Share

BAB 60 - Evakuasi

Penulis: R.D. Skypigeon
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 10:00:44

"Siapa?" tanya Papa dan Mama hampir bersamaan.

Iptu Rahman menatap mereka semua sebelum menjawab. "Satpam baru di sekolah Viera. Yang mulai bekerja sekitar dua bulan lalu."

"Pak Rudi?" Viera terkesiap. Dia ingat satpam yang selalu tersenyum ramah itu, yang sering berjaga di pos depan sekolah.

"Nama aslinya Rudianto Pratama," Iptu Rahman menunjukkan sebuah file di tabletnya. "Mantan teknisi IT yang dipecat dari pekerjaannya karena... kasus serupa."

"Ya Tuhan..." Mama memeluk Viera erat.

"Dia menggunakan posisinya sebagai satpam untuk mengawasi Viera," lanjut Iptu Rahman. "Dan dengan background IT-nya, memasang sistem pengintai palsu di rumah kalian bukan masalah besar baginya."

"Ap

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 61 - Permainan Dimulai

    Papa mengendarai mobilnya dengan fokus penuh, sesekali melirik kaca spion. Setelah insiden penguntitan kemarin, dia memutuskan tidak ingin Viera naik bus sekolah. "Kamu gugup?" tanya Papa, menyadari jemari Viera yang berkali-kali meremas ujung tas. Viera tersenyum lemah. "Sedikit." Perjalanan terasa berbeda hari ini. Setiap sudut jalan, setiap kendaraan yang lewat, dipantau dengan waspada. Papa sengaja mengambil rute tidak biasa, berbelok-belok tanpa pola yang mudah ditebak. "Nanti kamu akan didampingi Ian dan guru-guru lain selama evakuasi," Papa menjelaskan. "Tim kepolisian juga akan menyamar di antara murid-murid." Viera mengangguk. Pikirannya melayang pada Bu Anita - guru BK yang ternyata terlibat. Bayangan kepercayaan yang dikhianati membuat perutnya terasa mual. "Pa," dia akhirnya berbicara, "aku takut. Tapi... aku juga ingin semua ini selesai." Papa menggenggam tangannya sebentar. "Kamu kuat, Viera. Kamu tidak sendirian." Mobil berhenti di depan gerbang sekolah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 62 - Milikku (1)

    Suara Bu Anita yang mengatur barisan murid terdengar samar. Setiap gerakannya kini terlihat berbeda di mata Viera - tidak lagi sebagai guru yang melindungi, tapi sebagai bagian dari sebuah permainan tersembunyi yang lebih kompleks.Ponselnya bergetar lagi. Viera tidak langsung membaca pesan. Dia sudah memutuskan untuk tidak lagi bereaksi seperti yang diharapkan oleh penguntitnya."Kamu kenapa?" Ian berbisik."Aku sudah lelah," jawab Viera pelan. "Lelah diam saja."Tatapannya bertemu sekilas dengan Pak Rudi. Kali ini, dia tidak mengalihkan pandang. Ada sesuatu yang baru dalam caranya menatap - bukan ketakutan, tapi pengakuan.Aku sudah tau siapa kamu, batinnya.Dan permainan baru saja berubah.Di sudut matanya, Viera melihat beberapa siswa yang "asing" - anggota tim kepolisian yang menyamar - mulai mengambil posisi strategis. Mereka bergerak dengan sangat natural, seolah benar-benar bagian dari rutinitas sekolah.Bu Anita melangkah ke arah podium kecil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 63 - Milikku (2)

    "SEKARANG!" teriak Iptu Rahman tiba-tiba dari arah yang tak terduga. Sebuah tembakan tajam terdengar, dan remote control di tangan Pak Rudi terpental. Dalam sekejap, tim khusus bergerak dengan presisi. Dua petugas menerjang Pak Rudi, membantingnya ke tanah sebelum dia sempat bereaksi. Sementara itu, tiga petugas lain langsung mengamankan Bu Anita yang mencoba melarikan diri. "Remote controlnya palsu," Iptu Rahman mengumumkan sambil mengambil benda itu. "Hanya props untuk menggertak." Pak Rudi meronta, tapi cengkeraman petugas terlalu kuat. "Lepaskan aku! Viera milikku!" "Tidak ada bahan peledak," lanjut Iptu Rahman. "Tim kami sudah memeriksa seluruh gedung tadi malam. Kamu terlalu percaya pada informan dalammu..." dia melirik ke arah Bu Anita yang kini terduduk lemas. Viera merasakan lututnya lemas. Ian dengan sigap menahan tubuhnya. "Sudah berakhir," bisik Ian. Tapi Pak Rudi tertawa, suara tawanya menggema di lapangan yang kini sunyi. "Berakhir? Ini belum berakhir... Viera akan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 64 - Permintaan Maaf

    Saat Renna dan Fanny masih memeluknya, Viera melihat sosok Felix berjalan melewati koridor dengan kepala tertunduk. Dia teringat bagaimana dia pernah mencurigai Felix sebagai penguntitnya, dan rasa bersalah langsung menyelimuti hatinya. "Felix!" panggilnya spontan. Felix berhenti, tapi tidak langsung berbalik. Bahunya terlihat tegang. "Bisa ngobrol sebentar?" Viera melepaskan diri dari pelukan kedua sahabatnya. Felix akhirnya berbalik, wajahnya masih menyiratkan keraguan. "Ya?" Viera menghampirinya, mengabaikan tatapan penasaran dari siswa lain di koridor. “Aku... aku mau minta maaf." "Untuk?" Felix bertanya pelan, meski dari matanya terlihat dia sudah tahu apa yang akan Viera katakan. "Karena udah mencurigai kamu," Viera berkata tegas. "Waktu itu aku panik, paranoid, dan... aku salah udah nuduh kamu tanpa bukti." Felix terdiam sejenak, sebelum akhirnya tersenyum tipis. "It's okay. Aku ngerti kok. Dalam posisi mu waktu itu, wajar kalau kamu curiga sama semua orang." "

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 65 - Awal Baru

    Malam itu, Viera berbaring di tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamar. Bayangan es krim sore tadi masih terasa di lidahnya - rasa stroberi dan vanilla yang tak biasa dia pesan. Perubahan kecil, tapi terasa begitu berarti. Ponselnya bergetar pelan. Notifikasi dari grup kelas muncul di layar, membahas rencana belajar kelompok untuk minggu depan. Sebelumnya, membaca chat seperti ini selalu membuatnya gelisah - takut harus keluar rumah, takut bertemu orang-orang. Tapi sekarang... "Aku ikut ya," ketiknya di grup, jemarinya sedikit gemetar. Bukan karena takut, tapi karena antisipasi. Respon langsung membanjiri grup - emoji semangat dari Renna, stiker "finally!" dari Fanny, dan beberapa teman sekelas yang menyambutnya dengan hangat. Viera tersenyum, menyadari betapa dia merindukan interaksi-interaksi sederhana seperti ini. Mama melongok dari pintu kamar yang setengah terbuka. "Belum tidur, sayang?" "Bentar lagi, Ma," Viera meletakkan ponselnya. "Lagi bales chat temen-temen. Mi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 66 - Pertanyaan Pagi

    Aroma roti panggang dan telur dadar mengisi ruang makan pagi itu. Viera mengaduk-aduk susu coklatnya dengan pikiran yang masih melayang ke mimpinya semalam. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Papa yang sedang membaca koran, mencoba mencari kemiripan antara ruang makan ini dengan ruang kerja dalam mimpinya. "Ma, Pa..." Viera memulai dengan ragu, jemarinya masih memainkan sendok. "Viera semalam mimpi aneh." Papa melipat korannya, sementara Mama yang sedang menuang kopi berhenti sejenak. Ada sesuatu dalam tatapan mereka yang membuat Viera merasa seperti ada cerita yang tersembunyi. "Mimpi apa, sayang?" tanya Mama, duduk di sampingnya dengan secangkir kopi yang mengepul. "Viera mimpi... ada di ruang kerja Papa yang dulu. Yang wallpapernya masih lama itu." Viera menggigit bibirnya. "Ada anak laki-laki yang lagi baca buku, terus ada anak kecil yang ngajak main..." Papa dan Mama bertukar pandang, senyum tipis tersungging di bibir mereka. "Oh ya?" Papa menyesap kopinya. "Terus, a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 67 - Mimpi (1)

    Ponsel Viera bergetar pelan saat bel pulang berbunyi. Sebuah pesan dari Ian: "Bisa tunggu sampai sekolah sepi? Aku di parkiran seperti biasa."Jantung Viera berdegup sedikit lebih kencang. Ini pertama kalinya Ian mengajaknya bicara lagi sejak... kejadian itu. Dia mengetik balasan dengan jari gemetar: "Okay."Viera menunggu di perpustakaan, pura-pura membaca buku sambil sesekali mengintip keluar jendela. Satu per satu, siswa meninggalkan sekolah. Lorong-lorong mulai sunyi, hanya tersisa gema langkah sesekali dan suara sapu pak cleaning service di kejauhan.Setelah hampir sejam, Viera memberanikan diri melangkah ke parkiran. Mobil Ian masih di sana, mobil yang selalu ia kendarai - hitam mengkilat dengan interior yang selalu rapi. Ian duduk di belakang kemudi, matanya terfokus pada buku di tangannya."Masuk," kata Ian singkat saat Viera mengetuk kaca mobil.Interior mobil terasa dingin, kontras dengan udara sore yang hangat di luar. Aroma mint yang familiar mengisi ruangan sempit itu."M

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 68 - Mimpi (2)

    Setelah makan malam yang tenang itu, Ian mengemudikan mobilnya menuju rumah Viera. Jalanan malam terasa lengang, lampu-lampu jalan menciptakan bayangan yang menari di dashboard mobil. Viera melirik ke arah Ian sesekali, masih mencoba menggali serpihan-serpihan memori yang terasa begitu dekat namun sulit digapai.Begitu sampai di depan rumah, Ian mematikan mesin mobil dan turun bersamanya. Langkahnya mantap menuju pintu depan, seolah dia telah mengenal jalan ini sejak lama. Papa dan Mama Viera sedang menonton TV di ruang keluarga ketika mereka masuk."Selamat malam, Pa, Ma," sapa Ian sopan, membungkuk sedikit. Ada sesuatu dalam cara Papa menatap Ian - seperti mengenali sesuatu yang familiar, tapi tidak mengatakannya."Ian," Mama tersenyum hangat. "Sehat, nak?."“Seh

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 118 - Ujian (2)

    Viera memeriksa kembali semua jawabannya, memastikan tidak ada yang terlewat. Setelah yakin, dia menekan tombol "Kirim" dan menunggu sistem memproses jawabannya. Layar berkedip sejenak, kemudian muncul pesan konfirmasi bahwa ujiannya telah berhasil disimpan dan terkirim.Viera menghela napas lega, melepas headset, dan bersandar di kursinya. Satu ujian telah selesai, masih ada beberapa lagi yang menunggu. Tapi setidaknya, yang pertama telah dilewati dengan baik.Setelah waktu ujian habis, para siswa diizinkan meninggalkan ruangan. Viera bertemu dengan Renna dan Fanny di koridor."Gimana?" tanya Fanny, wajahnya terlihat lelah tapi puas."Tidak buruk," jawab Viera. "Bagaimana dengan kalian?""Soal nomor 35 hampir bikin gue menangis," keluh Renna. "Tapi sisanya oke."Mereka berjalan bersama menuju kantin untuk makan siang sebelum kembali untuk ujian Bahasa Indonesia di sesi siang. Di tengah jalan, Viera merasakan ponselnya bergetar. Pesan dari Ian."Semoga ujian pertamamu lancar. Percaya

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 117 - Ujian (1)

    Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah satu minggu istirahat dan persiapan intensif, ujian akhir resmi di SMA Internasional Nusantara dimulai. Berbeda dengan sekolah konvensional, sekolah mereka menggunakan sistem ujian berbasis komputer—salah satu keunggulan dari sekolah internasional yang sering dibanggakan oleh kepala sekolah di setiap kesempatan. Pagi itu, Viera tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Koridor-koridor masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang tampak sama gugupnya dengan dirinya, membawa buku dan catatan untuk dibaca sekali lagi sebelum ujian dimulai. "Pagi, Ra!" sapa Renna yang berlari kecil mendekatinya. "Siap untuk hari ini?" Viera tersenyum tipis. "Sebisa mungkin. Bagaimana denganmu?" "Rasanya seperti otak mau meledak," keluh Renna sambil memegang kepalanya secara dramatis. "Terlalu banyak yang harus diingat." "Kalian berdua terlalu tegang," Fanny muncul dari belakang, menepuk bahu kedua temannya. "Ini cuma ujian, bukan akhir dunia." "Kata seseo

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 116 - Dua Bulan

    Mereka menghabiskan sisa waktu mereka berbicara tentang hal-hal yang lebih ringan—bagaimana ujian simulasi berjalan, buku baru yang Ian baca, film yang ingin ditonton Viera. Mencoba untuk tidak tenggelam dalam kekhawatiran tentang masa depan, mencoba untuk hidup dalam momen ini.Ketika waktu berpisah tiba, Ian tidak menawarkan untuk mengantar Viera pulang seperti biasanya. Mereka berdua tahu bahwa untuk saat ini, mereka harus lebih berhati-hati."Jaga dirimu," kata Ian saat mereka berdiri di depan kafe. "Fokus pada ujianmu. Setelah itu...""Setelah itu, kita akan mencari jalan," Viera melanjutkan kalimat Ian.Ian tersenyum, matanya memancarkan kelembutan dan janji. "Ya. Kita akan mencari jalan."Mereka berpisah tanpa sentuhan, tanpa bisikan, hanya dengan tatapan yang menyimpan ribuan kata tak terucap. Viera berjalan pulang sendiri, hatinya berat tapi tekadnya kuat.Dia tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidak akan mudah. Sudah sejak awal dia menyadarinya. Tapi dia juga tahu bahwa bebe

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 115 - Harus Bersabar

    Balasan Ian datang beberapa detik kemudian. "Tidak ada masalah. Hanya ingin berbicara. Kafe biasa, jam 4?" "Oke. Sampai bertemu nanti." Viera memasukkan ponselnya ke saku, perasaan was-was aneh menyelimuti hatinya. Meskipun Ian bilang tidak ada masalah, ada sesuatu dalam perkataannya yang terasa... berbeda. Atau mungkin itu hanya kekhawatirannya saja? *** Kafe Masa Lalu terlihat lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena hari Jumat, atau mungkin karena banyak siswa yang merayakan berakhirnya ujian simulasi. Viera duduk di sudut yang sedikit terpisah, tempat favorit mereka, segelas matcha latte di hadapannya. Ian terlambat sepuluh menit, hal yang sangat tidak biasa untuk seseorang yang selalu tepat waktu seperti dirinya. Ketika akhirnya dia muncul, wajahnya terlihat sedikit pucat dan ada lingkaran hitam tipis di bawah matanya. "Maaf membuatmu menunggu," katanya, duduk di hadapan Viera. "Rapat guru berlangsung lebih lama dari yang kukira." "Tidak apa-apa," Viera tersenyum ke

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 114 - Simulasi Ujian (2)

    Hari-hari berlalu dengan cepat dalam rutinitas ujian simulasi yang melelahkan. Setiap pagi, Viera bangun dengan kecemasan yang sama—apakah dia cukup belajar, apakah dia siap, apakah dia akan mengecewakan dirinya sendiri, orang tuanya, atau Ian. Setiap malam, dia tertidur dengan kelelahan yang sama—otaknya penuh dengan rumus, teori, dan fakta-fakta yang harus diingat.Tapi hari ini berbeda. Hari ini adalah hari terakhir ujian simulasi, dan atmosfer di sekolah terasa lebih ringan. Meski masih ada ketegangan, ada juga harapan—ujian simulasi akan berakhir, dan mereka akan punya waktu singkat untuk bernapas sebelum ujian sesungguhnya dimulai."Loe kelihatan lebih segar," komentar Renna saat mereka berjalan bersama di koridor sekolah menuju kelas terakhir—Bahasa Inggris.Viera tersenyum kecil. "Gue rasa karena ini hari terakhir. Dan Bahasa Inggris selalu menjadi pelajaran favorit gue.""Bukan karena semalam loe dapat telepon dari Pak guru matematika?" goda Fanny yang berjalan di sisi lain V

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 113 - Simulasi Ujian (1)

    "Tapi kamu menyukai guru matematika itu," balas Ian, dan Viera bisa membayangkan senyuman kecil di wajahnya saat mengetik pesan itu."Ya," Viera mengetik, tersenyum pada dirinya sendiri. "Sangat.""Tidurlah, Viera. Besok akan jadi hari yang panjang.""Oke. Selamat malam.""Selamat malam. Mimpi indah."Viera meletakkan ponselnya, mematikan lampu tidur, dan menarik selimut hingga menutupi dagunya. Di luar, angin malam berbisik di antara dedaunan, menciptakan melodi tidur yang lembut dan menenangkan.Besok adalah ujian simulasi. Lalu ujian sebenarnya. Lalu kelulusan. Lalu...Dalam kegelapan kamarnya, di bawah bintang-bintang plastik yang memudar, Viera memejamkan mata. Untuk saat ini, dia akan mengikuti saran Ian. Tidak berpikir terlalu jauh.Besok adalah besok. Hari ini, setidaknya, dunianya sedikit lebih utuh dari kemarin.***Kelas terasa hening meski dipenuhi oleh puluhan siswa. Hanya suara goresan pensil di atas kertas dan sesekali desahan frustrasi yang terdengar. Ujian simulasi ma

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 112 - Harapan-harapan

    Viera mengangguk, mengeratkan genggamannya pada tangan Ian. "Langkah demi langkah."Mereka berdiam dalam keheningan yang nyaman untuk beberapa saat, menikmati kedekatan yang jarang bisa mereka rasakan di tempat umum."Kamu harus masuk," akhirnya Ian berkata. "Sudah malam."Viera menghela napas, tidak ingin momen itu berakhir, tapi tahu bahwa Ian benar. "Ya, aku tahu."Sebelum keluar dari mobil, Viera berbalik dan menatap Ian. "Terima kasih untuk hari ini. Untuk... membuat duniaku sedikit lebih utuh."Ian tersenyum, matanya berkilau di bawah cahaya temaram. "Terima kasih kembali. Untuk membiarkanku masuk ke dalamnya."Dengan satu anggukan terakhir, Viera keluar dari mobil dan berjalan pulang. Langkahnya terasa ringan, seolah beban yang selama ini dia pikul sedikit terangkat. Di belakangnya, mobil Ian menunggu sampai dia berbelok menuju rumahnya sebelum perlahan melaju pergi, membawa serta bayangan-bayangan yang kini terasa lebih jelas, lebih nyata, dalam kehidupan Viera.Sesampainya di

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 111 - Langkah Demi Langkah

    Dengan itu, suasana canggung mulai mencair. Ian ternyata tidak hanya ahli matematika, tapi juga memiliki pemahaman yang baik tentang ekonomi. Dia menjelaskan konsep-konsep sulit dengan cara yang mudah dipahami, menggunakan contoh-contoh dari kehidupan nyata. "Jadi, rumusnya bisa dikerjakan seperti ini seperti ini," Ian menulis rumus sederhana di kertas. Viera memperhatikan dengan kagum bagaimana teman-temannya perlahan-lahan mulai nyaman dibimbing oleh Ian. Fanny bahkan sudah berani bercanda, sementara Renna menunjukkan ketertarikannya dengan rumus yang mudah dihafal. Sesi belajar itu berlangsung sampai malam. Ketika akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, Viera merasakan campuran emosi yang aneh—bangga melihat Ian berinteraksi baik dengan teman-temannya, tapi juga sedikit cemas. Seolah dua dunianya yang terpisah kini mulai bertabrakan. "Terima kasih untuk bantuannya, Pak Ian," Fanny berkata saat mereka berpisah di depan kafe. "Kamu—maksudku Anda—guru yang hebat." Ian tersenyum

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 110 - Menuju Ujian

    Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, ujian akhir hampir tiba. Viera dan teman-temannya tenggelam dalam buku-buku pelajaran dan kertas-kertas latihan. Kafe-kafe di sekitar sekolah penuh dengan siswa kelas dua belas yang belajar kelompok, menyesap kopi berlebihan, dan saling bertukar rumus dan catatan."Aku tidak bisa mengingat semua rumus ini," keluh Fanny, menutup buku fisikanya dengan frustasi. "Terlalu banyak.""Buat diagram dulu," saran Renna, yang dengan tenang membuat kartu-kartu kecil berisi poin-poin penting. "Lebih mudah mengingat secara visual."Viera mengangguk, tapi matanya terasa berat. Dia sudah belajar sejak pagi, dan hari sudah menjelang sore. Cangkir kopi ketiganya nyaris kosong."Kalian tahu," Viera berkata sambil meregangkan tubuhnya, "Ian sebenarnya punya metode bagus untuk mengingat rumus-rumus."Ada keheningan canggung sejenak sebelum Fanny tertawa kecil. "Viera, loe gak mau tanya gitu metode tunanganmu buat mengingat rumus?"Viera memutar matanya, tapi tidak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status