Home / Romansa / Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder / Bab 5. PEMANASAN DI MALAM PERTAMA

Share

Bab 5. PEMANASAN DI MALAM PERTAMA

Author: Purple Rain
last update Huling Na-update: 2023-09-28 23:35:47

“Dasar gadis aneh! Aku sekarang suami kamu. Bisa tidak, bersikap manis sedikit saja?” Deniz menahan rasa sakit yang diakibatkan oleh tendangan maut, Marissa.

Ia melirik ke sebelah, di mana gadis yang baru saja dinikahinya itu duduk dengan wajah cemberut. Benar saja, Marissa menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan raut wajah yang tidak dapat Deniz deskripsikan.

“Tapi kenapa harus kamu? Kenapa Tuhan mengirim kamu sebagai jodohku?” ujar Marissa yang membuat pria itu melebarkan kelopak matanya.

“T-Tunggu! Apa maksud dari ucapanmu itu, Nona?” Deniz tersinggung, ia meminta penjelasan dari, Marissa.

“Ya itu lah. Seharusnya Tuhan tidak memilih kamu untuk menggantikan, Kevin.” Jawab Marissa dengan begitu polosnya.

“Hei, Nona! Memangnya apa kekuranganku?” Deniz tidak terima, ia membuka kedua tangannya.

Marissa menoleh, ia memindai sosok pria tersebut dari atas kepala sampai ujung kaki. Kemudian Marissa mengalihkan pandangannya ke depan, ia menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi mobil.

“Huft ….” Marissa menghembuskan napasnya dengan kasar. Mana mungkin dia mengatakan, jika sekarang pria itu terlihat berbeda 180 derajat.

“Bukankah aku sudah menolongmu? Jangan lupa dengan janjimu padaku!” Deniz mengingatkan gadis itu. Ia memilih untuk bersikap sama, melihat jalanan beraspal lewat jendela mobil.

Ucapan dari Deniz mendapatkan lirikan sinis. Marissa tidak menjawab, gadis itu seakan tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. Bagaimana jika keluarganya tidak menerima keputusan yang telah ia buat. Bagaimana pula sambutan kedua orang tuanya setelah mendapatkan menantu yang bagi mereka tidak jelas asal usulnya.

“Asal kamu tidak memanfaatkan aku dengan kuasamu,” akhirnya gadis itu bersuara.

“Mana mungkin? kamu belum mengenalku? Aku tidak peduli dengan apa yang kamu miliki saat ini. Asal kamu tahu, aku tidak butuh itu.” Jawab Deniz meyakinkan Marissa yang curiga jika kepadanya. 

“Aduh, tuan sok kaya. Kamu dapat pinjaman semua barang ini dari mana, hah?” Marissa merasa sanksi, jika pria itu tidak melibatkan uang dalam rencananya.

Marissa, ia menilai Deniz masih sama seperti beberapa tahun yang lalu kecuali soal usia. Ia mengenal Deniz dengan kacamata tebal dan setelan kemeja vest yang menambah kesan jauh dari kata—tampan.

“Hem, menurutmu begitu?” di sudut bibir Deniz tersungging senyuman. Ia berusaha mengabaikan pertanyaan dari istrinya. 

Masih teringat dalam benak, Marissa. Jika pria yang kini menjadi suaminya tak lebih adalah sosok pria menyedihkan. Ia selalu mendapatkan bullying victim saat dulu di sekolah, hanya karena keluarga Deniz bukan dari kalangan seorang bangsawan. Seingat Marissa, Deniz bisa masuk ke salah satu sekolah ternama di kota karena pria itu mendapatkan—beasiswa.

“Antarkan aku pulang!” tiba-tiba saja Marissa merajuk, ia merasa enggan berurusan dengan pria yang duduk di sampingnya itu.

“Baik. Aku antar kamu pulang untuk menyelesaikan masalahmu.” Jawab Deniz tanpa melihat ke arah, Marissa.

“Masalah? Aku tidak punya masalah. Apa yang sedang kamu bicarakan, Deniz?” gadis itu mengernyitkan dahinya.

“Setelah apa yang terjadi padamu. Apa kamu akan tetap pulang ke rumah itu? Ayolah! Aku sangat tahu siapa dirimu sebenarnya.” Deniz menjawabnya dengan sebuah pertanyaan yang ditujukan pada gadis berambut ikal tersebut.

Marissa terdiam, bibirnya seolah terkunci rapat. Tiba-tiba saja memori tentang perselingkuhan Kevin dan Joanna melintas di depan matanya. Bayangan itu seakan berputar layaknya adegan di layar lebar.

“A-Aku,” Marissa menelan salivanya dengan paksa, ia merasa kerongkongannya begitu kering hingga tidak bisa menelan saliva dengan baik.

“Walau bagaimanapun, aku adalah suamimu. Apa yang terjadi padamu adalah tanggung jawabku sekarang,” ujar Deniz yang membuat marissa menatap tidak percaya.

Gadis itu menunduk, ia meremas tas selempang yang ada di pangkuannya. Ia menyayangkan nasib sial yang dialaminya dalam satu hari. Apalagi saat Tuhan mengabulkan permintaannya menikah dengan pria selain, Kevin. Marissa merasa jika kesialannya semakin bertambah ketika ia berjumpa dengan Deniz, teman masa lalunya.

“Bisa kita turun kembali?” suara Deniz membuyarkan lamunan, Marissa.

Ia mengangkat wajahnya dan mendapati pemandangan halaman rumah sudah ada di depan mata. Pagar berjeruji besi itu menjulang tinggi bak sebuah istana, tapi kenyataannya Marissa tidak menemukan kebahagiaannya di dalam sana. 

“Oh, i-iya.” Marissa yang merasa gugup mencoba untuk bisa mengendalikan emosinya.

“T-Tapi ….” gadis itu tidak meneruskan kalimatnya.

“Tidak apa-apa. Jangan takut! Ada aku,” kalimat yang diucapkan oleh Deniz membuat hati Marissa sedikit tenang.

Tanpa banyak kata, Marissa turun dari dalam mobil sesuai apa yang diperintahkan oleh Deniz. Gadis itu berdiri terpaku beberapa saat hingga Deniz menyentuh tangannya yang terasa dingin. Pria itu menggenggam dengan erat, tanpa Marissa sadari suhu tubuhnya kini sedikit menghangat.

“Bagaimana jika mereka menolak kedatangan kita?” bisik Marissa saat keduanya berjalan menuju teras kediaman keluarga, Sawyer.

“Tidak akan,” berulang kali Deniz meyakinkan agar Marissa tidak perlu mengkhawatirkan soal apapun. 

Hingga mereka sampai di depan ruang tamu yang berukuran tidak seberapa besar. Keduanya telah disambut dengan wajah yang tidak menyenangkan. Entah bagaimana ceritanya, Kevin pun sudah hadir di tengah-tengah mereka. Tentu saja pria itu menatap tajam pada, Marissa. Seakan-akan Kevin hendak menelan gadis itu hidup-hidup.

“Jadi, kamu masih berani menampakkan diri di rumah ini?” tanya tuan Sawyer yang tak lain adalah ayah kandung, Marissa.

“Bukankah Anda adalah ayahnya? Kenapa berkata seperti itu pada putri Anda, Tuan?” dengan sikapnya yang tenang, Deniz balik bertanya pada tuan Sawyer.

“Kau! Beraninya Kau memotong kata-kataku. Memangnya kamu siapa, hah? Kenapa kamu mencampuri urusanku?” bentak ayah Marissa dengan penuh emosi. 

Deniz tetap santai, ia tidak terpancing dengan jari telunjuk tuan Sawyer yang mengarah kepadanya. Berbeda dengan Marissa yang merasakan gemetar di seluruh tubuhnya. Andai saja Deniz tidak memberikan lengannya, bisa saja Marissa terjatuh karena kakinya tidak bisa menopang karena lemas.

“Perkenalkan, saya Deniz Ansel Ghazy. Saya suami putri Anda, Marissa.” Deniz berusaha mengulurkan tangannya, tapi sampai beberapa detik tidak ada sambutan baik dari tuan Sawyer.

Dengan terpaksa Deniz menarik kembali tangannya. Ia melihat perubahan gestur dari keluarga Sawyer yang kini tengah mengintimidasi mereka berdua.

“Lancang kamu menikah tanpa restu dariku,” ujar tuan Sawyer dengan bola mata yang melotot.

“Maafkan saya jika sudah tidak sopan melanggar batas di keluarga ini. Tapi saya tulus menikah dengan putri Anda.” 

“Alah! Alasan saja kamu. Mana ada lelaki normal yang mau menikah tanpa tahu asal usul calon pengantinnya.” Sahut Kevin yang tidak mau kalah dalam perdebatan ini.

“Oh, hai! Kita bertemu kembali ya, Bro!” Deniz menawarkan senyuman pada, Kevin. Meski ia tahu, jika pria itu tidak membalasnya.

“Tahukah kamu? Perempuan yang kamu nikahi itu adalah calon istriku. Dia telah kabur dengan membawa hutang yang cukup banyak.” Kevin memojokkan Marissa kali ini.

“Tidak! Bukan begitu ceritanya. Jangan bohong kamu, Kevin!” Marissa maju satu langkah, ia menunjuk wajah Kevin dengan murka.

“Kenyataannya begitu,” ujar Kevin dengan santai. 

Deniz melihat jika ada keanehan di dalam keluarga, Sawyer. Entah kenapa mereka menyerang putri kandungnya sendiri tanpa memberi ruang pada Marissa untuk membela diri.

“Berapa hutang yang dia tanggung untuk menyelamatkan keluarganya?” 

“Apa ….?!” Marissa menoleh ke samping, di mana Deniz tengah memasukkan tangan kanannya di balik jas yang dikenakan. Ia tidak menyangka jika Deniz bisa menebak skenario ya kini tengah dijalankan oleh keluarganya.

“Tulislah di sini! Berapa angka yang kamu inginkan untuk menebus hutang yang dibebankan pada istriku?” 

Rupanya Deniz mengeluarkan secarik kertas cek. Ia meletakkannya di atas meja, tak lupa Deniz meninggalkan sebuah pulpen diatas kertas tersebut. Marissa menatapnya dengan rasa tidak percaya. Ekspresi yang sama pun ditunjukkan oleh mereka—keluarga Sawyer.

“Dengan satu syarat. Jangan pernah mengganggu, Marissa! Atau kalian berurusan denganku,” kali ini wajah Deniz terlihat begitu serius. 

“Ayo kita pulang!” Deniz langsung menarik tangan Marissa yang sedari tadi bengong tanpa banyak tingkah.

Gadis itu hampir saja terjungkal ketika belum siap mengimbangi aksi dari suaminya. Mereka pun pergi dari kediaman Sawyer tanpa pamit.

“Jangan menatapku seperti itu! Belum tahu kalau suami kamu ini sangat keren?” ujar Deniz sambil menggandeng tangan Marissa menuju mobil yang terparkir rapi di halaman rumah mewah itu.

“Hah, apa? Ish ….” buru-buru Marissa mengalihkan pandangannya. tanpa ia sadari, pesona Deniz membuat hatinya meleleh bagaikan sebatang coklat.

“Marissa,” panggil Deniz saat mereka sudah berkendara di jalanan.

“A-Apa?” Marissa akui ia sangat gugup saat ini, sehingga ia meremas kedua tangannya.

“Bukankah malam ini adalah malam pertama bagi kita?” bisik Deniz dengan lembut. Kalimat yang diucapkan oleh Deniz disambut Marissa dengan kelopak mata yang melebar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 6. PEREMPUAN BAYARAN

    “Kamu dapatkan gadis itu dari mana? Apa kamu membayarnya agar bersedia memenuhi apa yang diinginkan oleh ayahmu?” Suara sumbang itu terdengar begitu menyakitkan di telinga, Marissa. Bisa-bisanya saat ia baru melangkahkan kaki di kediaman keluarga suaminya, Marissa mendapatkan penyambutan yang tidak pernah ia duga.“Apa dia ibumu? Dia menganggapku sebagai wanita murahan yang kamu bayar agar ….”“Diam dulu! Jangan banyak tingkah di sini! Aku sudah menyelesaikan masalahmu, sekarang kamu harus memenuhi janji padaku.” Deniz menyela kalimat yang diucapkan oleh, Marissa. Seketika itu juga Marissa terdiam. Ia melirik tajam ke arah suaminya, lalu ia pun bermonolog dengan dirinya sendiri. “Sial! Dia pikir aku wanita penghibur?”Gadis itu memalingkan muka, ketika wanita berpenampilan paripurna itu memandangnya tanpa berkedip. Marissa mendengus dengan kasar, rasanya ia ingin maju ke depan dan menjambak rambut wanita tersebut tanpa ampun.“Aku datang ke sini tidak untuk bertemu denganmu. Di mana

    Huling Na-update : 2023-10-14
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 7. PRIA AMBISIUS

    “Apa dia gadis yang kamu ceritakan?” tuan Ghazy menginterogasi mereka di sebuah meja berbentuk bundar.Marissa dan Deniz duduk berdampingan di hadapan pria berperawakan tambun tersebut. Gadis itu menunduk karena merasa telah melakukan satu kesalahan. “Maafkan kami sudah membuat keributan,” jawab Deniz dengan membuka kedua telapak tangan yang bertumpu di atas meja beralaskan kaca tebal.Pria paruh baya itu memicingkan kelopak matanya. “Semua ada tata caranya, Nona. Termasuk apa yang ada di dalam rumah ini,”Marissa semakin menenggelamkan wajahnya ke bawah. Rasanya ia ingin menghilang dari hadapan tuan Ghazy seketika itu juga. Ia pun memilih untuk sedikit merapatkan tempat duduknya pada, Deniz. Marissa mengintip ayah mertuanya dengan sebelah mata, saat tubuhnya tertutup oleh bahu Deniz sebagian.“Aku sudah meminta maaf untuknya, Ayah.” Ujar Deniz agar ayahnya bisa memaklumi sikap, Marissa.Deniz yakin jika gadis itu punya alasan sendiri kenapa Marissa melakukan hal tersebut, tapi tidak

    Huling Na-update : 2023-10-15
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 8. JANGAN MENGACAUKAN MALAM PERTAMAKU!

    “Kamu begitu ambisius menginginkan semuanya? Bukankah saat ini kamu sudah sukses mendirikan beberapa perusahaan anak cabang? Aset sebanyak itu, apa masih kurang untukmu?” tanya tuan Ghazy yang berjalan sedikit menjauh dari putranya berdiri. Ia mengambil botol minuman dan menuangkan sedikit ke dalam gelas kristal. Tuan Ghazy menyesap pelan vodka yang sebelumnya dicampur dengan bongkahan es balok berbentuk dadu. “Bolehkah aku menjawab? Aku takut Ayah akan lebih sakit hati padaku, setelah mendengarnya.” Jawab Deniz yang kini sedikit lebih tenang dari sebelumnya. “Kenapa tidak? Biarkan istrimu itu mendengarnya. Bukankah dia sudah menjadi bagian dari keluarga ini? Aku harap dia bisa memposisikan dirinya dalam keluarga, Ghazy.” “Aku menuntut hak mama di dalam prusahaan itu,” jawab Deniz tanpa berbeli-belit. “Dia sudah MATI, Deniz!” Benar dugaan, Deniz. Ayahnya pasti marah jika dia menyinggung soal ibunya. Entah apa yang sudah meracuni otak, tuan Ghazy. Sehingga pria paruh baya itu ti

    Huling Na-update : 2023-10-16
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 9. LINGERIE BERENDA

    “Jadi, ternyata kamu orang kaya hah ….?” sindir Marissa saat kendaraan mereka membelah jalan Ankara. “Aku tidak tahu jika ibu kandungmu sudah meninggal, maaf ….” ujar Marissa yang merasa bersalah sudah berpikiran buruk pada Deniz selama ini.“Kita mau ke mana lagi, Deniz? Tubuhku sudah lelah sekali. Aku sangat merindukan kasurku,” gadis itu bergumam di akhir kalimat. Tapi pria itu tidak kunjung menjawab, meski Deniz bertingkah manja di hadapannya. Marissa melihat Deniz sedang memijat pangkal keningnya yang terasa sakit sejak ia menjejakkan kaki di kediaman—Ghazy.Marissa mencium ke arah ketiaknya sendiri, ada bau tidak sedap berasal dari sana. “Ohhh, tubuhku sudah sangat lengket. Aku mau mandi, tapi aku tidak membawa baju ganti satu pun. Dan aku sangat lapar ….”Marissa terus saja bermonolog dengan dirinya sendiri. Meski ia tahu, jika tidak mendapat tanggapan dari suaminya. Pria itu mendadak jadi pendiam sejak meninggalkan rumah orang tuanya. Bahkan ia tidak melirik Marissa sedikit p

    Huling Na-update : 2023-10-17
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 10. TUBUHMU HALAL UNTUKKU

    "Kita belum membicarakan hal itu. Aku belum siap jika kamu menyentuh tubuhku." Marissa sudah membungkus tubuhnya dengan kimono berbahan satin.Nampak rahang Deniz mengeras, ia duduk tepat di sebelah ranjang. Ia menatap tajam pada Marissa yang sekalipun tidak mau meliriknya. Kedua sikunya ditopangkan pada pegangan sofa yang empuk, Deniz duduk dengan sebelah kaki disilangkan.“A-Aku tidak tahu. Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Apakah yang kita lakukan ini adalah—benar?” lanjut Marissa dengan tatapan yang kosong. Kedua tangan gadis itu bersedekap di depan dada, ia merasa—entah.Sementara itu, Deniz membiarkan gadis tersebut mengungkapkan keluh kesahnya setelah melewati hari yang berat. Bahkan Deniz melihat jika Marissa telah mengesampingkan rasa laparnya. “Aku, aku harus bagaimana ….?” Marissa mengusap titik embun yang mulai membasah di sudut kelopak matanya. Ia menoleh ke samping, di mana pria yang baru mengucapkan ikrar janji dengannya duduk tanpa ekspresi yang ramah.“Aku sud

    Huling Na-update : 2023-10-19
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 11. (Se) BELUM MENUJU KLIMAKS

    “Deniz, ah! Hentikan ….” napasnya terengah-engah. Marissa tidak diberi kesempatan untuk bergerak sedikitpun. Kimono yang semula menutup rapat tubuhnya, kini telah terlepas entah ke mana. “Oh, shit ….!” umpat Marissa saat melihat sebagian tubuhnya sudah terpampang nyata di hadapan suaminya.“Yakin mau menghentikan kenikmatan ini, Nona?” bisik Deniz setelah berhasil mengaduk-aduk perasaan Marissa.Entah sejak kapan kedua anak manusia itu sudah berada di atas kasur yang empuk. Kepala pria itu kembali merangsek pada dua aset berharga milik, Marissa. Sementara tangannya yang nakal meremas dengan gemas.“D-Deniz, Ahhh ….” desahan itu kembali menghiasi ruangan. Berganti dengan adu napas yang berderu layaknya pelari marathon.Deniz memberinya jeda sejenak, ia melihat Marissa kelabakan dengan aksinya. Pria itu menyunggingkan senyuman di sudut bibir, lalu menarik diri dari hadapan Marissa. “T-Tapi kenapa ….?” Marissa berusaha menstabilkan diri. Ia melihat Deniz perlahan menjauh darinya setela

    Huling Na-update : 2023-10-20
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 12. GADIS ABSURD

    “Selamat pagi, Nona. Oh, maaf! Sepertinya hari sudah beranjak siang, Maafkan saya sudah mengganggu waktu istirahat Anda.” Seorang pelayan membuka kain gorden yang menutupi jendela tepat berada di sampingnya. Gadis berambut coklat keemasan itu membuka kelopak matanya yang terasa masih berat. Ia melihat bayangan seseorang tengah mondar-mandir di dalam ruangan yang tidak seberapa luas tersebut.“Jam berapa sekarang?” tanya Marissa dengan memicingkan kelopak matanya. Rupanya ia tertidur di kursi sofa semalam suntuk. Kejadian kemarin serta perdebatannya dengan Deniz, membuat tubuh dan otaknya benar-benar lelah. Marissa menggeliat, ia merenggangkan ototnya yang terasa kaku.Pelayan tersebut menghentikan langkahnya, ia pun berdiri di hadapan Marissa dengan tegap. Perempuan berusia kisaran 45 tahun tersebut melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanan, lalu mengangkat wajahnya kembali.“Tepat jam 11 siang, Nona!” jawab pelayan tersebut tanpa basa-basi.Marissa langsung berdi

    Huling Na-update : 2023-10-22
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 13. TERLALU POLOS

    "Makan dulu!" Deniz mengangsurkan satu sendok berisi sup hangat pada, Marissa."Aku bukan anak kecil, Deniz. Aku bisa makan sendiri." Marissa sedikit menjauhkan wajahnya untuk menghindari suapan dari pria itu. Ah, ralat! Pria yang sudah menjadi suaminya dalam waktu semalam.“Bagaimana mau makan, jika tanganmu terlalu sibuk dengan layar ponsel?” sindir Deniz yang meletakkan sendok tersebut ke dalam mangkuk.Tidak ada sahutan dari arah, Marissa. Gadis itu tetap menunduk sambil membalas pesan pada seseorang.“Aku menyempatkan pulang dan kamu lebih sibuk dengan ponselmu? Lagi chat sama siapa sih?” Deniz memperhatikan dengan wajah tak suka. Apalagi Marissa terkesan acuh dengan kehadirannya saat ini.“Aku harus ke kantor,” tiba-tiba Marissa beranjak dari tempat duduknya.“Apa?! Jangan gila!” cegah Deniz yang kini ikut berdiri sebelum istrinya benar-benar nekat pergi.Marissa berjalan menuju meja rias. Ia merapikan rambutnya, kemudian mengikat dengan sebuah karet. Gadis itu memagut dirinya d

    Huling Na-update : 2023-10-23

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   106. RENCANA DENIZ

    “Really?” Marissa masih mematung di tempat, bola matanya hampir lepas dengan decak kagum menjadi-jadi.“Kamu belum pernah naik pesawat?” tanya Deniz saat langkah kakinya berhenti tepat di samping, Marissa.Marissa menoleh cepat, ia dengan wajahnya yang tercengang namun bagi Deniz apa yang dilihatnya sungguh menggemaskan. “Ini jet pribadi, Mas.” Jawabnya sangat antusias.“Iya, terus?” Deniz memiringkan kepalanya, nampak dua alisnya saling bertautan.“Kalau naik pesawat di bandara-bandara gitu sih udah biasa, Mas. Marissa kan belum pernah ngerasain naik pesawat pribadi model begini, apalagi ini adalah milik suaminya aku.” Gestur wajahnya berubah-ubah saat menjelaskan, kadang kelopaknya memicing serius, lalu berubah menjadi datar kemudian tergelak senang.Deniz menikmati pemandangan di hadapannya seperti sebuah mukjizat, baginya Marissa bukan hanya sebagai obat dalam hidupnya, namun perempuan itu adalah anugerah dari Tuhan yang diturunkan untuknya. “Milik aku itu juga milik kamu, Sayang

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   105. APRESIASI

    "Jangan telat minum obat, Deniz! Apalagi sengaja untuk lupa," canda dokter Sunny. "Tenang saja Dok, kan sudah ada alarm original buat ingetin aku." Jawab Deniz dengan senyum simpulnya. "Alarm original?" ulang dokter Sunny sambil mengernyitkan keningnya. Deniz melirik Marissa yang duduk di sebelahnya, "Ini alarm original ku, Dok." Senggol Deniz pada lengan istrinya yang sejak datang memilih untuk diam dan tidak banyak bicara. "Idih, apaan sih?" ujar Marissa malu-malu. "Tapi ada benarnya lho, sejak kalian kembali rujuk, aura Deniz berubah menjadi semacam lampu mercusuar yang menerangi lautan lepas." Kata dokter Sunny dengan antusias. "Jokes Anda sungguh terlalu Dokter, segala lampu mercusuar dibawa-bawa ...." Deniz tergelak. "Aku tidak bohong, Deniz. Kamu sebelum kembali dengannya, jangankan rutin melakukan fisioterapi ataupun medical check up. Untuk obat pun kamu sengaja tidak mau menebusnya, padahal dari segi finansial seorang CEO perusahaan manufaktur terbesar di dunia,

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   104. DOUBLE BREAKFAST

    Satu bulan berlalu, sejak masa fisioterapi yang dilakukan Deniz di London kala itu. Kini Deniz aktif melakukan olahraga rutin seperti jogging ringan untuk membantu mempercepat proses pemulihannya. Semua perubahan drastis itu tidak lepas dari peran Marissa yang menyiapkan makanan sehat untuk menyeimbangkan asupan yang masuk ke dalam tubuh, Deniz. "Mas, diminum dulu jusnya." Marissa membawakan satu gelas jus jeruk segar setelah Deniz datang dengan keringat penuh membasah hampir di seluruh tubuhnya. "Makasih Sayang," lalu Deniz menghabiskan jus jeruk di tangannya seperti onta yang sedang berada di tengah gurun Sahara. "Hm ...." jawab Marissa bergumam, tentu saja di bibir berpoles warna pink nude itu tidak lepas menarik garis senyuman. "Oh ya, Mas mau sarapan apa? Aku masakin bentar ya, setelah ini Mas mandi dulu. Kita ada janji lho sama dokter Sunny, aku tidak ingin Mas terlambat untuk itu." Lanjut Marissa yang hendak pergi ke arah dapur. "Eeeh .... tunggu dulu, mau ke mana Sa

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 103. OPTIMIS

    Genap 3 Minggu mereka menghabiskan waktu di London, Inggris. Marissa dengan sabarnya mendampingi Deniz dalam segi pengobatan dan juga kesembuhan mentalnya. Seperti hari ini di mana Marissa menghabiskan waktu setengah harinya melatih Deniz untuk berjalan meskipun masih dengan bantuan tongkat penyangga. Merasa lelah setelah berputar di taman rumah sakit, mereka berdua memutuskan untuk kembali ke dalam ruangan. Tak putus kata semangat Marissa lontarkan, "Bagus Mas, ya, terus .... pelan-pelan, kalau capek kita bisa berhenti dulu." Marissa memegang pinggang Deniz dengan erat, sementara tangan kiri suaminya dilingkarkan pada bahunya agar mereka bisa berjalan secara beriringan. "Kalimat kamu itu, bisa diralat nggak sih?" sahut Deniz dengan napas sedikit tersengal karena menahan nyeri di bagian sendinya. "Kalimat aku? Bagian yang mananya, Mas?" tanya Marissa dengan dua alis menukik tajam. "Kalau kalimat itu terucap lagi dari bibir kamu, bisa-bisa orang menyangka kalau kamu itu lagi a

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 102. LOVE YOU MORE, MAS!

    Marissa masih terjaga saat jarum jam di dinding menunjukkan angka 11 malam. Ia melihat Deniz sudah tertidur pulas sejak kepulangan mereka 4 jam yang lalu. Marissa membuka kacamata minusnya, lalu meletakkan ke samping lembaran dokumen yang baru saja ia pelajari, Marissa harus memenuhi konsekuensinya untuk membantu mengembalikan data perusahaan milik suaminya. seperti yang diketahui sebelumnya data perusahaan yang Deniz pimpin telah bocor, akibat beberapa akses perusahaan manufaktur yang dipegang terakses oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dipijatnya pangkal hidung yang terasa nyeri, "Kenapa tingkat keamanannya tidak berlapis? Padahal perusahaan ini begitu besar. Selama ini mereka fokus ngerjain apa aja sih? Bisa-bisanya data investor, kolega serta pemilik saham bisa kecolongan seperti ini." Monolog Marissa dengan helaan napas berat. Langkah kakinya menuntun Marissa menuju dapur apartemen, ia membuka satu botol Tequila dan menuangkannya ke dalam gelas kristal. Otaknya harus ri

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 101. GIVE ME MORE ++

    Di kursi belakang, Marissa merebahkan bobot tubuh Deniz di atas kursi penumpang. Ia meminta agar Sam memberi mereka waktu sebentar. Berbekal beberapa lembar uang yang diberikan Marissa, Sam pun memilih untuk menunggu dua anak manusia yang tengah terbakar gelora itu di sebuah Coffee Shop. Menyesap kopinya dengan penuh hati-hati, Sam hanya bisa bergumam kala melihat SUV berwarna hitam di tepi parkir tengah bergoyang secara perlahan. Bibirnya berjengit menarik senyuman, lalu menggeleng kecil saat memikirkan apa yang telah terjadi di dalam sana. Kepulan asap yang keluar dari arah pods yang dihembuskan oleh Sam membuat perasaannya sedikit lega. Hingga tiga puluh menit berlalu, belum ada tanda-tanda mereka yang ada di dalam mobil akan menyerah. "Harap maklum, Sam. Mereka sudah menahannya cukup lama ...." monolog Sam pada dirinya sendiri. Dan suara geram tertahan itu berkali-kali lolos dari mulut Deniz saat Marissa mencari kepuasan di bawah sana. Dengan posisinya yang mendominasi di

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 100. JUST CODDLING

    "Sakit, Sayang ...." Peluh Deniz menetes dari keningnya, ia menahan bobot tubuhnya di tiang penyangga yang terdapat di kedua sisi tangannya. Hampir saja menyerah ketika dirinya sudah terlalu nyaman duduk di kursi roda. Penyakit tidak percaya dirinya muncul begitu saja saat dua kakinya tidak lagi mampu berpijak dengan tepat di atas lantai. "Ada aku, Mas. Jangan menyerah!" bisik Marissa sambil mengangkat sebelah tangan suaminya dan meletakkan di bahu agar Deniz tidak terjatuh. Deniz menggeleng lemah, deru napasnya tidak teratur. "Mas duduk dulu, istirahat lah! Aku ambil minum sebentar, Mas." Marissa pergi ke sudut ruang setelah mendudukkan Deniz di sebuah sofa untuk mengambil satu botol air mineral. "Jangan dipaksa, pelan-pelan saja Nyonya Sawyer." Ucap salah satu perawat yang menghampirinya. Marissa menoleh, ia terlihat sangat tegang. "Oh, i-iya." Kata Marissa sambil mengangguk ragu. "Butuh waktu, Nyonya harus bersabar saat mendampingi tuan Ghazy." Sambung perawat di ha

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 99. PROMISE

    "I marry you," bisik Deniz setelah Marissa mendekat . Dengan setengah membungkuk, Marissa menarik garis senyumannya. "Yes, I do." satu kecupan dilabuhkan Deniz pada kening Marissa yang masih setia berdiri di sampingnya. Amalfi Town, menjadi saksi perhelatan dua anak manusia yang kembali terhubung setelah sekian lama terputus benang merahnya. sebuah cincin manis tersemat di jari manis Marissa sebagai pengikat janji suci, manis, manis sekali. "Aku mencintaimu sebagai, Marissa Sawyer." Lirih Deniz setelah mengangkat wajahnya. "My pleasure ...." jawab Marissa yang semakin terlihat cantik dengan balutan gaun pengantin A-Line shoulder. Venue di hadapan mereka tidak lah mewah, hanya berdekor bunga Lily putih. Berlatar pantai di Amalfi yang indah, untuk kedua kalinya Deniz dan Marissa memulai lembaran baru mereka. "Kita mulai dari awal," Bisik Deniz. "Dengan cinta dan kebahagiaan di setiap tarikan napasnya." kata Marissa saat kedua tangan mereka masih saling menggenggam. "Dal

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 98. RUJUK

    "Marissa ..." "Stop memohon seperti anak kecil, Deniz. Kamu tahu sendiri, sudah lama aku tidak mengurus urusan kantor sialan seperti ini." Helaan napas Marissa begitu kasar, ia frustasi. "Bersikap manis, Sayang." Ralat Deniz ketika satu kata umpatan itu meluncur dari mulut mantan istrinya. "Dari awal kamu tahu kalau aku terlahir dari banyaknya luka, jika kamu menginginkan aku bersikap manis layaknya gula-gula ___maaf, mulut aku memang tidak ada filternya." Marissa berkacak pinggang, menatap presensi menyedihkan di hadapannya. Deniz tersenyum tipis, "Gula-gula, hm ...." "CK ....!" Marissa mencebik kesal. Lalu .... "Deniz," "Lebih adem kalau manggilnya Mas, deh ..." "Dikasih hati mintanya jantung," sungut Marissa. "Kalau boleh," sahut Deniz cepat. "Bisa serius nggak sih? Biar cepet selesai masalahnya," "Orang kangen kok disuruh cepet-cepet selesai Sayang, dilama-lamain dulu biar terbayar kangennya." "Denizzz ...." "Mas dong Sayang ...." Marissa memutar bo

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status