Waduh! gimana tuh jadinya
Suara dari pria yang sangat Rafael kenali itu membuat perhatiannya teralihkan. Rafael hendak langsung menjawab agar masalah ini tidak menjadi panjang, dia ingin berbohong saja terlebih dahulu mengingat dia merasa ini bukan waktu yang tepat untuk membongkar semuanya.Tapi, saat semuanya sedang hening dan menunggu jawaban dari Rafael, salah satu sumber masalah dari semua ini tiba tiba masuk ke ruangan rawat inap milik Monika.Marco, pria berbadan tinggi dengan kulit sedikit gelap itu terlihat membawa beberapa tas yang berisi perlengkapan majikannya, Monika karena memang Monika akan dirawat selama beberapa hari.Tatapan Rafael sangat dalam, mengarah ke Marco. Bukan tatapan marah ataupun benci, tapi sebagai seorang pria Rafael tentu sangat paham bagaimana perasaan Marco.Pria ini pertama kali Rafael temui 2 hari sebelum pernikahannya dengan Monika. Ya, tepat beberapa jam sebelum tragedinya dengan Chalista terjadi. Saat itu Marco masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu dan melihat Rafael t
Suara remasan dari botol kaleng terdengar di rooftop sebuah rumah sakit mewah di kawasan Jakarta Pusat. Rafael, pria tampan dengan wajah yang terlihat marah itu menatap jauh diantara gedung gedung tinggi pencakar langit yang memang terlihat dari atas sini.Beberapa botol minuman kaleng lainnya berderet di sampingnya, Rafael sudah banyak sekali meminum minuman soda itu yang merupakan bukan hal biasa. Rafael biasanya tidak meminum minuman kaleng seperti itu dengan alasan kesehatan, ya karena itu mengandung banyak sekali gula tapi terkadang saat ia merasa setres, hanya itu obat yang dapat membuatnya merasa lebih tenang.Ekspresi pria itu terlihat begitu marah, apalagi dia selalu meremas dengan keras botol kaleng itu setelah menegak isinya dengan habis. Sementara itu waktu sudah hampir malam dan Rafael masih berdiri di sana sejak jam 5 sore tadi.Beberapa kali Rafael mengabaikan panggilan dari mamanya bahkan Chalista. Karena dia ingin sendiri saat ini. Rafael tadi berbohong mengatakan kala
Rafael sangat menikmati saat saat seperti ini seumur hidupnya. Dia memang tak pernah merasa dirinya seorang malaikat yang baik hati, namun sebaliknya, Rafael adalah iblis dengan balutan wajah bak pangeran.Buktinya, dia benar benar menikmati ekspresi dan seluruh ekspresi yang ditunjukkan oleh wanita ini. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, wanita ini terlihat persis seperti Monika, hanya saja versi lebih dewasa dengan postur tubuh yang lebih berisi karea memang Monika sangat menjaga bentuk tubuhnya agar tetap langsing.Mama mertuanya ini benar benar mengingatkan Rafael pada Monika, wanita ular itu. Dan bahkan bukan hanya mengingatkannya pada fitur wajah atau fisik dari Monika, seluruh emosi yang bisanya hanya dia rasakan saat berbicara dengan Monika atau berada di dekatnya juga Rafael rasakan saat ini, saat dia sedang bericara dengan mama mertuanya.Sungguh ajaib.Apa itu karena tebakan Rafael tepat sasaran? Kalau Monika saja bisa berbuat selicik dan sejahat itu demi kepentingan
Plak!Mama Monika kembali menampar Rafael, di sisi pipi yang sama hingga membuat Rafael terpaksa memiringkan wajahnya karena tamparannya begitu keras.Bukannya kapok dengan tamparan pertama sebelumnya tamaparan itu malah membuatnya semakin memanas, dia juga bersemangat untuk berperang dengan wanita ini karene memang sejak awal mama Monikalah yang terlebih dahulu memulai semua drama ini.Dia yang menyeret Rafael ke sini dan berniat memutar balikkan fakta dan berusaha menyalahkan Rafael karena tidak becus menjadi suami atas perselingkuhan anaknya. Entah logika macam apa itu tapi jika wanita ini ingin menjatuhkan Rafael maka tidak akan semudah itu.Mungkin wanita ini berpikir Rafael akan sama seperti Abimanyu yang bisa dengan mudah diajak untuk bekerja sama tanpa memikirkan untung rugi tapi Rafael berbeda. Dia memiliki sifat yang jauh lebih keras dan tak tersentuh.Kini mata mama Monika sudah memerah dan melotot tajam seakan akan bisa keluar kapan saja. Tatapannya setajam pisau dan itu me
Drtt Drtt DrttSuara dering dari hpnya yang ada di saku celananya membuat lamunan Rafael buyar. Dia masih setia berdiri di rooftop dengan beberapa botol soda di sampingnya. Pria tampan yang biasanya sangat rapi itu kini terlihat sangat kacau.Rafael awalnya ingin mengabaikan panggilan telpon itu karena memang dia pikir itu dari mamanya akan tetapi tiba tiba dia punya firasat kalau itu panggilan dari orang yang sudah Rafael tunggu tunggu sejak berjam jam tadi.Dengan gerakan cepat, Rafael meraih saku celananya untuk mengambil hpnya. Dia melihat dengan segera siapa nama yang tertera di sana. Rafael tak dapat lagi mendeskripsikan betapa dia merasa lega saat melihat nama Morgan di sana.Tanpa berlama lama lagi, Rafael langsung menggeser layar hpnya dan berbicara dengan Morgan dengan nada tak sabaran. “Bagaimana, kau sudah mencari tau?” Rafael berdiri tegak dengan pikiran yang terfokus sepenuhnya pada Morgan karena pria ini memang satu satunya harapannya.Dulu, Rafael terbiasa melakukannya
“Ma….” Suara Rafael sangat pelan hampir tak terdengar. Wajahnya terlihat begitu syok namun dia tetap berusaha terlihat tenang.Mayang menatap putranya itu dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Ada rasa kekecewaan dan kepedihan yang mendalam tersirat melalui sorot matanya.Sangat berat rasanya Rafael melihat cinta pertamanya, wanita yang sangat dia sayangi ini terlihat sesedih ini. Tanpa sadar Rafael mengepalkan tangannya emosi, tak henti hentinya dia berandai andai dalam pikirannya.Andai saja mamanya tidak menikah dengan papanya, andai saja semua ini tidak terjadi, andai saja papanya tidak seligkuh dulu andai saja mamanya tau semua hal ini, andai saja mamanya punya sifat curiga dan tidak terlalu gampang percaya dengan orang lain, andai saja.Namun semua itu hanya khayalannya, kini dia harus menghadapi kenyataan pahit yang ada di depan matanya sendiri.“M-ma aku bisa jelas—PLAK!Sebuah tamparan mendarat lagi di pipi kanan Rafael. Tak puas mendapat 2 tamparan dari mama mert
“MA!” Suara Rafael meninggi saat mengucapkannya. Ada rasa benci dan emosi yang dalam saat dia mendengar kata kata itu keluar dari mulut mamanya. Diantara semua manusia kenapa harus papanya sendiri? Orang yang paling Rafael benci yang tak akan pernah dia maafkan?“Kenapa? Kamu sulit menerima fakta itu? Kau anak kandungnya Rafael, kau punya sifat yang sama persis seperti papamu.” Napas Mayang terkecat saat mengucapkannya, dia memegang dadanya saat rasa sakit dari masa lalu yang belum sembuh itu kembali menghujamnya mengingatkan MAyang betapa sakit hatinya dia dengan semua ini sampai detik ini walau Abimanyu sudah meminta maaf berkali kali.“Mama….mama sudah merasakan itu semua Raf, mama tau bagaimana rasanya menjadi Monika dan mama tak akan pernah membiarkan kamu melakukan hal yang sama pada istrimu seperti apa yang mama alami dulu.” Mayang benar benar tak tau menau tentang apa yang terjadi, tapi rasa kecewanya dengan Rafael nyata adanya.Arghhh!! Rafael saat ingin berteriak saat ini dan
4 bulan kemudianSeorang pria dengan gaya pakaian casual dan rambut yang tertata sangat rapi berjalan dengan penuh wibawa melewati kerumunan orang orang yang tengah meliuk liukkan tubuhnya di lantai dansa.Suara musik yang begitu menggema, membuat Rafael sangat tak nyaman. Pria itu mengecek kembali hpnya untuk mengecek kembali pesan yang dikirim oleh Morgan.“Benar VVIP 1,” gumam pria tampan yang pakaiannya paling mencolok di sana. Rafael celingak celinguk di depan tangga, harusnya dia naik lift tapi sepertinya hanya tangga ini jalan satu satunya menuju ke area VVIP.Dengan langkah cepat dan sedikit tidak sabaran, Rafael berjalan menaiki satu persatu anak tangga yang ada di sana. Langkah kakinya yang lebar membuatnya dengan cepat sampai di lantai atas gedung itu.Sebuah lorong dengan gaya mewah dan penerangan yang cukup minim terpampang nyata di depannya. Ada beberapa pintu yang berisi tulisan di sana dan benar saja semua pintu itu bertuliskan ‘VVIP’Dengan perasaan lega, Rafael berjal