Home / Pernikahan / Menjadi Istri Ke Empat CEO / Bab 102. Rencana Pelakor Gagal

Share

Bab 102. Rencana Pelakor Gagal

Author: Rifat Nabilah
last update Last Updated: 2024-09-05 18:08:26

Silvi masuk ke dalam kamar melihat suaminya sekarang duduk. Terlihat jika Wiliam tersenyum ke arah Silvi yang kaget dengan keajaiban ini.

"Mas Wiliam. Kamu sembuh?"

"I-iya, Silvi."

Walaupun Wiliam masih terbata-bata berbicara, setidaknya Wiliam sudah bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya bahkan bisa bicara.

"Mas. Aku senang kamu perlahan sembuh."

Silvi mendekati suaminya dan memeluk dengan rasa syukur karena kondisi suaminya membaik sekarang.

"Selamat Mas. Kamu akan sembuh total seperti dulu, aku akan panggil Vea dan Ria dulu, mereka masih di luar."

"Iya, Silvi."

Wiliam sangat senang bisa bicara sama istrinya lagi, tadinya saat mereka tengah sibuk mengusir Helena, Wiliam mau mencegah ketiga istrinya itu agar tidak disakiti oleh Helena, tetapi tangan dan kakinya bisa digerakkan begitu saja namun Wiliam masih harus berlatih untuk melakukan pergerakan agar lancar seperti dulu.

Saat Silvi keluar dari kamar, terdengar suara orang memanggilnya namanya beberapa kali.

"Mas Wili
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 103. Wiliam Bicara

    Pagi hari ketika Vea baru pulang dari tempat kerjanya, ternyata sudah ada Helena di depan pagar rumah mau masuk ke dalam tetapi tidak ada yang membuka pintu gerbangnya. "Kamu! Untuk apa kamu datang ke rumah suamiku lagi?" Helena terlihat tidak menyukai Vea yang baru datang dengan bau badan yang menurutnya tidak sedap. "Bauuuu." "Namanya juga baru pulang kerja, masa iya harum terus." Vea sudah terbiasa dengan penghinaan itu karena orang semacam Helena sudah terbiasa merendahkan orang lain. Padahal badan Vea tidak bau sama sekali karena dia bekerja di tempat yang ber AC. "Aku mau masuk ke dalam rumah. Buka pintunya dan pertemukan aku dengan Wiliam." Vea menaikkan satu alisnya di depan pelakor itu, terutama permintaan ini orang sesuatu yang tidak bisa diterima. "Pergilah! Aku tidak akan membiarkan kamu masuk ke dalam rumah. Sudah berapa jam kamu berdiri di sini? Pasti orang yang ada di dalam juga tidak mau kamu masuk!" "Jangan banyak bicara lagi, sekarang buka gerbangnya atau

    Last Updated : 2024-09-06
  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 104. Manja Sama Istri Pertama

    Wiliam masih terus menolak kehadiran Helena, sampai akhirnya Wiliam melirik ke arah Ria yang memiliki tubuh yang cukup berisi untuk membawa keluar dari rumahnya. "Bawa dia keluar, Ria!" "Baik Mas Wiliam." Ria segera menarik paksa Helena keluar dari kamar dan mengusirnya keluar rumah tanpa menggunakan hati lagi. "Keluar kamu pelakor!" Tidak sia-sia selama ini Ria makan banyak sampai memiliki tenaga banyak untuk menarik tubuh Helena yang lebih tinggi daripada dirinya. "Hey, aku masih mau bicara sama Wiliam. Kenapa kamu mengeluarkan aku? Kamu lihat sendiri sekarang Wiliam sudah bisa bicara, itu artinya aku memiliki kesempatan untuk dekat dengannya." "Tapi hanya dalam mimpi!" Ditutupnya pintu gerbang oleh Ria dan menguncinya rapat agar wanita penggoda itu tidak bisa masuk ke dalam rumah suaminya. Silvi juga Vea memeluk suaminya dari samping sebagai tanda kebahagiaan yang mereka rasakan atas suaminya bisa bicara lagi. "Selamat Mas kamu bisa bicara sekarang. Aku merindukan ka

    Last Updated : 2024-09-06
  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 105. Rencana Menculik

    Silvi sudah keluar dari kamar mandi melihat suaminya menatapnya begitu tajam, "Ada apa?" tanyanya mendekati Wiliam. "Tolong kamu ambilkan ponselku dan hubungi seseorang yang tulisannya X dan dekatkan ke telinga aku." "Baiklah." Silvi tidak banyak bertanya, tangannya segera mengambil ponsel suaminya yang mengira Wiliam mau menghubungi rekan kerja karena sudah beberapa hari juga Wiliam tidak masuk kerja. Dihubungi nama bertuliskan X dan didekatkan ke telinga suaminya saat X itu sudah mengangkat teleponnya. ["Ada apa Bos Wiliam?"] ["Aku mau kamu menakut-nakuti seseorang yang bernama Helena, atau kamu culik dia dan ancam dia sampai dia tidak bisa ke rumahku."] ["Semua itu bisa diatur Bos, tinggal kirim foto dan alamat orangnya dan transferan jangan lupa."] ["Baiklah, aku akan segera transfer uang padamu. Lakukan tugas dengan sebaik mungkin, aku tidak mau mendengar kata gagal."] ["Mengerti Bos, laksanakan."] Wiliam melihat ke arah Silvi yang mendengar tadi, "Sudah, aku minta tol

    Last Updated : 2024-09-07
  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 106. Tewas!

    "Silvi, ada pergerakan dari tangan Cici, segera panggil dokter untuk datang ke sini." Wiliam melihat tangan Cici bergerak-gerak beberapa kali, dan Silvi juga melihat sendiri apa yang dikatakan suaminya memang benar. "Iya, Mas. Kamu tunggu di sini dulu." Silvi berlarian mencari dokter yang ada di sana, tetapi belum ada dokter sampai Silvi masuk ke dalam ruangan dokter dan tiba-tiba terkunci di dalam sana sendirian. "Heyyy! Buka pintunya!" Di saat Silvi tengah sibuk mencari jalan keluar dari ruangan dokter yang dikunci, ternyata ada seseorang yang menyamar menjadi dokter, seorang perempuan yang sekarang menggunakan masker berwarna hijau dan penutup kepala. "Silakan Bapak dimohon keluar dulu." "Baik, Dok.* Wiliam tidak mencurigai orang yang datang dengan menggunakan seragam dokter itu. Dia keluar dan berharap kalau Cici akan segera sadarkan diri. "Selamat tinggal istri ketiga Wiliam!" Di bukanya masker hijau yang dikenakannya, dan dia membawa suntikan beracun yang akan memb

    Last Updated : 2024-09-08
  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 107. Pulang Setelah Kritis

    Di dalam rumah Wiliam hanya ada Ria yang belum juga memejamkan matanya ketika malam hari, dia menunggu kabar dari Silvi yang belum mau membalas pesannya mengenai kondisi Cici terbaru. "Kita sudah sampai," ucap Cici yang masuk lebih dulu daripada Silvi dan suaminya. Ria melihat dan mendengar jelas kalau yang di depannya adalah Cici yang suka sekali membuat kehebohan di rumah itu bersamanya ketika malam hari di lantai dua. "Cici, apa benar ini kamu?" "Kak Ria, apa kabar? Benar ini aku Kak, sekarang aku sudah boleh pulang." Cici berhadapan dengan Ria yang dulunya super jutek kepadanya, sekarang bisa sangat peduli dan sayang menganggap dirinya saudara kandung. "Aku tidak salah lihat kan?" "Tidak Kak Ria. Kamu melihat aku di hadapan kamu, memang aku seperti hantu?" "Bukan begitu Cici, aku hanya takut kehilangan kamu saat masih di rumah sakit, kamu tidak ada pergerakan sama sekali." Diraihnya lengan Cici dan dipeluk sampai Ria meneteskan air mata kebahagiaan. Sedangkan Wiliam d

    Last Updated : 2024-09-09
  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 108. Kejadian Yang Dirahasiakan

    Wiliam membuka matanya setelah mendengar ada seseorang yang membuka pintu rumah. "Vea!" Pria itu ingin sekali melihat Vea yang baru pulang bekerja, tetapi dia masih belum bisa menggerakkan kakinya secara normal. "Sial! Aku harus sabar sampai Vea sendiri yang datang." Vea yang masuk tanpa bicara melihat lampu atas menyala dan kamar Cici juga menyala langsung naik ke atas penasaran siapa yang ada di sana karena setelah kecelakaan itu lampu atas dimatikan. "Siapa di dalam?" Saat Vea membuka pintu. Ternyata ada Ria dan Cici yang tertidur di lantai dengan gaya yang berantakan, belum lagi banyak kacang-kacang di sekeliling lantai, dan makanan ringan yang hampir habis. "Astaga! Siapa yang memakan ini semua? Apa Ria dan Cici? Loh, Cici sudah pulang, bukannya dia masih kritis di rumah sakit, tapi masa gaya tidurnya seperti orang normal?" Vea penasaran dengan apa yang dilihatnya, sekilas mata Cici terbuka perlahan melihat ada seseorang yang berbicara sangat dekat dengannya. "Vea,

    Last Updated : 2024-09-09
  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 109. Kejutan

    Pagi hari ketika semuanya sudah bangun dan Vea terlihat mengambil beberapa makanan yang sudah disediakan oleh Ria di meja makan. "Selamat pagi. Kalian sudah pada makan?" Wiliam datang bersama Silvi yang baru saja selesai mandi dan terlihat ada Vea yang membawa makanan di tangannya. "Ini sedang makan Wiliam, segera kamu sama Silvi makan, menyesal kalau tidak makan masakan Ria." Vea duduk dengan tangannya yang tidak melepaskan makanannya. Dan Ria masih sibuk di dapur untuk memasak menu penutup untuk semua orang di sana, sedangkan Cici tengah makan tanpa mempedulikan siapapun yang terpenting dia makan yang banyak. "Kalau begitu kamu mau aku ambilkan, Mas?" Silvi sudah duduk di kursinya, tetapi dia tetap mau melayani suaminya dulu sebelum dirinya makan. "Biarkan Vea yang menyiapkan makanan untuk aku," ucap Wiliam membuat semua orang yang ada di sana melirik ke arah Vea yang masih sibuk makan. "Biarkan Silvi saja Wiliam, aku sedang sibuk makan, dia tau selera kamu seperti apa,

    Last Updated : 2024-09-10
  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 110. Pesta

    "Di mana Ria dan Cici?" Wiliam belum melihatnya sampai menunggu lama di dalam mobil bersama Silvi dan Vea yang sudah ada bersamanya dari tadi. "Mereka heboh Mas, biarkan mereka melakukannya Mas, lagipula mereka tidak sama seperti aku dan Vea yang berpenampilan seadanya." Silvi tahu kalau penampilan adalah segalanya untuk seorang model seperti Cici dan Ria yang mengikuti jejak Cici tidak mau kalah, sedangkan Vea hanya menggunakan polesan make-up yang tipis saja bersamanya ketika di kamar, itupun sudah lebih dari cukup. "Acaranya sampai jam berapa Wiliam?" "Jam dia bekas malam, tapi kalian bisa pulang kapanpun kalau tidak betah berasa di sana." "Iya, aku juga tidak terlalu betah kalau berlama-lama di dalam pesta, karena banyak orang." Vea mengatakan sejujurnya kalau dia kurang menyukai pesta dan hanya pergi ketika ada orang hajatan pernikahan, itupun dia tidak begitu memikirkannya, kalau mau datang kalau tidak menitipkannya pada temannya yang mau datang. "Sabar Vea, Mas Wilia

    Last Updated : 2024-09-11

Latest chapter

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 126. Akhir Yang Bahagia

    ["Silvi, apa ini kamu?"] ["Benar, Mas. Ini jelas aku, ada yang bisa aku bantu untuk membantu Mas?"] ["Tolong aku, berikan apa yang Vea minta sama kita waktu di rumah sakit, kamu tolong investasi ke tempat kerja Vea, tapi kamu juga harus berikan penjagaan ketat untuk setiap yang masuk ke dalam sana, aturlah bagaimana caranya, itu terserah kamu."] ["Baiklah Mas, aku akan lakukan sekarang."] ["Terima kasih Silvi, kamu bisa aku andalkan, sekarang aku baru sampai di rumah sakit, nanti hubungi aku kalau kamu sudah selesai mengurus semuanya."] ["Ok, Mas."] Wiliam memutus sambungan teleponnya. Ria menunggu apa yang dibicarakan Silvi dengan Wiliam membuatnya penasaran. "Ada apa?" "Mas Wiliam meminta aku membuka kembali tempat kerja Vea, tapi kali ini harus jauh lebih aman daripada kemarin. Aku harus pergi dulu, kamu di rumah sama Cici." "Baik, Kak Silvi." Silvi pergi sesegera mungkin dari rumah itu menuju ke tempat kerja Vea untuk mengecek tempat itu secara langsung dan mencari info

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 125. Bijaksananya Mertua

    "Permisi!" Sumber suaranya ada di depan rumah, dan Silvi berjalan membukakan pintu karena ada di ruang tamu bersama Ria. "Ayahnya Vea, kan?" Tentu Silvi tahu tamunya sekarang adalah ayahnya Vea yang bertemu waktu di rumah sakit, begitu juga Ria yang tahu seperti Silvi begitu melihat wajah tamunya. "Benar, bisa bertemu sama suami kalian?" Silvi berpikir sebelum menjawab permintaan ayahnya Vea, apakah harus saat ini bertemu dengan Aziz atau nanti saja. "Bisa, Pak." Ria yang lebih dulu menjawab karena Silvi diam memikirkan akibatnya nanti. Sekarang Silvi bernafas lega karena yang mengambil keputusan bukan dirinya. "Baiklah, terima kasih." "Sama-sama, aku panggilkan dulu, tapi nanti Bapak silakan tunggu di ruang tamu bersama Kak Silvi." Menurut Ria ini kesempatan suaminya bicara berdua dengan mertuanya untuk meluruskan masalah yang terjadi, karena terlihat Aziz tidak sedang marah. "Mas, kamu ada di dalam?" Ria mengetuk pintu kamar Vea beberapa kali sampai terdengar suara

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 124. Dipaksa Pulang

    "Dengarkan aku, Vea!" Wiliam membentak istrinya dengan penuh kemarahan, selama ini Wiliam sangat sabar terhadap sikap Vea, tetapi kali ini dia tidak mau mengalah lagi. "Dengarkan aku! Kamu akan bersama denganku walaupun kamu masih mau bersama keluarga kamu dan meminta aku mengembalikan apa yang sudah aku tutup. Aku tidak membutuhkan persetujuan kamu, sekarang kamu diam dan turuti kemauan aku, kita akan segera pulang ke rumah kalau kamu sudah membaik." Tatapan tajam Wiliam membuat Vea diam dan tidak berpikir lagi, karena suaminya kalau sudah marah tidak ada yang bisa menahannya. "Baiklah," ucap Vea. Wiliam mengendus kesal di depan istrinya yang terpaksa menurutinya, dia tidak peduli apa pun yang dipikirkan oleh Vea, yang terpenting dirinya bisa membawa pulang Vea. Bahkan jika harus berseteru lagi dengan Aziz dirinya akan memberanikan diri. Pria itu keluar dari ruangan Vea dan segera menemui dokter untuk Vea bisa pulang sebelum kedua orang tua Vea akan datang menjemput istriny

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 123. Tetap Ingin Menjaganya

    "Ayo Mas pulang!" Silvi tetap memaksa suaminya pulang bersama dengan mereka bertiga lagi. Silvi hanya tidak mau juga Vea bertambah parah sakitnya harus marah-marah seperti tadi. "Silvi! Aku masih mau bersama dengan Vea, tolong kamu kalau mau pulang, pulang duluan saja bersama Ria dan Cici, aku masih mau di sini sama Vea." Posisi mereka sudah ada di luar ruangan Vea, dan Vea menghubungi ayahnya untuk menjemput dirinya malam ini juga karena tidak mau bertemu dulu sama suaminya. "Vea sakit Mas, kamu harus mengerti itu," bisik Silvi. Wiliam akhirnya berjalan mengikuti ketiga istrinya pergi dari sana pulang dengan kesalahpahaman lagi. "Wiliam ini, dia selalu bertindak sendiri tanpa meminta pendapat aku, setidaknya dia bisa mengatakan hal ini, pekerjaan itu juga penting buat semua temanku." Vea masih terus marah-marah sendiri di dalam sana, dia sendirian tanpa ada yang menemani, tetapi lebih baik seperti ini daripada dirinya ditemani Wiliam yang selalu membuat dirinya kesal. Wil

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 122. Keputusan Vea

    "Maaf kamu bilang? Bukankah kamu yang mau kita berkumpul? Tapi kenapa kamu mematahkan harapan kedua orang tuamu yang sudah menerima kamu? Aku tidak habis pikir dengan cara pikirmu yang ingin menghargai pernikahan sama menantuku, seharusnya dia paham kalau istrinya mau tinggal sama kedua orang tuanya dulu, tidak akan lama juga, dia bisa menjemput setiap saat." Aziz sungguh tersinggung putrinya tidak mau membahas semua itu langsung di depan Wiliam dan dirinya. Bahkan lebih mau dirinya pergi dengan alasan membeli perlengkapan mandi. "Aku minta Ayah tenang. Karena Wiliam jauh lebih emosi daripada Ayah, aku takut kalau Wiliam bisa melakukan sesuatu lagi pada keluarga kita, biarkan aku tetap tinggal bersama suamiku, dia sangat bertanggung jawab dan memenuhi segalanya, jadi tolong mengerti anakmu ini karena mau bersama kehidupan barunya, aku akan menginap beberapa pekan ke rumah kalian saat Wiliam mengizinkannya, tapi aku tidak janji akan hal itu." Vea menenangkan ayahnya yang mau tingga

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 121. Pilihan Yang Sulit

    Wiliam menunggu tanpa henti di luar ruangan Vea, tetapi keluarga Vea masih belum juga mau pulang setelah dirinya kesal mendengar pembicaraan satu keluarga itu. Sampai subuh Wiliam baru menyadari kalau Vea memanggilnya, "Wiliam, tolong bantu aku," ucapnya sudah melihat suaminya di depan pintu. "Ya," jawab Wiliam singkat karena masih mau bicara berdua dengan istrinya. Saat Wiliam masuk ternyata ibu mertua dan adik iparnya langsung berpamitan, sekarang hanya ada Aziz bersamanya di sana. "Wiliam, tolong jaga anakku," pamit ibu Vea. "Baik," balas Wiliam. Mereka berdua pergi, Vea mau dibantu ke kamar mandi oleh suaminya karena ingin membuang air kecil, apalagi tadi minum banyak sekali membuat Vea tidak nyaman terbaring di tempat tidurnya. "Pelan-pelan sayang." "Iya, Wiliam." Mereka berdua ke kamar mandi, sedangkan Aziz mengamati menantunya begitu menyayangi putri pertamanya itu. "Ternyata Wiliam sayang sama istrinya, aku paham mengapa Vea mau dijadikan istri keempatnya, pa

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 120. Vea Sadarkan Diri

    "Angkat Mas!" Silvi mau suaminya mengangkat panggilan masuk dari rumah sakit tersebut karena mau tahu kabar terbaru Vea. "Baiklah," ucap Wiliam. ["Hello, selamat malam, bisa bicara dengan Bapak Wiliam?"] ["Benar, ini dengan saya sendiri, ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan kondisi pasien bernama Vea?"] ["Benar Bapak. Pasien sudah sadarkan diri, dia mau suami dan keluarganya datang, apa bisa sekarang ke rumah sakit karena ini permintaan pasien sendiri."] ["Bisa-bisa, terima kasih sudah memberitahukan Informasi ini kepada saya."] ["Sama-sama."] Wiliam menutup panggilan tersebut dan melihat ke arah ketiga istrinya dengan wajah yang bahagia. "Kalian harus ke rumah sakit sekarang," ucap Wiliam. "Ada apa dengan Vea, Mas?" Ria semakin penasaran dengan apa yang didapatkan suaminya, apalagi wajah suaminya berubah ceria. "Vea sudah sadarkan diri. Dia mau kita semua ke rumah sakit, tapi Vea juga mau keluarganya datang, aku akan memberitahukan ini pada Tuan Aziz." "Kalau

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 119. Menunggu Cici

    "Cici!" Silvi berteriak dari luar kaca mobil milik madunya itu. Ada Ria juga yang berusaha membantu untuk mengetuk beberapa kali tetapi Cici tidak juga membukakan pintu mobilnya. "Sepertinya Cici pingsan, Ria." "Benar, Kak Silvi. Mata Cici tidak bangun juga saat kita ketuk-ketuk kaca mobilnya, apa Cici sakit?" "Entahlah, kita harus segera menolongnya, tapi gimana caranya membuka mobil ini sedangkan kuncinya ada di dalam?" Silvi kebingungan begitu juga Ria. Silvi menghubungi Wiliam yang ada di rumah sakit karena Cici belum juga sadarkan dirinya. "Aku akan hubungi Mas Wiliam dulu, kamu jaga Cici." "Kak Silvi, sebaiknya jangan hubungi Mas Wiliam, seperti yang kita tau kalau Mas Wiliam masih mengurus Vea, aku yakin Cici tidak akan lama pingsan di dalam, kita harus menunggu sampai beberapa menit membiarkan Cici sadarkan diri dengan sendirinya." Apa yang dikatakan Ria ada benarnya karena suami mereka tidak mau diganggu oleh siapapun saat sedih atau sibuk, dia mengerti suaminya sen

  • Menjadi Istri Ke Empat CEO   Bab 118. Masih Di Rumah Sakit

    "Iya, tadi aku mengikuti kamu, ternyata kamu ke tempat kerja Vea, lihat tempat kerja Vea banyak polisi, ada apa?" Cici menggelengkan kepala, dia juga belum tau apa yang terjadi di tempat itu, tetapi dia akan menceritakan kenapa dirinya ada di sana. "Aku bermimpi Vea pergi jauh, jadi aku datang ke tempat ini. Entahlah ada apa di sini, sebaiknya kita tanya langsung ke polisi." Ria memberanikan diri bertanya sendiri sedangkan Cici masih di tempat tadi yang dekat dengan mobilnya. "Gimana Kak Ria?" "Jadi Vea dibawa ke rumah sakit karena korban menusukkan penjahat yang hampir merampok tempat ini, katanya sudah ada pria dan wanita yang menolongnya." "Jangan-jangan itu Mas Wiliam sama Kak Silvi!" "Kamu benar, kita harus ke rumah sakit sekarang. Aku sudah tau nama rumah sakitnya, kita harus memastikan mereka baik-baik saja." "Iya, Kak Ria." Cici masuk ke dalam mobilnya sendiri, begitu juga Ria yang masuk dan mengendarai di depan mobil Cici yang belum tau tempat rumah sakitnya. "Ki

DMCA.com Protection Status