Vea baru keluar dari kamarnya mau segera melihat suami di dalam kamar sendirian, atau dia akan bergantian untuk menjaga suaminya dengan orang yang tadi malam, bisa Silvi atau Ria, ternyata di dalam sana sudah terlihat Silvi. "Kamu belum tidur?" Wanita itu mendekati Silvi yang masih terjaga sampai pagi dan tidak bangun dari duduknya hanya untuk menemani suami. "Belum Vea, kamu belum mandi? Kan di rumah ini ada peraturan kalau nanti sarapan harus mandi dulu." "Aku ingat, tapi suasana di rumah ini tidak sama lagi, aku rasa lebih baik kamu istirahat dan biarkan aku yang berjaga di sini menggantikan kamu." "Tidak perlu Vea, biarkan aku yang berjaga di sini. Mas Wiliam tetap mau aku yang menjaganya." "Dari mana kamu tau Wiliam maunya kamu? Wiliam saja tidak bicara, ayolah Silvi, kamu harus istirahat dan nanti bisa bergantian lagi, aku takut kamu sakit." Silvi bangun dari tempat duduknya, demi menjaga perasaan Vea yang mau bersedia bangun pagi walaupun tadi malam juga membantunya me
"Rasakan kamu, Helena!" Setelah mengikat tangan dan kaki Helena. Sekarang Vea mendorongnya sampai jatuh ke lantai. 'Bug!' Helena tersadar dari tidur nyamannya. Vea masih membetulkan posisi tidur Wiliam di atas tempat tidur seperti semula. "Kamu! Kenapa kamu mengganggu tidurku? Aku tidak boleh tidur di kamarmu, sekarang kamar kekasihku juga tidak boleh?" "Iyalah, kalian belum menikah, mana boleh satu tempat tidur, aku yang berhak tidur di kamar ini karena statusku sebagai istri." Helena tidak bisa bangkit dari lantai karena tangan dan kakinya terikat oleh tali. "Sialan kamu Vea! Lepaskan tangan dan kakiku dulu!" "Tidak mau! Tidurlah di lantai, tempat itu cocok untuk kamu, bahkan kamu bisa berada dekat dengan kekasihmu ini." Vea hampir ingin menertawakan Helena, tetapi Wiliam mau tertidur karena tadi sudah meminum obat. "Tidurlah Wiliam, kamu harus banyak istirahat agar cepat sembuh." Vea menyelimuti Wiliam. Sedangkan Helena membuat keributan dengan mencoba berteriak agar
Silvi masuk ke dalam kamar melihat suaminya sekarang duduk. Terlihat jika Wiliam tersenyum ke arah Silvi yang kaget dengan keajaiban ini. "Mas Wiliam. Kamu sembuh?" "I-iya, Silvi." Walaupun Wiliam masih terbata-bata berbicara, setidaknya Wiliam sudah bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya bahkan bisa bicara. "Mas. Aku senang kamu perlahan sembuh." Silvi mendekati suaminya dan memeluk dengan rasa syukur karena kondisi suaminya membaik sekarang. "Selamat Mas. Kamu akan sembuh total seperti dulu, aku akan panggil Vea dan Ria dulu, mereka masih di luar." "Iya, Silvi." Wiliam sangat senang bisa bicara sama istrinya lagi, tadinya saat mereka tengah sibuk mengusir Helena, Wiliam mau mencegah ketiga istrinya itu agar tidak disakiti oleh Helena, tetapi tangan dan kakinya bisa digerakkan begitu saja namun Wiliam masih harus berlatih untuk melakukan pergerakan agar lancar seperti dulu. Saat Silvi keluar dari kamar, terdengar suara orang memanggilnya namanya beberapa kali. "Mas Wili
Pagi hari ketika Vea baru pulang dari tempat kerjanya, ternyata sudah ada Helena di depan pagar rumah mau masuk ke dalam tetapi tidak ada yang membuka pintu gerbangnya. "Kamu! Untuk apa kamu datang ke rumah suamiku lagi?" Helena terlihat tidak menyukai Vea yang baru datang dengan bau badan yang menurutnya tidak sedap. "Bauuuu." "Namanya juga baru pulang kerja, masa iya harum terus." Vea sudah terbiasa dengan penghinaan itu karena orang semacam Helena sudah terbiasa merendahkan orang lain. Padahal badan Vea tidak bau sama sekali karena dia bekerja di tempat yang ber AC. "Aku mau masuk ke dalam rumah. Buka pintunya dan pertemukan aku dengan Wiliam." Vea menaikkan satu alisnya di depan pelakor itu, terutama permintaan ini orang sesuatu yang tidak bisa diterima. "Pergilah! Aku tidak akan membiarkan kamu masuk ke dalam rumah. Sudah berapa jam kamu berdiri di sini? Pasti orang yang ada di dalam juga tidak mau kamu masuk!" "Jangan banyak bicara lagi, sekarang buka gerbangnya atau
Wiliam masih terus menolak kehadiran Helena, sampai akhirnya Wiliam melirik ke arah Ria yang memiliki tubuh yang cukup berisi untuk membawa keluar dari rumahnya. "Bawa dia keluar, Ria!" "Baik Mas Wiliam." Ria segera menarik paksa Helena keluar dari kamar dan mengusirnya keluar rumah tanpa menggunakan hati lagi. "Keluar kamu pelakor!" Tidak sia-sia selama ini Ria makan banyak sampai memiliki tenaga banyak untuk menarik tubuh Helena yang lebih tinggi daripada dirinya. "Hey, aku masih mau bicara sama Wiliam. Kenapa kamu mengeluarkan aku? Kamu lihat sendiri sekarang Wiliam sudah bisa bicara, itu artinya aku memiliki kesempatan untuk dekat dengannya." "Tapi hanya dalam mimpi!" Ditutupnya pintu gerbang oleh Ria dan menguncinya rapat agar wanita penggoda itu tidak bisa masuk ke dalam rumah suaminya. Silvi juga Vea memeluk suaminya dari samping sebagai tanda kebahagiaan yang mereka rasakan atas suaminya bisa bicara lagi. "Selamat Mas kamu bisa bicara sekarang. Aku merindukan ka
Silvi sudah keluar dari kamar mandi melihat suaminya menatapnya begitu tajam, "Ada apa?" tanyanya mendekati Wiliam. "Tolong kamu ambilkan ponselku dan hubungi seseorang yang tulisannya X dan dekatkan ke telinga aku." "Baiklah." Silvi tidak banyak bertanya, tangannya segera mengambil ponsel suaminya yang mengira Wiliam mau menghubungi rekan kerja karena sudah beberapa hari juga Wiliam tidak masuk kerja. Dihubungi nama bertuliskan X dan didekatkan ke telinga suaminya saat X itu sudah mengangkat teleponnya. ["Ada apa Bos Wiliam?"] ["Aku mau kamu menakut-nakuti seseorang yang bernama Helena, atau kamu culik dia dan ancam dia sampai dia tidak bisa ke rumahku."] ["Semua itu bisa diatur Bos, tinggal kirim foto dan alamat orangnya dan transferan jangan lupa."] ["Baiklah, aku akan segera transfer uang padamu. Lakukan tugas dengan sebaik mungkin, aku tidak mau mendengar kata gagal."] ["Mengerti Bos, laksanakan."] Wiliam melihat ke arah Silvi yang mendengar tadi, "Sudah, aku minta tol
"Silvi, ada pergerakan dari tangan Cici, segera panggil dokter untuk datang ke sini." Wiliam melihat tangan Cici bergerak-gerak beberapa kali, dan Silvi juga melihat sendiri apa yang dikatakan suaminya memang benar. "Iya, Mas. Kamu tunggu di sini dulu." Silvi berlarian mencari dokter yang ada di sana, tetapi belum ada dokter sampai Silvi masuk ke dalam ruangan dokter dan tiba-tiba terkunci di dalam sana sendirian. "Heyyy! Buka pintunya!" Di saat Silvi tengah sibuk mencari jalan keluar dari ruangan dokter yang dikunci, ternyata ada seseorang yang menyamar menjadi dokter, seorang perempuan yang sekarang menggunakan masker berwarna hijau dan penutup kepala. "Silakan Bapak dimohon keluar dulu." "Baik, Dok.* Wiliam tidak mencurigai orang yang datang dengan menggunakan seragam dokter itu. Dia keluar dan berharap kalau Cici akan segera sadarkan diri. "Selamat tinggal istri ketiga Wiliam!" Di bukanya masker hijau yang dikenakannya, dan dia membawa suntikan beracun yang akan memb
Di dalam rumah Wiliam hanya ada Ria yang belum juga memejamkan matanya ketika malam hari, dia menunggu kabar dari Silvi yang belum mau membalas pesannya mengenai kondisi Cici terbaru. "Kita sudah sampai," ucap Cici yang masuk lebih dulu daripada Silvi dan suaminya. Ria melihat dan mendengar jelas kalau yang di depannya adalah Cici yang suka sekali membuat kehebohan di rumah itu bersamanya ketika malam hari di lantai dua. "Cici, apa benar ini kamu?" "Kak Ria, apa kabar? Benar ini aku Kak, sekarang aku sudah boleh pulang." Cici berhadapan dengan Ria yang dulunya super jutek kepadanya, sekarang bisa sangat peduli dan sayang menganggap dirinya saudara kandung. "Aku tidak salah lihat kan?" "Tidak Kak Ria. Kamu melihat aku di hadapan kamu, memang aku seperti hantu?" "Bukan begitu Cici, aku hanya takut kehilangan kamu saat masih di rumah sakit, kamu tidak ada pergerakan sama sekali." Diraihnya lengan Cici dan dipeluk sampai Ria meneteskan air mata kebahagiaan. Sedangkan Wiliam d