Jangan lupa vote author untuk bab selanjutnya yaa thank you so much
BRAK!!Abian keluar dari mobil mewahnya dengan membanting pintu membuat semua pegawai dan orang yang melintas syok melihat siapa yang keluar dari mobil mewah itu.“HAH ITU ABIAN ALEXANDER!!”“Wah!! Dia benar benar tampan!”“Ya ampun apa yang dia lakukan di daerah perusahaan Adijaya?”“Apa mereka bertengkar?”Suasana menjadi semakin ricuh karena sampai ada kerumunan saat Abian keluar dari mobil ditambah ada yang smapai merekam kejadian itu membuat Chalista ingin kabur tapi tak ada gunanya lagi karena dia sudah dikelilingi orang-orang yang mengerumuninya mmebentuk lingkaran.Sudah tak ada jalan untuk kabur lagi. “Ahh sial ini hari yang benar-benar buruk!” keluh Chalista sambil sedikit menunduk untuk menyembunyikan wajahnya walau dia tau itu tak berguna lagi karena semua ornag sudah melihat wajah Chalista.“HAH??? PAK- PAK RAFAEL!” Seseorang berteriak lebih kencang saat Rafael juga memutuskan keluar dari mobilnya yang tadi menabrak mobil Abian entah dengan sengaja atau tidak tapi melihat
Brak!Chalista memegang dadanya karena jantungnya hampir copot saat Rafael menutup pintu mobilnya dengan kasar lalu berjalan kembali ke kursi kemudi kemudian membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah kerumunan pegawai yang langsung bubar karena melihat bos mereka sedang tidak dalam suasana hati yang bagus.Chalista terdiam, dengan tubuh yang masih menghimpit ke arah pintu mobil, wanita itu mencuri pandang sekilas ke arah Rafael yang terlihat masih cukup emosi terbukti dari urat lehernya yang terlihat dan cengkeraman tangannya yang erat di kemudi.Chalista hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Suasana di dalam mobil menjadi mencekam apalagi Rafael tak mengucapkan apapun selain melaju cepat membelah perkotaan yang sangat padat sore ini.“Ehmm,” dehem Chalista untuk memecah keheningan yang melanda karena dia juga tak tau harus mengatakan apa, walau sejak tadi Chalista sangat ingin mengomeli Rafael karena ia menabrak mobil Abian tapi kini nyalinya sudah hilang menciut entah kema
Krtttt!!Rafael mengemudikan mobilnya dengan kecepatan maksimum apalagi saat berbelok menuju ke kompleks kawasana apartement Chalista, dia sudah tak peduli dengan hal lain selain menikmati waktunya dengan Chalista.“Raf…pelan pelana aja kenapa sih?” heran Chalista saat Rafael bergerak begitu cepat menuju basement dan memarkir mobilnya hanya dengan sekali hentakan, membuat Chalista keheranan.Mendengar itu Rafael tak berbicara, dia langsung memakai masker dan topi hitamnya lalu melepas jas yang dia pakai dengan gerakan cepat sebelum akhirnya menatap Chalista. “Aku tidak bisa membuang waktu walau sedetikpun jika itu denganmu, sayang, cepat turunlah!” titah Rafael dengan suara beratnya kadang Chalista lupa kalau suara itu juga yang selalu menyuruh nyuruhnya di kantor, hal ini membuat Chalista tersenyum manis.Wanita itu berjalan mengekor di belakang Rafael yang walau memakai masker dan topipun tetap terlihat seperti dirinya apalagi dari belakang, siluet Rafael sangat unik dan sangat gamp
“RAF! BAGAIMANA KITA BISA LUPA?” pekik Chalista langsung bangkit dari tidurnya dan berdiri sambil menatap Rafael yang juga terlihat cukup terkejut.“Aku memang tidak ingat,” jawab Raafel santai.Mayang langsung mematikan panggilannya saat Rafael mengatakan iya. Jangan tanya kenapa Mayang langsung menyemprot dan mengomeli Rafael saat mereka berbicara melalui telpon karena memang Mayang punya mata mata sendiri di kantor untuk dia tanyai sendiri apakah Rafael sudah pulang atau belum jadi dia selalu tau kapan Rfael tiba dan pulang hanya untuk memastikan putranya itu menghabiskan waktu lebih lama dengan istrinya, tanpa tau dia meluangakn waktu sebisa mungkin agar bisa bersama CHalista.“Tenang, pakai baju dulu,” ucap Rafael dengan wajah tenangnya sementara Chalista yang memang dasarnya panikan orangnya hanya bisa mnegacak rambutnya frustasi karena dia perlu waktu lama untuk bersiap-siap.“Argh tidak bisa apa yang harus aku pakai sekarang? Aku belum man
Rafael langsung dengan sigap melihat ke arah kemejanya, dan wajahnya terlihat terkejut tapi setelahnya dia dengan tenang mengancingkan jas biru dongkernya hingga kancingnya tadi tidak terlihat hilang.“Kamu ini malu maluin aja, kok bisa sampek hilang gitu kancingnya kamu habis ngaapin sih?” tanya Mayang sambil menatap kesal ke arah putranya itu, membuat Chalista yang berdiri di sana menjadi tegang.Entah apa yang akan Rafael katakan tapi saat ini CHalista benar benar tidak bisa membantunya karena posisinya hanya sebagai seorang adik yang tidak terlalu dekat dengan kakaknya, bahkan tingkah keduanya pun sering menyita perhatian MAyang karena seeblumnya Rafael memang tak pernha mengakui CHalista sebagai adiknya sendiri, apalagi sekarang saat hubungan mereka sudah berubah menjadi sepasah kekasih.“Nyangkut di hendel pintu,” jawab Rafael seadanya tapi wajahnya yang memang datar tak terlihat mencurigakan sama sekali, tapi alasannya kurang masuk
Rafael langsung melenggang pergi dari kamarnya dan Monika dengan wajah yang sangat menyeramkan. Urat urat lehernya bahkan terlihat saking kerasnya dia menahan emosinya.Pria itu berjalan cepat bukan untuk menuju ke lantai bawah tempat pesta ulang tahun pernikahan mama dan papanya diadakan. Dia menarik kasar dasinya yang serasa mencekik lehernya itu dan malah berjalan menuju ke ruang kerjanya yang ada di lantai 3.Brak!Rafael menendang pintunya dengan kakinya hingga membuat pintu itu hampir rusak. Tatapannya setajam serigala yang siap memakan mangsanya.Bugh!Bugh!Rafael memukul mejanya dengan tangannya secara bertubi tubi hingga mengeluarkan darah segar yang mengalir karena sobekan kulit tangannya. Tapi itu tak membuat pria itu berhenti. Rafael terus melakukannya hingga emosinya mereda dan tangannya terluka cukup parah.Rafael mengacak rambutnya frustasi. Sudah lama sekali dia menahan semua ini dan dia belum berbicara dengan papanya selama ini karena itu hanya membuat keinginannya un
Chalista mematung, dia belum bisa memproses apa yang terjadi saat ini. Suara pekikan terkejut semua orang memenuhi ruangan termasuk suara mama.Ia hanya ingat sedang menatap terkejut ke arah Monika yang memakai dress yang sama dengannya lalu kemudian ada pelayan yang sedang membawa kue tinggi menjulang dengan stroller. Kue itu milik mama dan papanya dan terukir dengan sangat indah.Namun, Chalista belum bisa memproses semuanya saat tiba-tiba kue itu sudah jatuh menimpan tubuhnya. Ya, benar benar sangat memalukan. Saking besar dan bertingkatnya kue itu seluruh tubuh CHalista ari dada hingga ke bawah dress merah indahnya sudha ternodai.Chalista masih terdiam saat dia mendengar mamanya meneriaki pelayan untuk membawakan tisu atau sebgaainya untuk membantu membersihkan tubuh putrinya namun saking kotornya rasanya tisu tak akann cukup.CHalista merasa sangat malu saat semua orang menatapnya dengan tatapan terkejut sekaligus kasian, namun saat pandangannya mengarah ke arah Monika dia mendad
Chalista sontak mendoorng kasar tubuh Rafael yang tadi sedang menjilati dadanya dengan ekspresi yang syok. Dia mematung saat melihat kakak sepupunya, Morgan datang tiba-tiba dari arah pesta tadi.Seluruh tubuh Chalista rasanya bergetar hebat saat dia melihat wajah Morgan. Dia yakin Morgan melihat apa yang terjadi tadi. Bagaimana ini? Apa ini adalah akhir hidup Chalsita?“K-kak Morgan…” lirih Chalista dengan bibir bergetarnya, tangannya meremas dressnya yang sudha kotor itu. Semuanya hari ini sangat kacau, benar benar kacau. Tak ada yang berjalan sesuai dengan rencana.Sementara itu Morgan hanya menatap keduanya dengan tatapan tenang, tak terlihat terkejut sama sekali dan itu semakin membuat Chalista merutuki dirinya mati matian daalam hatinya. Dia cemas membayangkan apa tadi Morgan mendengar semua yang dia ucapkan dengan Rafael atau dia melihat apa yang Rafael lakukan tadi.Argh!“K-kak Morga…ini tidak seeperti yang kakak lihat…Raf…hm maksudku Kak RAfa hanya membantuku membersihkan d