Saat Ria sudah selesai memasak, ternyata Wiliam memutuskan untuk pulang ke rumah dikarenakan kata dokter Silvi masih dalam keadaan koma yang berkepanjangan. "Sudah jadi, kalian harus makan masakan aku ini. Kalian harus tau, butuh waktu lama aku mempelajari masakan ala Italia." Cici menghirup aroma harum masakan Ria yang ternyata menggugah seleranya. Sekarang Vea mau mengambil sebanyak mungkin agar perutnya tidak kelaparan lagi. "Aku mau banyakan ya, Ria. Perut aku membutuhkan makanan lebih banyak." Vea memintanya, tetapi ada yang datang langsung duduk ke kursinya, ternyata Wiliam yang tiba-tiba mengambil jatah makanan milik Vea yang sudah diambilkan Ria. "Enak ini, aku mau makan lebih dulu dari kalian semua, masakan istri aku memang enak, semua masakannya aku yang makan, kalian bertiga makan makanan yang aku bawa dari restoran saja." Wiliam memang membawa banyak makanan untuk mereka bertiga, karena dia tahu kalau Vea sedang kelaparan berat, mungkin tidak akan cukup hanya maka
Ria melihat dirinya dengan penuh percaya diri, masih pantas menurutnya jika menggunakan piyama yang menggoda suami sendiri. "Ada apa sama pakaian aku? Aku ini wanita yang bersuami, kamu juga bisa menggunakan piyama seperti aku, apa kamu mau pinjam?" Vea menghentikan makannya, Cici turun dengan tertawa kecil melihat tawaran Ria yang mau membuat Wiliam tergoda. "Haha, Kak Ria jangan asal menggoda suami dengan cara begitu, Mas Wiliam juga mau tidur buka mau bermain, nanti Kak Ria masuk angin lagi, aku rasa perlu piyama yang tebal." Cici sudah sampai di sana lagi menggunakan piyama yang tertutup dengan celana panjang, sedangkan Vea melihat Cici jauh lebih sopan walaupun mau tidur. "Benar Ria, aku lebih suka piyama milik Cici yang tertutup, kamu lebih baik ganti." Vea setuju dengan Cici, tetapi berbeda dengan Wiliam yang harus adil dengan kesukaan istri-istrinya. "Cukup jangan berdebat di sini, biarkan Ria melakukan itu, kita harus menghargai apa yang dia sukai, seperti kalian s
Sepulang dari liburan membuat Vea, Ria, Cici dan Wiliam senang juga terlihat lelah. Mereka akhirnya istirahat di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari pantai, ternyata ada tiga orang yang mengikuti keberadaan mereka dari tadi. "Oh, jadi orang tuamu susah bersama adikmu begini cara kamu menikmati hidup? Rupanya kamu bersenang-senang di atas penderitaan kami semua?" Aziz maju menghadap ke Vea yang ada di samping Wiliam. Tentu Wiliam tidak tinggal diam istrinya akan dihina oleh orang lain. "Jangan berani kamu menyalahkan istriku! Apa sikap kamu memang tidak bisa lembut sebagai seorang pria?" Wiliam menyembunyikan Vea di belakang tubuhnya. Ternyata Ria dan Cici juga ketakutan dengan kehadiran keluarga Vea yang sudah membuangnya. "Jadi kamu suami yang membuat usahaku bangkrut? Kembalikan semua hartaku atau istrimu tidak akan pernah selamat!" Ancaman Aziz semakin memperkeruh keadaan, Wiliam memberikan kode agar Ria dan Cici membawa Vea pergi dari sana dan membiarkan dirinya yang
Wiliam sudah menghubungi Ria dan Cici yang ternyata pulang lebih dulu. Vea ada di sampingnya mempertanyakan kenapa Cici dan Ria tidak ada di sana. "Gimana Wiliam, di mana mereka berdua?" Baru Wiliam memasukkan ponsel ke dalam saku kemejanya, ternyata Vea sudah bertanya di mana kedua istrinya. "Mereka sudah ada di dalam taksi, katanya mau pulang lebih dulu karena sedikit pusing kepala Cici," jawab Wiliam. Vea merasakan kelegaan karena mereka berdua bisa berkabar dengan Wiliam. Vea mengira keduanya bermain di pantai kembali. "Syukurlah mereka pulang, kita segera pulang. Aku juga akan pusing kalau terlalu lama di sini." Wiliam memegang tangan Vea, pria itu berjalan menuju parkiran untuk memenuhi permintaan istrinya. "Kita pulang sekarang, tapi kamu harus makan dulu di dalam mobil, tadi aku sudah memesan makanan untuk kamu, jadi kamu tinggal makan di dalam mobil dan suapi aku sedikit." Vea masih tidak percaya kalau Wiliam begitu perhatian sampai membelikan makanan den
Wiliam dan Vea sudah sampai di rumah sakit, mereka belum mendapatkan kabar baik tentang perkembangan Silvi, akhirnya Wiliam memutuskan untuk pulang kembali mengajak Vea. "Kita pulang," kata Wiliam menggandeng tangan Vea dengan erat. Terlihat Vea tersenyum lebar Wiliam memperlakukannya dengan baik, terutama saat berjalan sampai parkiran mobil, tangan Wiliam tidak pernah melepaskan tangannya. "Kamu besok bisa langsung bekerja lagi di tempat kemarin, apa kamu siap?" Tiba-tiba Wiliam membicarakan soal pekerjaan membuat Vea langsung bersemangat. "Kerja? Di tempat kemarin kan aku sudah berhenti," balas Vea belum tahu maksud Wiliam. Wiliam segera mengendarai mobilnya, sudah beberapa kali pria itu selalu berkendara sendiri tanpa adanya supir karena Silvi yang selama ini bisa menjadi supir pribadinya. "Benar, kamu bisa langsung masuk lagi ke tempat kemarin, aku yang mengusahakan kamu tetap ada di sana tanpa lamaran lagi, jangan telat dan buat malu nama besar aku," kata Wiliam meli
Malam hari yang panjang membuat keduanya semakin dekat, tetapi Vea dan Wiliam tidak tidur di dalam kamar karena mereka memutuskan untuk menonton film di televisi. Pada pukul lima pagi Wiliam terbangun karena alarmnya berbunyi terus di handphone. Terlihat jika Vea masih tidur di dekatnya. "Wanita ini kalau tidur sangat polos, aku harap kamu bisa bahagia bersama dengan aku. Kita bisa hidup bahagia." Diangkatnya tubuh Vea menuju kamar wanita itu, Wiliam masih memiliki waktu untuk membuat Vea tidur dengan nyaman karena jam kerja wanita itu masih tiga jam lagi. Saat Wiliam menaruh tubuh Vea di atas tempat tidur, ternyata mata wanita itu terbangun. "Wiliam, kenapa kamu ada di sini?" Vea bangun dengan kepalanya yang sedikit pusing dikarenakan dia kurang tidur, Wiliam sendiri sudah terbiasa hidup seperti itu setiap harinya untuk menghabiskan waktu di pekerjaannya. "Tadi malam kita menonton film dan kamu tidur di sofa, aku hanya ingin memindahkan kamu ke tempat tidurmu," jawabnya.
"Turunlah Vea." Vea turun lebih dulu dibandingkan Wiliam yang masih harus merapihkan lebih dulu jasnya, dia melihat wajah istrinya yang gugup karena baru pertama kalinya masuk kerja lagi. "Wiliam, apa aku benar boleh langsung masuk kerja tanpa melamar seperti biasanya? Jangan-jangan kamu bohong sama aku dan bikin aku malu." Vea masih belum percaya dengan suaminya yang dapat memasukkan melalui orang dalam yang ada di sana. "Tenang saja Vea. Kamu jangan khawatirkan pikiran kamu mengenai benar atau tidak, yang penting kamu masuk dana bekerja kembali, aku akan bekerja juga, nanti sore aku jemput kamu, aku sudah bilang kalau kamu tidak boleh pindah jam kerja malam karena aku akan menjemput kamu selesai aku bekerja." Wiliam seperti memiliki kuasa di tempat Vea bekerja, padahal Vea tahu betul Wiliam bukan siapa-siapa di sana, yang tidak Vea ketahui adalah Wiliam memiliki beberapa hektar tanah dan lahan di sekitar market di mana dirinya bekerja, Wiliam bisa melakukan apa saja untuk men
Vea pulang dengan kendaraan umum dalam rasa kesalnya terhadap Wiliam. Tidak mungkin pria seperti Wiliam melupakan janjinya, tetapi kali ini Vea marah pada suaminya itu. "Sudah berjanji tapi malah ingkar sendiri, lihat apa yang akan aku lakukan sama kamu Wiliam. Aku mungkin akan diamkan kamu agar kamu tidak mendapatkan jatah malam ini." Wanita itu sudah ada di depan rumah saat membuka pintu mobil taksi, ada Ria yang menyambut Wiliam baru sampai di depan rumah. "Itu dia orangnya!" Vea ingin melabrak terang-terangan pada suaminya yang sudah mengingkari janjinya, selama ini Vea juga sudah berusaha menjadi istri yang baik. "Wiliam! Kamu datang di jam yang sama seperti aku, dari mana saja kamu baru datang tanpa menjemput aku dulu? Kamu tidak lupa kan sama janji kamu?" Wiliam menaruh jasnya di tangan Ria yang menyambutnya, dia juga melupakan janjinya pada Ria untuk memberikan hadiah malam ini. "Benar Mas, katanya kamu mau memberikan aku hadiah seperti Cici, mana hadiah untuk aku?