Malam hari yang panjang membuat keduanya semakin dekat, tetapi Vea dan Wiliam tidak tidur di dalam kamar karena mereka memutuskan untuk menonton film di televisi. Pada pukul lima pagi Wiliam terbangun karena alarmnya berbunyi terus di handphone. Terlihat jika Vea masih tidur di dekatnya. "Wanita ini kalau tidur sangat polos, aku harap kamu bisa bahagia bersama dengan aku. Kita bisa hidup bahagia." Diangkatnya tubuh Vea menuju kamar wanita itu, Wiliam masih memiliki waktu untuk membuat Vea tidur dengan nyaman karena jam kerja wanita itu masih tiga jam lagi. Saat Wiliam menaruh tubuh Vea di atas tempat tidur, ternyata mata wanita itu terbangun. "Wiliam, kenapa kamu ada di sini?" Vea bangun dengan kepalanya yang sedikit pusing dikarenakan dia kurang tidur, Wiliam sendiri sudah terbiasa hidup seperti itu setiap harinya untuk menghabiskan waktu di pekerjaannya. "Tadi malam kita menonton film dan kamu tidur di sofa, aku hanya ingin memindahkan kamu ke tempat tidurmu," jawabnya.
"Turunlah Vea." Vea turun lebih dulu dibandingkan Wiliam yang masih harus merapihkan lebih dulu jasnya, dia melihat wajah istrinya yang gugup karena baru pertama kalinya masuk kerja lagi. "Wiliam, apa aku benar boleh langsung masuk kerja tanpa melamar seperti biasanya? Jangan-jangan kamu bohong sama aku dan bikin aku malu." Vea masih belum percaya dengan suaminya yang dapat memasukkan melalui orang dalam yang ada di sana. "Tenang saja Vea. Kamu jangan khawatirkan pikiran kamu mengenai benar atau tidak, yang penting kamu masuk dana bekerja kembali, aku akan bekerja juga, nanti sore aku jemput kamu, aku sudah bilang kalau kamu tidak boleh pindah jam kerja malam karena aku akan menjemput kamu selesai aku bekerja." Wiliam seperti memiliki kuasa di tempat Vea bekerja, padahal Vea tahu betul Wiliam bukan siapa-siapa di sana, yang tidak Vea ketahui adalah Wiliam memiliki beberapa hektar tanah dan lahan di sekitar market di mana dirinya bekerja, Wiliam bisa melakukan apa saja untuk men
Vea pulang dengan kendaraan umum dalam rasa kesalnya terhadap Wiliam. Tidak mungkin pria seperti Wiliam melupakan janjinya, tetapi kali ini Vea marah pada suaminya itu. "Sudah berjanji tapi malah ingkar sendiri, lihat apa yang akan aku lakukan sama kamu Wiliam. Aku mungkin akan diamkan kamu agar kamu tidak mendapatkan jatah malam ini." Wanita itu sudah ada di depan rumah saat membuka pintu mobil taksi, ada Ria yang menyambut Wiliam baru sampai di depan rumah. "Itu dia orangnya!" Vea ingin melabrak terang-terangan pada suaminya yang sudah mengingkari janjinya, selama ini Vea juga sudah berusaha menjadi istri yang baik. "Wiliam! Kamu datang di jam yang sama seperti aku, dari mana saja kamu baru datang tanpa menjemput aku dulu? Kamu tidak lupa kan sama janji kamu?" Wiliam menaruh jasnya di tangan Ria yang menyambutnya, dia juga melupakan janjinya pada Ria untuk memberikan hadiah malam ini. "Benar Mas, katanya kamu mau memberikan aku hadiah seperti Cici, mana hadiah untuk aku?
Cici masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa menuju kamar Ria, ternyata benar kalau Ria ada di dalam dengan pintu yang terkunci, beruntung Cici memiliki kunci cadangan kamar Ria. "Kak Ria?" Suara Cici membangunkan Ria yang dari tadi meringkuk di pantai, tentu dengan air mata yang tidak berhenti berjam-jam. "Cici, aku di dalam, kamu tolong buka pintunya." Cici membuka pintu kamar, dia melihat Ria yang begitu lemah berdiri di depannya, semua dandanan Ria sekarang berantakan termasuk makeup-nya. "Cici, akhirnya kamu datang juga, andaikan kamu tau malam ini Mas Wiliam begitu menyeramkan padaku, tapi dia sekarang bermain sama Vea, kamu denger sendiri suara mereka masih menggelegar di telinga." Ria hampir mau menutup telinganya, tetapi dia takut kalau Cici datang nanti tidak bisa mendengarnya. "Sabar Kak Ria, Mas Wiliam memang sedang naik turun emosinya, Kak Ria tau kalau Kak Silvi masih dirawat, aku yakin penyebabnya Kak Silvi yang membuat emosi Mas Wiliam meledak pada Kak Ria.
"Ada apa sama kamu Kak Ria, jangan bilang begitu sama Vea, dia baru ajaa datang mau sarapan." Cici melarang Ria berkata yang tidak baik di sana, karena mereka sedang menyantap makanan. Tidak dengan Ria yang semakin marah pada Vea. "Jangan ikut campur Cici! Kamu biarkan Vea duduk di sini tanpa mandi terlebih dahulu? Ingat peraturan kebersihan di rumah ini bukan? Mas Wiliam yang mengaturnya, aku sebagai istri tertua yang ada di sini mau semua maduku menuruti peraturan yang ada." Ria semakin angkuh saat Silvi tidak ada di rumah itu, benar jika dirinya sekarang menjadi istri tertua Wiliam sampai Silvi sadarkan diri dari komanya. "Cukup Ci, biarkan aku pergi mandi dulu, apa yang dikatakan Ria ada benarnya. Kita harus mematuhi aturan Wiliam." Sekarang Vea berdiri bergerak meninggalkan meja makan tidak melupakan dirinya membawa roti panggang yang dibuatkan Cici. "Kamu bisa lihat sendiri apa yang dia lakukan itu tidak ada di daftar kehidupan rumah tangga Mas Wiliam. Kamu harusnya jan
Setelah makan ada telepon masuk yang menghubungi Wiliam. Ternyata masih menyangkut pekerjaan yang sangat penting dikarenakan tidak ada pemimpin di sana. Saat Wiliam selesai menerima teleponnya, Vea sudah mendengar dari dekat apa yang bicarakan Wiliam. "Pergilah bekerja Wiliam. Biarkan aku yang akan menjaga Silvi di sini, kamu jangan libatkan masalah pribadi dengan pekerjaan, nanti seluruh karyawanmu akan kehilangan mata pencaharian mereka." Vea berdiri sudah meletakkan makanan yang hampir habis itu, Wiliam tidak bisa lagi menemani Vea di sini. "Kalau begitu aku berangkat dulu, kamu tau selama ini Silvi yang membantu aku, tapi Silvi sedang koma dan aku harus tetap ada di sana, kalau ada apa-apa hubungi aku, jangan sembunyikan apa pun dariku." Wiliam beranjak dari sana meninggalkan rumah sakit, Vea sendirian menjaga Silvi yang masih terbaring di ruangannya. "Silvi, kamu lihat kan tadi Wiliam datang sampai melupakan pekerjaan yang dia jalani untuk bisa menjaga kamu, seharusnya ka
Tepat pukul 13.00 WIB. Silvi dan Vea sudah berada di tempat kerja Wiliam, ternyata pria itu sedang sibuk-sibuknya melakukan peninjauan tentang proyeknya. "Selamat siang Bapak Wiliam?" Langkah kaki Silvi masuk perlahan ke ruangan tempat Wiliam biasanya menghabiskan waktu sampai larut malam, Vea ada di belakang Silvi. "Selamat siang juga, Silvi?" Mata Wiliam melihat istri pertamanya berdiri di depan meja kerjanya, ternyata ada Vea juga di belakang, sebuah kejutan yang membuat Wiliam begitu bahagia. "Kejutan apa yang kamu berikan ini padaku Silvi? Kamu sudah sadar dari koma? Lalu, Vea kenapa kamu tidak langsung memberitahu aku?" Wiliam mendekati mereka berdua, Silvi dan juga Vea begitu ceria berada di sana untuk mengejutkan suaminya. "Kejutan yang akan membuatmu bahagia sayang, kamu tau sendiri aku selalu bisa melewati segala hal yang terjadi, termasuk koma sekalipun, dan Vea yang menemani aku di sana." Silvi memegang tangan Vea di depan Wiliam dengan tulus, sejak bangun da
Wiliam melihat dari kaca depan kalau wajah Vea cemberut sekali, itu tanda wanitanya tidak nyaman mengendarai mobil. "Ada apa Vea?" Silvi yang lebih dulu mengira kalau di jalanan ada sesuatu yang membuat Vea sangat berisik menggunakan klakson. "Tadi ada kucing liar yang melewati mobil ini, aku kaget dan hampir menabraknya." Jawaban Vea membuat Wiliam dan Silvi terkekeh, mereka memahami apa yang dirasakan wanita itu. "Ada yang cemburu ya, sama suami sendiri?" Wiliam menyindir Vea secara terang-terangan, dan sekitar beberapa detik Silvi mengerti maksud Vea. "Oh, jadi kamu kamu cemburu sama kita berdua? Lah, kamu kan bisa melakukannya juga sama Mas Wiliam, kita berdua sama-sama istrinya." Vea mulai mengendarai mobil lagi, wajahnya malu-malu sudah ketahuan Wiliam dirinya cemburu. "Kita jangan bahas itu, aku mau fokus mengendarai mobil." Wanita itu menutupi rasa malunya dengan beralasan mau fokus mengendarai, sekarang Wiliam menutup mulut dirinya dan Silvi agar tidak menertaw