Jujur, emosi Kanaya saat ini memang sedang labil. Jiwa itu kembali terpuruk saat mendapati raganya sedang tidak baik-baik saja.

Di balik itu, dia sangat berharap Arkana bisa segera pergi dari hadapannya. Namun, lelaki bertubuh jangkung tersebut memiliki alasan yang lebih kuat terhadap tindakannya.

"Kurasa otakmu bisa nalar, kan? Karma Rosellie itu bisa merenggut nyawa siapa pun yang membangkang. Jika kau saja mengalami hal begini, lalu bagaimana denganku yang seharusnya bertanggung jawab atas insiden itu?"

Arkana sekali lagi melempar perkataan yang terkesan menyudutkan.

“….” Kanaya hanya bisa terdiam, berusaha mencerna perkataan panjang Arkana.

“Aku tidak ingin menjadi korban seperti dirimu, apalagi sampai membuang waktu berharga bersama putriku hanya untuk terkapar di rumah sakit," tekannya mengelak.

Kanaya meringis sambil melepas senyum getir. "Ya, memang ini salahku. Tapi kau bisa memanggil Bani untuk menemaniku di sini agar tidak mengganggu waktumu," sangkalnya menanggapi kalimat pedas Arkana.

Meski menyadari kecerobohan itu, dia tetap bersikukuh dalam ketidakberdayaannya. Mencari alasan agar tidak lagi terhubung dengan lelaki itu.

Namun, lelaki itu seolah tidak ingin memberinya kesempatan kedua untuk melakukan kecerobohan.

"Sudah, Naya. Jangan mengalihkan pembicaraan. Mulai sekarang menurutlah. Pulang bersamaku dan tinggal denganku."

Lagi, Arkana menekan setiap perkataannya membuat Kanaya menatap sendu ke arahnya.

"Lalu bagaimana dengan istrimu, dan apa kabar pula suamiku?" tanya Kanaya dengan rasa letih.

Dia tidak ingin terlibat dalam hubungan aneh yang hanya akan menjatuhkan harga dirinya sebagai gadis suci yang bermartabat.

Kanaya masih melirik canggung kala pria itu melepas tawa ejekan.

"Hentikan omong kosongmu. Aku sudah mencari tahu semua tentangmu. Kau masih sama seperti dulu … Ratu Kanaya Rozana yang belum menikah."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status