Home / CEO / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Bab 1 - Terpaksa Berjodoh

Share

Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan
Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan
Author: Creative Words

Bab 1 - Terpaksa Berjodoh

last update Last Updated: 2023-08-23 17:37:44

“Adikmu itu sudah seperti benalu di sini. Harusnya dia tahu diri!”

Embun baru saja hendak mengucap pamit berangkat kerja saat dia mendengar suara omelan ibu mertua kakak semata wayangnya dari dalam rumah.

Gadis cantik bermata coklat tersebut pun terdiam di tempat dan menguping percakapan di dalam dapur itu.

“Numpang di rumah orang kok keterusan. Dia kan sudah bekerja, seharusnya secara finansial sudah bisa mandiri. Suruh dia cari tempat kos atau kontrakan kek. Bukan tinggal terus-menerus di rumah anakku ini!”

Lagi-lagi suara ibu mertua sang kakak kembali mengudara.

“Bu, Embun adik Rindang satu-satunya. Hanya dia keluarga Rindang yang tersisa.” Kali ini Embun mendengar suara kakak perempuannya, Rindang, berujar dengan sabar. “Anak perempuan tinggal di luar sendirian bahaya, Bu.”

“Tapi bukan berarti dia bisa seenaknya tinggal di sini, dong! Ibu nggak mau tahu, suruh dia secepatnya keluar dari rumah ini.”

“Tapi, Bu ….”

“Tidak ada tapi-tapian ya, Rindang. Kamu yang ngomong ke adikmu atau Ibu yang akan bicara langsung sama dia malam ini!” ancam ibu mertua Rindang.

Embun mendengar suara langkah kaki yang menjauhi ruang tamu. Sepertinya, ibu mertua sang kakak telah pergi. Dengan mengucap doa agar sabar, Embun memejamkan mata.

Memang sudah lama Embun merasa tidak enak menumpang di rumah sang kakak ipar. Akan tetapi, setiap kali Embun melontarkan niatan untuk tinggal di luar, kakak dan kakak iparnya tidak pernah mengizinkan. Alhasil, Embun terpaksa menetap bersama keduanya. Itu pun dia juga berikan uang bulanan sebesar lima juta kepada sang kakak ipar guna balas budi karena sudah diizinkan tinggal.

Akan tetapi, sepertinya ibu mertua sang kakak tidak pernah mengetahui hal itu … atau tahu tapi tetap tidak mau tahu.

Teringat oleh Embun ucapan sang kakak dulu, “Mau tinggal di luar sebenarnya boleh, tapi kamu harus nikah dulu.”

Helaan napas kabur dari bibir Embun.

Menikah? Menikah dengan siapa kalau pacar saja dia tidak punya? Akan tetapi, hanya itu jalan keluar Embun agar tidak mengganggu rumah tangga kakaknya.

Embun terus memikirkan hal tersebut sepanjang siang, bahkan selagi bekerja.

“Menikah sama siapa ya …?”

“Sama anak kakek saja.”

Embun terkejut ketika pertanyaannya dibalas oleh orang lain. Dia pun menoleh dan mendapati seorang kakek telah berdiri di hadapannya.

“Kakek Surya ….” Embun tersenyum kepada langganan kafe miliknya itu. “Kakek mengagetkan saja.”

“Kakek sudah panggil kamu berkali-kali, kamunya yang nggak sadar,” balas sang kakek. “Menu biasa, ya,” ucap pria itu yang langsung dimengerti oleh Embun.

Dengan cepat Embun menghidangkan pesanan sang kakek. Di saat itu juga sang kakek memaksanya duduk bersama dan bertanya perihal apa yang terjadi, “Jadi, apa masalahnya?”

Awalnya, Embun ragu menceritakan. Akan tetapi, Kakek Surya adalah langganannya sejak satu tahun yang lalu. Oleh karena itu, mereka sudah cukup dekat dan sudah hal biasa bagi keduanya untuk berbagi cerita.

Akhirnya, Embun pun menceritakan semuanya dan berakhir mendapatkan tawaran mengejutkan dari sang kakek.

“Kalau kamu nggak keberatan, kakek sungguh mau kamu menikah dengan anak kakek.”

Dikatakan Kakek Surya memiliki seorang putra berusia tiga puluh lima tahun yang belum menikah. Dia sudah mapan secara finansial, tapi terlalu sibuk bekerja sampai tidak memiliki waktu mencari pasangan. Hal itu membuat Kakek Surya khawatir anak bungsunya tidak akan menikah, padahal cucu sang kakek saja sudah ada yang punya pacar.

Di sisi lain, Kakek Surya sangat menyukai Embun. Gadis itu selalu sabar dan mendengarkan cerita dan keluh kesahnya yang mungkin membosankan untuk gadis seusianya. Gadis sabar dan penyayang yang juga mandiri dan bekerja keras. Sangat cocok untuk jadi calon menantunya!

Embun tampak tertegun mendengar usulan dari Kakek Surya. Akan tetapi, sepertinya usulan sang kakek sungguh pilihan yang baik untuk rencananya saat ini. Menikah dan keluar dari rumah kakak iparnya.

“Kalau anak Kakek tidak keberatan, saya tertarik menerima.”

Alhasil, di hari esoknya, Embun pun pergi ke sebuah kafe untuk bertemu dengan anak Kakek Surya.

Sejujurnya, Embun tidak menyangka jika putra bungsu sang kakek akan bener-benar menyetujui perjodohan ini. Akan tetapi, dia juga lega karena artinya dia tidak perlu lagi mencari calon suami.

“Wah, lihat deh, pria itu ganteng banget!”

“Iya, kayak artis!”

Baru saja duduk di salah satu kursi kafe, Embun dikejutkan oleh sejumlah komentar para pelanggan wanita yang ada di kafe tersebut. Gadis berambut panjang bergelombang itu mengikuti arah pandang para wanita dan berakhir menatap sosok yang duduk di meja depannya.

Tampak seorang pria tampan berjas rapi sedang duduk di sana sembari mengetik di laptop dengan serius. Alis tebal yang menukik tajam, hidung mancung yang dihiasi kacamata tipis, lengkap dengan rahang tegas yang menunjukkan wibawa.

Patut Embun akui, pria itu memang tampan.

Namun, Embun punya urusan yang lebih penting.

[Saya sudah di kafe.]

Embun mengetikkan pesan tersebut dan mengirimkannya kepada putra Kakek Surya, Kaisar.

TING!

Detik itu juga, dentingan notifikasi ponsel terdengar. Embun mengangkat pandangan, mendapati bahwa pria di hadapannya kebetulan juga menerima pesan.

Gadis itu agak tertawa dalam hati. ‘Nggak mungkin kebetulan banget dia anaknya si Kakek, ‘kan?’ Embun menggelengkan kepala dan kembali memerhatikan ponselnya. ‘Kalau seganteng itu, masa iya belum punya pacar.’

Tak lama, sebuah balasan pun diterima Embun.

[Saya juga sudah tiba di kafe. Tolong foto lokasimu di sebelah mana.]

Melihat hal itu, Embun bergegas mengangkat ponselnya untuk mengambil foto tempat mejanya berada. Saat itulah gadis cantik itu menyadari dari kamera ponselnya bahwa pria di depannya itu menghilang.

Detik berikutnya terdengar seseorang memanggil namanya.

“Embun Prajaya?”

Embun langsung menoleh. Seketika, dia tersentak.

Pria tampan yang tadi duduk di hadapannya telah berdiri di samping mejanya sekarang.

“Kaisar Rahardja?” tebak Embun.

Lelaki bertubuh tinggi dan tegap itu mengangguk.

Embun langsung berdiri dan mengulurkan tangan kanannya yang disambut jabat tangan sopan dari pria tampan di hadapannya itu.

“Salam kenal. Saya Embun,” ujar gadis itu seraya tersenyum.

“Kaisar Rahardja, panggil saja Kaisar.”

Embun pun mempersilakan Kaisar untuk duduk di depannya. Hal itu membuat para gadis yang tadi memerhatikan pria tersebut tampak kecewa, terlebih karena di tengah-tengah pembicaraan, Embun dan Kaisar membicarakan latar belakang masing-masing, khas dua orang yang sedang kencan buta.

Dari pembicaraannya dengan Kaisar, Embun mendapati bahwa pria itu adalah anak terakhir dari tiga saudara yang semuanya pria. Kakak pertama adalah seorang dokter spesialis bedah, sedangkan kakak kedua merupakan seorang pemuka agama. Itulah alasan sang kakek membebani Kaisar dengan tanggung jawab perusahaan yang membuatnya tidak memiliki waktu untuk menjalin cinta.

Embun pun juga menjelaskan latar belakangnya. Anak bungsu dari dua bersaudara yang tinggal bersama dengan kakaknya yang sudah menikah. Kedua orang tuanya meninggal saat Embun masih kecil.

Setelah memperkenalkan diri dan memahami situasi satu sama lain, Kaisar pun berkata, “Oke. Saya rasa perkenalannya sudah cukup.” Pria itu pun berdiri dari kursi dan mengisyaratkan kepada pelayan kafe bahwa dia akan melakukan pembayaran. Sembari menatap Embun, dia lanjut berujar, “Waktu saya tidak banyak, jadi ayo selesaikan pernikahan ini sekarang juga.”

Embun terkejut. “Sekarang?”

Selesai membayar dengan kartu hitamnya, Kaisar menjawab Embun yang juga ikut berdiri, “Kantor catatan sipil ada di dekat sini. Kamu sudah bawa dokumen yang saya minta juga, ‘kan?”

“Iya, tapi–”

Kaisar tidak menunggu ucapan Embun sampai selesai. Pria itu langsung berbalik dan berkata, “Kalau begitu, ikut saya.”

Alhasil, Embun pun hanya bisa mengikuti perintah Kaisar dan mulai berjalan dengan pria tersebut berdampingan menuju kantor catatan sipil.

Dalam hati, Embun membatin bagaimana dirinya tidak heran pria tersebut belum memiliki pasangan hingga sekarang. Pria itu begitu dingin dan angkuh!

Selagi Embun memikirkan hal itu, sebuah pertanyaan dilontarkan Kaisar, “Kamu yakin dengan pernikahan ini?” Mereka sudah sampai di depan gedung kantor catatan sipil. “Pernikahan kita memang tidak diawali dengan cinta, tapi saya harap kamu tidak menganggapnya permainan.”

Comments (27)
goodnovel comment avatar
Kenmaret Sukenah
cerita cukup unik
goodnovel comment avatar
Malam Senja
bagus ceritanya keren walau baru baca tapi bikin penasaran lanjut kk
goodnovel comment avatar
elsa Ca
sangat menarij
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 2 - Pernikahan Telah Sah

    “Pernikahan kita memang tidak diawali dengan cinta, tapi saya harap kamu tidak menganggapnya permainan.” Ucapan Kaisar membuat Embun menatap pria tersebut dengan saksama. Jujur saja, Embun kaget Kaisar menyatakan hal seperti itu. Gadis itu sempat berpikir bahwa Kaisar menganggap enteng pernikahan ini karena memang terpojok situasi. Akan tetapi, ternyata Kaisar cukup serius. Diselimuti keyakinan, Embun pun berakhir menjawab, “Saya sudah setuju di awal, Kaisar. Jadi tidak mungkin saya mengubah kata-kata saya.” Dengan pandangan yang mendarat di wajah pria itu, Embun mempelajari ekspresi Kaisar. Akan tetapi, sama sekali tidak bisa Embun baca reaksi pria tersebut terhadap jawabannya. Kaisar pun mengangguk dan mengisyaratkan Embun untuk mengikutinya masuk ke dalam kantor catatan sipil. Di dalam mereka menyerahkan sejumlah dokumen dan menandatangani berkas-berkas pernikahan. Dalam waktu singkat, keduanya pun keluar dari ruangan dan menjadi pasangan suami istri yang telah dianggap sah ole

    Last Updated : 2023-08-23
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 3 - Kartu Hitam

    Toko Perhiasan Elegance Jewelry. “Saya mau lihat beberapa cincin pernikahan koleksi terbaru di toko ini,” kata Embun pada pegawai perempuan yang menghampirinya dengan ramah. “Baik, Bu,” jawab pegawai itu masih dengan senyum ramah di wajahnya. Embun baru saja tiba di sebuah toko perhiasan sesuai dengan permintaan Kaisar untuk membelikan masing-masing dari mereka cincin pernikahan. Memerhatikan kartu kredit yang diberikan padanya, Embun tahu bahwa kartu kredit tersebut spesial dan hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. Hal itu membuat Embun memutuskan untuk pergi ke toko perhiasan terbaik di kota itu. Bukan karena tahu Kaisar memiliki uang untuk dibuang, tapi lebih karena wanita itu berpikir membeli di tempat terjamin lebih baik agar kalau-kalau nanti pernikahan mereka disudahi, Kaisar tidak akan kehilangan uangnya dan bisa menjual kembali cincin tersebut. “Ini salah satu koleksi terbaik di toko kami. Berlian berwarna biru ini merupakan berlian langka yang didatangkan langsung

    Last Updated : 2023-09-05
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 4 - Sertifikat Rumah

    Embun menghela napasnya pelan. Dia tidak akan banyak bertanya pada Kaisar tentang pekerjaan pria tersebut. Pria itu bukan hanya sudah berbaik hati menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami, tapi Kaisar juga mengizinkan Embun untuk tinggal di kediamannya. Demikian, rasanya kurang sopan bagi Embun jika menyelidiki Kaisar lebih jauh lagi. Setelah menyelesaikan transaksinya, Embun bergegas memesan taksi online yang akan mengantarkannya ke rumah sang kakak. Hari ini juga dia akan berpamitan dengan Rindang. Rumah Rindang terlihat sepi saat Embun tiba. Ibu mertua sang kakak sepertinya sedang tidak ada di rumah. Embun menarik tangan kakaknya ke dalam kamar. Mereka duduk berdampingan di tepi ranjang. "Kak, aku hanya mau bilang bahwa hari ini aku mau pindah. Aku sudah menikah tadi pagi dan suamiku memintaku untuk tinggal bersamanya." Kalimat Embun itu sukses membuat mulut kakaknya terbuka. “Bisa-bisanya kamu menikah tanpa memberitahu kaka

    Last Updated : 2023-09-05
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 5 - Senyuman

    “Kak, menurutku itu tidak perlu.” “Hanya untuk jaga-jaga. Kita tidak pernah tahu pernikahanmu ke depannya akan seperti apa. Ini juga untuk kebaikanmu.” Rindang mencoba menjelaskan. Sebagai wanita yang sudah menikah, Rindang lebih paham tentang hal itu. Apalagi jika menjadi istri yang tidak memiliki penghasilan, sertifikat rumah seperti itu akan menguntungkan. Walaupun Embun memiliki penghasilan sendiri, tetapi setidaknya kehidupannya bisa terjamin dengan baik jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Kurasa aku tidak akan meminta hal itu pada suamiku, Kak.” Embun berusaha menolak permintaan Rindang. “Baiklah kalau kamu tidak mau, tapi kalau begitu kakak juga tidak jadi memberikan restu untuk pernikahanmu.” Embun menatap Rindang tidak percaya, lalu detik berikutnya menghela napas. “Baiklah Kak, aku akan coba bicarakan dengan Kaisar.” Embun bisa melihat Rindang tersenyum senang atas ucapannya. Ada perasaan bersalah di hati Embun melihat Rindang tersenyum seperti itu, karena se

    Last Updated : 2023-09-05
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 6 - Pernikahan Dadakan

    “Lihat itu, Pak Kaisar tersenyum.” “Aku tidak pernah melihat Pak Kaisar tersenyum seperti itu. Apa jangan-jangan Pak Kaisar punya kekasih, ya?” Para peserta rapat saling berbisik sejak melihat Kaisar menggunakan ponselnya dan tersenyum. Kaisar berdeham untuk meredakan bisik-bisik di ruang rapat. Dia menyadari rapat siang ini menjadi tidak kondusif karena dirinya. “Lanjutkan rapatnya,” kata Kaisar acuh tak acuh. Nicholas, anak dari kakak pertama Kaisar yang duduk paling dekat dengannya mencondongkan kepala ke arah sang paman. “Paman, apa betul Paman baru saja menikah dengan gadis pilihan Kakek?” bisik Nicholas pelan. Kaisar hanya menjawab pertanyaan keponakannya itu dengan helaan napas tanpa melirik sedikit pun ke arah Nicholas. “Jadi, sungguh Paman sudah menikah?” bisik Nicholas lagi. Kali ini Kaisar menatap tajam keponakannya itu. Dia tidak mengatakan apa pun, tetapi tatapan matanya jelas mengisyaratkan keponakannya itu untuk segera menutup mulutnya. Nicholas tersenyum cang

    Last Updated : 2023-09-07
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 7 - Keluarga Konglomerat Paling Berkuasa

    Embun sendiri hanya bisa meringis menatap Friska. “Coba kalau kamu diskusikan dulu denganku, aku pasti akan membantumu. Aku bisa mengenalkanmu dengan sepupuku, dan kalian bisa menikah.” Embun tersenyum tipis. “Semua sepupumu itu sudah dijodohkan.” Sontak, Friska terdiam. “Iya juga ….” “Kamu juga akan dijodohkan, 'kan?” tanya Embun untuk mengalihkan topik dari dirinya. Sesuai rencana Embun, Friska jadi ingat bahwa ia juga dijodohkan. Hal itu pun membuat Friska menggeram dengan ekspresi tidak senang. Friska dan saudara-saudara sepupunya itu memang berasal dari kalangan atas. Meskipun bukan termasuk keluarga konglomerat, tetapi bisnis keluarganya menjadi salah satu yang layak diperhitungkan di kota ini. Maka tidak heran jika semua sepupu Friska, termasuk Friska, sudah dijodohkan dengan anak relasi keluarganya. Semua itu demi kepentingan kelancaran dan perkembangan bisnis keluarga. Namun, Friska menolak mentah-mentah perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Dia ingin hidup bebas, t

    Last Updated : 2023-09-20
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 8 - Embun?

    Embun tersenyum tipis dan menggelengkan kepala. Dia yakin keluarga Rahardja yang sedang dibicarakan bukanlah keluarga suaminya. Papa mertuanya dan Kaisar tidak terlihat seperti berasal dari keluarga konglomerat. Walau cara berpakaian mereka cukup mewah, tapi mereka rendah hati dan tidak tampil mencolok. Lagi pula, di negara ini ada banyak nama Rahardja, jadi tidak mungkin jika pewaris Rahardja yang datang ini adalah suaminya. Embun mengangkat bahunya. Kakinya melangkah ke sisi meja tempat makanan disajikan. Gadis itu mengacuhkan kerumunan yang berada di seberang posisinya berada. *** Mengenakan setelan jas hitam dan sepatu kulit mengkilap, Kaisar melangkah dengan mantap memasuki Nusantara Ballroom. Wajah tampan dan kharismatiknya membuat Kaisar menjadi sorotan di pesta itu. “Selamat datang di pesta ulang tahun anak kami, Tuan.” Lelaki setengah baya berjas rapi menyambut kedatangan Kaisar dengan senyum merekah. Kaisar menyambut uluran tangan kolega ayahnya itu dengan senyum sopan

    Last Updated : 2023-09-20
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 9 - Siapa Dia?

    Kaisar memerhatikan wanita di area makanan itu dengan saksama, berhati-hati agar tidak salah mengenali seseorang.Wanita yang sedang asyik memilih makanan seorang diri itu terlihat sangat mirip dengan Embun. Penampilannya yang terlalu sederhana terlihat sangat menonjol dibandingkan tamu undangan lain yang datang.Kaisar tersenyum sopan menyudahi sapaannya pada rekan bisnisnya, dengan dalih hendak menyapa rekan bisnis lainnya. Lalu, Kaisar mengisyaratkan Reza untuk menjauhi kerumunan.“Ada apa, Tuan?” tanya Reza kepada sang atasan.“Pastikan wanita yang aku lihat itu istriku atau bukan! Dan selidiki dengan siapa dia datang!” perintah Kaisar pada Reza. Reza mengikuti arah pandang Kaisar, lalu mendapati sosok serupa Embun yang sedang melahap makanannya dengan santai.Tahu Reza telah melihat apa yang dia lihat, Kaisar pun lanjut bertitah, “Foto segala hal yang dilakukan wanita itu di sini!” Walau perintah tuannya itu terkesan agak berlebihan, tapi Reza tidak memiliki hak untuk bertanya.

    Last Updated : 2023-09-20

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 298 - Bahagia Selamanya

    Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 297 - Karunia Terindah

    "Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 296 - Janji Setia Selamanya

    "Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 295 - Pernikahan Embun dan Kaisar

    [Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 294 - Perhiasan Keluarga Rahardja

    "Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 293 - Sudah Direstui

    "Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 292 - Kalian Saling Kenal?

    "Oh? Mau mengadakan pesta pernikahan?" Embun mendengar keterkejutan dalam suara Rindang. Ia berniat menyahuti sang kakak, tapi sebelum ia sempat mengucapkan apa pun, Rindang sudah melanjutkan. "Embun kurang suka pesta. Tapi saya setuju kalau akan diadakan pesta. Menikah hanya sekali. Sayang jika tidak membuat kenangan baik." Istri Kaisar itu akhirnya menyerah. Ia tidak menanggapi, sementara Lidya dan Rindang justru terlibat obrolan seru soal pesta pernikahan. Ia belum membicarakan hal ini pada Kaisar, sekaligus mendengar tanggapan pria itu. Hingga akhirnya, Lidya pamit karena ia ada janji dengan Surya. Wanita itu berniat menjemput suaminya di kantor. "Kamu istirahat yang cukup. Makan yang benar," ucap Lidya. "Jangan terlalu membebani dirimu. Soal pesta, biar aku yang urus." Tersenyum lemah karena pasrah, Embun mengangguk. "Terima kasih, Ma," ucapnya. Dalam beberapa hari saja, keduanya sudah cukup dekat. Embun harus akui ini semua berkat kegigihan dan keterbukaan Lid

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 291 - Rencana Pesta Pernikahan

    "Embun anak baik. Dia tidak akan membencimu." Lidya teringat ucapan suaminya sebelum ia memutuskan untuk bertemu dengan Embun. Namun, sesaat sebelumnya, bukan hanya itu yang dikhawatirkan Lidya. Wanita itu juga ingin mengakui dosanya pada sang suami. Bahwa ia telah berselingkuh dengan Henri Pradana. Bahwa, sekalipun Lidya melakukan itu karena pernikahan mereka yang sudah dingin, sama sekali tidak membenarkan alasannya mengkhianati sang suami. "Mas Surya, aku--" Namun, sebelum Lidya sempat melakukannya, Surya sudah memotong kalimatnya. "Lidya." Tubuh Lidya membeku saat tiba-tiba Surya menangkup sisi wajahnya, membuat wanita itu menatap sang suami. Surya tersenyum kecil. "Sepertinya kamu sudah kembali," ucapnya pelan. "Menjadi istri yang dulu kucintai." Tangis Lidya pecah. Baru kemudian ia terpikir, perubahan sikap sang suami bisa jadi karena tingkahnya yang tidak karuan; hobi berfoya-foya dan menghabiskan uang suaminya di luar negeri tanpa meluangkan waktu untuk suami dan para

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 290 - Terima Kasih Karena Menyelamatkan Kami, Ma

    "Selamat sore." Lidya melangkah lebih dekat ke tempat tidur Embun setelah memutus kontak mata dengan yang lebih muda. "Aku tunggu di luar ya," ucap Surya kemudian, membuat baik Embun maupun Lidya menoleh ke arahnya. "Kalau ada apa-apa, panggil saja." Embun melihat ayah mertuanya itu berbalik dan berniat melangkah pergi, sebelum kemudian Lidya menggenggam tangannya. "Pa," bisik ibu Kaisar tersebut. Surya menatap sang istri dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, dia anak baik," kata pria tua itu. "Bicaralah pada menantu kita. Semuanya akan baik-baik saja." Pria itu meremas tangan istrinya pelan sebelum kemudian melepaskan genggamannya dan berlalu keluar. Meninggalkan Embun berdua dengan Lidya. Hening. Lidya tidak mengatakan apa pun, dan Embun menunggu wanita itu memulai karena ia pikir, akan lebih baik jika ia memberikan kesempatan pada ibu mertuanya untuk menyampaikan niatnya lebih dahulu. Sekalipun Embun juga punya hal untuk dikatakan. Namun, saat Lidya tidak kunjung bi

DMCA.com Protection Status