Share

BAB 4 - Tidak Peka

last update Last Updated: 2024-11-11 09:16:27

Baru saja Viera akan melangkah menuju parkiran, ponselnya berdering. Nama "Pak Mamad" tertera di layar.

"Halo, Pak Mamad? Kenapa belum sampai? Aku sudah di parkiran nih. Pak Mamad di mana?" tanya Viera langsung.

"Maaf, Non Viera. Saya harus menjemput Nyonya Tiara dulu. Ada urusan mendadak di tempat arisan. Ini saya sudah dalam perjalanan menuju lokasi Nyonya," jelas Pak Mamad dengan nada menyesal.

"Hah? Kok gitu sih, Pak? Mama kan bisa bawa mobil sendiri atau minta Pak Abdul aja yang nganter!" protesnya kesal. "Pak Mamad kan sopir khusus untukku!"

"Maaf, Non. Ini perintah langsung dari Nyonya Tiara..."

"Ya udah!" Viera memutus panggilan dengan kesal.

Di tempat parkir yang mulai sepi, Viera mengomel sendirian. "Mama tuh ya, selalu aja seenaknya. Pak Mamad kan sopir pribadiku. Kalau ada acara mendadak harusnya mama bawa mobil sendiri aja atau nyuruh Pak Abdul kan bisa!"

"Belum pulang?"

Suara dingin itu mengagetkan Viera. Ian berdiri tak jauh darinya, kunci mobil di tangannya.

"Pak Mamad harus jemput mama dulu," jawab Viera singkat.

"Oh." Ian hanya merespon seperti itu. "Kalau gitu saya pulang duluan."

Viera melongo melihat calon suaminya itu berjalan begitu saja menuju mobilnya. Mobil Innovasi hitam itu meluncur meninggalkan area parkir sekolah.

"Dasar pria tidak peka!" umpat Viera dalam hati. "Aku ini calon istrimu, tapi ditinggal begitu aja. Minimal nawarin pulang bareng kek! Payah banget sih jadi cowok."

Dengan kesal, Viera memutuskan untuk memesan taksi online. Baru saja akan memilih lokasi tujuan, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Lho, Viera? Kok masih di sini?" sapa Felix. Dia sudah berganti pakaian, tidak lagi memakai seragam basket.

"Pak Mamad harus jemput mama dulu ke tempat arisan," jelas Viera. "Ini baru mau pesan taksi online."

"Taksi online?" Felix mengerutkan dahi. "Gak usah. Bareng aku aja. Kebetulan aku bawa motor hari ini."

"Eh, gak usah, Lix. Nanti ngerepotin..."

"Santai aja kali. Aku juga selalu bawa helm cadangan kok, siapa tahu aku harus mengantarmu pulang" Felix menunjuk motor sport Kawasaku hijau metalik yang terparkir tak jauh dari mereka berdua. "Lagian bahaya cewek cantik pulang sendirian sore-sore gini."

Viera tersipu mendengar kata 'cantik' yang meluncur begitu saja dari mulutnya.

"Beneran gak papa?"

"Iya, udah yuk!" Felix menyerahkan helm cadangan pada Viera. "Rumah kamu masih di Emerald Valley Residence kan?"

Viera mengangguk sambil memakai helm. Felix sudah lebih dulu menaiki motornya.

"Pegangan yang erat ya," ujarnya sambil menstarter motor.

Sepanjang perjalanan, Vierau bisa mencium aroma maskulin dari tubuh Felix. Padahal dia baru saja selesai latihan basket, tapi wangi parfumnya masih tercium jelas. Sesekali dia mengajak Viera mengobrol, menanyakan aktivitasnya hari ini atau membahas pelajaran.

Tak terasa, mereka sudah sampai di depan rumah Viera. Ia turun dari motor dan mengembalikan helm pada Felix.

"Thanks ya, Lix. Kamu udah mau nganter aku pulang," ucap Viera tulus.

"No problem!" Felix tersenyum. "Besok jadi kan belajar bareng?"

"Jadi dong!"

"Oke, nanti aku chat ya. Masuk gih, udah sore."

Viera melambaikan tangan pada Felix yang mulai menjalankan motornya. Entah kenapa, ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya. Felix begitu perhatian dan gentle, sangat berbeda dengan Ian yang dingin dan kaku.

“Kenapa gue gak dijodohin sama loe aja sih, Lix. Pasti gue langsung menerima dengan sepenuh jiwa dan raga tanpa ada keraguan di dalam diri gue.” gumam Viera.

Tapi sekali lagi, Viera harus menepis perasaan ini. Viera dan Felix tidak akan pernah bisa bersama. Takdirnya adalah menikah dengan Ian, meski itu artinya ia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri.

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 5 - Kesal

    Viera melangkah gontai memasuki rumah mewah bergaya modern yang sudah ia tinggali sejak lahir. Rumah sebesar istana ini terasa begitu sepi. Papa Viera masih di kantor, sementara Mamanya entah sedang arisan di mana."Selamat sore, Non Viera," sapa Bi Suti yang sedang membersihkan ruang tamu."Sore, Bi," jawab Viera lesu."Mau Bi Suti buatkan minum atau cemilan?" tawar Bi Inah yang baru keluar dari dapur."Nanti aja, Bi. Aku mau mandi dulu."Di rumah ini, mereka hanya tinggal bertujuh. Viera, Papanya, Mamanya, dua pembantu setia mereka—Bi Suti dan Bi Inah—serta dua sopir, Pak Abdul dan Pak Mamad. Bi Suti dan Bi Inah mengurus segala keperluan rumah tangga, dari bersih-bersih hingga memasak.Pak Abdul sebenarnya sopir pribadi Papa Viera, tapi karena Papanya lebih suka menyetir sendiri mobil BMUU mewahnya, Pak Abdul lebih sering mengantar Mamanya. Sementara Pak Mamad khusus mengantar Viera ke sekolah atau kemanapun ia pergi.Sebenarnya, Viera sudah punya mobil sendiri, Lamborghina sport ke

    Last Updated : 2024-11-11
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 6 - Belajar Tanggung Jawab

    Suara deru mobil memasuki salah satu rumah di Emerald Valley Residence. Mobil BMUU hitam itu berhenti tepat di depan pintu masuk rumah mewah itu. Tepat pukul enam malam, Papa Viera pulang dari kantornya. Saat hendak masuk, ia menoleh ke segala arah di ruang tamu.Biasanya, ada yang menyambutnya dengan ceria dan segera memeluknya saat masuk ke ruang tamu. Tapi, hari ini mengapa tidak ada suara ceria yang menyambutnya.Segera, Papa Viera bergegas untuk masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Ia mengira bahwa Viera belum kembali dari sekolah.Malam itu, suasana ruang makan keluarga Viera terasa berbeda dari biasanya. Aroma masakan Bi Inah dan Bi Suti yang sedang menata hidangan di meja makan tidak mampu mencairkan ketegangan yang menyelimuti.Papa Viera yang baru selesai mandi dan berganti pakaian sudah duduk di kursinya, sementara Mama duduk di sampingnya dengan raut wajah cemas. Ia sudah mendengar cerita dari Istrinya itu tentang apa yang terjadi pada Viera."Non Vier

    Last Updated : 2024-11-11
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 7 - Belajar Bersama

    "Selamat tidur, sayang," ucap Papa dan Mama Viera bergantian sambil mengecup kening putri kesayangan mereka. Ritual pengantar tidur ini sudah menjadi kebiasaan mereka sejak Viera kecil, sebuah tradisi yang menunjukkan betapa besar kasih sayang mereka.Viera melangkah gontai menuju kamarnya. Kata-kata Papa masih terngiang di telinganya tentang tanggung jawab dan masa depan perusahaan. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi lampu-lampu kecil berbentuk bintang.Ding!Suara notifikasi dari ponselnya membuyarkan lamunan Viera. Jantungnya berdebar lebih kencang saat melihat nama pengirim pesan itu - Felix."Hai Viera, besok jam 10 pagi kita ketemu di Kafe Kini Kopi ya? Aku akan ajarin kamu matematika. Kafenya dekat rumahmu kok."Senyum lebar mengembang di wajah Viera. Beban yang tadi menghimpit dadanya seolah menguap begitu saja. Dengan semangat ia membalas pesan Felix, menyetujui ajakan tersebut. Malam itu Viera tertidur dengan senyuman, tidak sabar me

    Last Updated : 2024-11-11
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 8 - Siapakah Wanita itu?

    Jantung Viera seakan berhenti berdetak saat melihat Ian melangkah masuk ke dalam Kafe Kini Kopi. Yang membuat dirinya semakin kaget adalah kehadiran seorang wanita cantik di samping Ian.Wanita itu terlihat sangat anggun dengan blazer cream dan rok pendek berwarna hitam. Rambutnya yang hitam legam tergerai rapi, make up-nya natural namun memancarkan kedewasaan yang membuat Viera merasa begitu kecil.Felix yang menyadari kehadiran Ian langsung berdiri. "Selamat pagi, Pak Ian," sapanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dan mencium tangan Ian.Mau tidak mau, Viera juga harus berdiri dan melakukan hal yang sama. "Selamat pagi, Pak," ucapnya pelan sambil mencium tangan calon suaminya itu, sebuah rahasia yang masih ia simpan rapat dari Felix dan semua orang di sekolahnya."Pagi, Felix… Viera," jawab Ian datar seperti biasa.Felix kemudian menyalami wanita yang bersama Ian. Viera mengikuti, mencoba tersenyum meski hatinya dipenuhi tanda tanya. Siapa wanita ini? Mengapa ia terlihat b

    Last Updated : 2024-11-11
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 9 - Mencoba Lari

    Viera kembali ke mejanya dengan langkah berat. Wajahnya yang biasanya cerah kini tampak pucat pasi. Felix yang sedari tadi memperhatikan, langsung menyadari perubahan pada raut wajah gadis di hadapannya itu."Viera, kamu sakit? Kok pucat banget?" tanya Felix dengan nada khawatir.Viera hanya menggeleng lemah, tidak sanggup mengeluarkan suara. Pikirannya masih berkecamuk dengan kata-kata Ian yang begitu misterius.Felix menutup buku matematika di hadapannya. "Kayaknya kita udah kebanyakan belajar deh. Otakmu perlu refreshing," ia tersenyum hangat. "Gimana kalau kita nonton? Kebetulan ada film bagus yang baru rilis.""Boleh," jawab Viera cepat, terlalu cepat malah. Apa saja, asal bisa keluar dari kafe ini, menjauh dari Ian dan wanita misterius itu.Mereka bergegas membereskan buku-buku dan meninggalkan kafe. Viera bahkan tidak menoleh ke arah meja Ian saat mereka lewat. Di parkiran, Felix menyerahkan helm cadangan untuk Viera kenakan."Aku selalu bawa helm cadangan, just in case," Felix

    Last Updated : 2024-12-05
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 10 - Pura-Pura

    Jalanan Kota yang macet membuat perjalanan pulang terasa lebih lama dari biasanya. Ketika Viera akhirnya sampai di rumah, jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Gadis itu segera berlari ke kamarnya, membuka lemari dengan tergesa-gesa. Waktu yang tersisa hanya dua setengah jam sebelum makan malam dengan keluarga Ian."Ya ampun, kenapa harus mendadak sih?" gerutunya sambil memilah-milah gaun yang tergantung rapi di lemari.Setelah mandi secepat kilat, Viera berdiri di depan cermin, mengamati deretan gaun yang ia letakkan di atas tempat tidur. Tangannya terhenti pada sebuah gaun biru muda selutut dengan detail punggung terbuka yang simple namun elegan.Viera tersenyum puas—pilihannya sempurna untuk acara makan malam formal. Sepasang heels berwarna senada dengan tinggi 5 cm melengkapi penampilannya, memberikan kesan dewasa tanpa berlebihan.Di depan meja rias, Viera mulai menata rambutnya. Dengan telaten, ia mem-blow bagian ujung rambutnya hingga terlihat bervolume dan me

    Last Updated : 2024-12-06
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 11 - Kejutan (1)

    Mobil Ian berhenti di depan sebuah restoran mewah bergaya klasik Eropa. Lampu-lampu kristal yang menggantung di sepanjang pintu masuk memberikan kesan mewah dan elegan. Sebelum turun dari mobil, Ian menahan tangan Viera."Tunggu," ujarnya pelan. "Ingat apa yang kita latihan tadi?"Viera mengangguk lemah. "Bergandengan tangan...""Bagus. Ayo."Ian keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk Viera—sebuah gestur yang membuat beberapa pengunjung restoran melirik ke arah mereka. Viera menarik napas dalam-dalam sebelum menyambut uluran tangan Ian. Jemari mereka bertaut, dan entah mengapa, kali ini terasa lebih natural dibanding di mobil tadi."Orang tuaku sudah menunggu di ruang VIP," Ian berbisik sambil menuntun Viera memasuki restoran.Seorang pelayan mengantar mereka ke lantai dua, menuju sebuah ruangan privat dengan pintu kayu berukir indah. Sebelum membuka pintu, Ian mengeratkan genggamannya pada tangan Viera."Kau siap?""Tidak," jawab Viera jujur. "Tapi apa kau peduli pada pilihanku

    Last Updated : 2024-12-07
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 12 - Kejutan (2)

    Ian tersadar lebih dulu. Ia berdehem pelan dan segera menarik diri, kembali ke posisi normalnya di belakang kemudi. Tanpa berkata apa-apa, ia menjalankan mobil, membelah keheningan malam Jakarta.Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Selama 17 tahun hidupnya, tak pernah ada laki-laki yang berada sedekat itu dengannya—bahkan Felix sekalipun. Ia mencuri pandang ke arah Ian yang tetap fokus menyetir dengan wajah datarnya yang biasa.'Bagaimana dia bisa setenang itu?' batin Viera kesal, tangannya meremas ujung gaunnya.Perjalanan pulang dilalui dalam diam. Tidak ada obrolan, tidak ada gandengan tangan seperti tadi—hanya suara mesin mobil dan degup jantung Viera yang entah mengapa tak kunjung normal.Pukul setengah sepuluh, mobil Ian a

    Last Updated : 2024-12-08

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 16 - Menjaga

    Setelah kembali dari UKS, Viera, Renna, dan Fanny memutuskan untuk menghabiskan jam kosong di kelas. Mereka duduk melingkar di bangku belakang, berbagi cemilan sambil bergosip tentang berbagai hal. Tak lama kemudian, Felix menghampiri dan bergabung dalam obrolan."Eh Felix, gabung nih?" goda Fanny sambil menyikut Renna.Renna yang mengerti kode dari Fanny langsung menyambung, "Kalian berdua ini sebenernya kenapa sih nggak pacaran aja? Udah keliatan banget cocoknya."Felix tersenyum tipis mendengar godaan itu. "Maunya sih gitu," jawabnya sambil melirik ke arah Viera. "Tapi kayaknya Viera nggak mau deh."Viera yang sedang meminum air mineralnya hampir tersedak. "Bukan gitu," ia mencoba menjelaskan. "Gue emang nggak mau pacaran. Gue pengennya pacaran sama suami aja nanti, s

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 15 - Aroma Mint

    "Aduh, gimana nih?" keluh Viera pada Renna dan Fanny saat ia ingat bahwa setelah pelajaran Matematika usai, akan ada pelajaran olahraga. "Gue nggak bawa baju olahraga. Kesiangan sih tadi pagi."Renna mengerutkan keningnya. "Terus loe mau gimana? Pak Dani kan terkenal tegas soal aturan seragam olahraga.""Iya, minggu lalu aja ada yang lupa bawa sepatu olahraga, disuruh lari keliling lapangan lima kali," tambah Fanny sambil mengambil baju olahraganya di tas.Viera menghela napas panjang. "Kayaknya gue bakal izin aja deh. Bilang sakit kepala atau apa gitu.""Yakin?" tanya Renna dengan nada khawatir. "Bohong itu nggak baik lho.""Gue tau, tapi daripada dihukum? Lagian cuma sekali ini kok," jawab Viera meyakinkan temannya.

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 14 - Kacau (2)

    Suasana kelas begitu hening ketika Ian mulai menjelaskan materi matematika di depan kelas. Papan tulis putih dipenuhi dengan rumus-rumus dan angka-angka yang dituliskan dengan rapi oleh tangan tegasnya. Semua murid mendengarkan dengan seksama, mencatat setiap detail penjelasan yang diberikan oleh guru muda itu. Namun tidak dengan Viera.Pikirannya melayang entah kemana, tatapannya kosong ke arah jendela. Sesekali ia mencoret-coret bukunya tanpa arti, sementara penjelasan Ian hanya lewat begitu saja di telinganya. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Tanpa ia sadari, sepasang mata tajam Ian telah menangkap gelagat tidak fokusnya sejak tadi."Nona Viera," suara tegas Ian memecah lamunannya. "Bisa tolong jelaskan kembali apa yang baru saja saya terangkan?"Seisi kelas mendadak sunyi. Viera terkesiap, matanya membu

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 13 - Kacau (1)

    Sinar matahari yang menerobos celah tirai kamar Viera tidak mampu membangunkannya dari tidur lelap. Berulang kali mamanya mengetuk pintu kamar dan mencoba menelepon, namun Viera masih terbuai dalam dunia mimpinya. Pintu kamar yang terkunci membuat mamanya tidak bisa masuk untuk membangunkannya secara langsung."Viera! Bangun, Sayang! Sudah jam setengah tujuh!" teriak mamanya sambil mengetuk pintu kamar Viera dari luar kamar, suaranya penuh kekhawatiran.Setelah beberapa saat, mata Viera akhirnya terbuka perlahan. Begitu melihat jam digital di meja nakasnya menunjukkan pukul 06.30, matanya langsung terbelalak lebar. Jantungnya berdegup kencang menyadari bahwa ia hanya punya waktu setengah jam untuk sampai ke sekolah jika tidak ingin terlambat."Oh My God, kenapa aku bisa kesiangan?!" rutuknya sambil melompat dari tem

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 12 - Kejutan (2)

    Ian tersadar lebih dulu. Ia berdehem pelan dan segera menarik diri, kembali ke posisi normalnya di belakang kemudi. Tanpa berkata apa-apa, ia menjalankan mobil, membelah keheningan malam Jakarta.Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Selama 17 tahun hidupnya, tak pernah ada laki-laki yang berada sedekat itu dengannya—bahkan Felix sekalipun. Ia mencuri pandang ke arah Ian yang tetap fokus menyetir dengan wajah datarnya yang biasa.'Bagaimana dia bisa setenang itu?' batin Viera kesal, tangannya meremas ujung gaunnya.Perjalanan pulang dilalui dalam diam. Tidak ada obrolan, tidak ada gandengan tangan seperti tadi—hanya suara mesin mobil dan degup jantung Viera yang entah mengapa tak kunjung normal.Pukul setengah sepuluh, mobil Ian a

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 11 - Kejutan (1)

    Mobil Ian berhenti di depan sebuah restoran mewah bergaya klasik Eropa. Lampu-lampu kristal yang menggantung di sepanjang pintu masuk memberikan kesan mewah dan elegan. Sebelum turun dari mobil, Ian menahan tangan Viera."Tunggu," ujarnya pelan. "Ingat apa yang kita latihan tadi?"Viera mengangguk lemah. "Bergandengan tangan...""Bagus. Ayo."Ian keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk Viera—sebuah gestur yang membuat beberapa pengunjung restoran melirik ke arah mereka. Viera menarik napas dalam-dalam sebelum menyambut uluran tangan Ian. Jemari mereka bertaut, dan entah mengapa, kali ini terasa lebih natural dibanding di mobil tadi."Orang tuaku sudah menunggu di ruang VIP," Ian berbisik sambil menuntun Viera memasuki restoran.Seorang pelayan mengantar mereka ke lantai dua, menuju sebuah ruangan privat dengan pintu kayu berukir indah. Sebelum membuka pintu, Ian mengeratkan genggamannya pada tangan Viera."Kau siap?""Tidak," jawab Viera jujur. "Tapi apa kau peduli pada pilihanku

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 10 - Pura-Pura

    Jalanan Kota yang macet membuat perjalanan pulang terasa lebih lama dari biasanya. Ketika Viera akhirnya sampai di rumah, jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Gadis itu segera berlari ke kamarnya, membuka lemari dengan tergesa-gesa. Waktu yang tersisa hanya dua setengah jam sebelum makan malam dengan keluarga Ian."Ya ampun, kenapa harus mendadak sih?" gerutunya sambil memilah-milah gaun yang tergantung rapi di lemari.Setelah mandi secepat kilat, Viera berdiri di depan cermin, mengamati deretan gaun yang ia letakkan di atas tempat tidur. Tangannya terhenti pada sebuah gaun biru muda selutut dengan detail punggung terbuka yang simple namun elegan.Viera tersenyum puas—pilihannya sempurna untuk acara makan malam formal. Sepasang heels berwarna senada dengan tinggi 5 cm melengkapi penampilannya, memberikan kesan dewasa tanpa berlebihan.Di depan meja rias, Viera mulai menata rambutnya. Dengan telaten, ia mem-blow bagian ujung rambutnya hingga terlihat bervolume dan me

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 9 - Mencoba Lari

    Viera kembali ke mejanya dengan langkah berat. Wajahnya yang biasanya cerah kini tampak pucat pasi. Felix yang sedari tadi memperhatikan, langsung menyadari perubahan pada raut wajah gadis di hadapannya itu."Viera, kamu sakit? Kok pucat banget?" tanya Felix dengan nada khawatir.Viera hanya menggeleng lemah, tidak sanggup mengeluarkan suara. Pikirannya masih berkecamuk dengan kata-kata Ian yang begitu misterius.Felix menutup buku matematika di hadapannya. "Kayaknya kita udah kebanyakan belajar deh. Otakmu perlu refreshing," ia tersenyum hangat. "Gimana kalau kita nonton? Kebetulan ada film bagus yang baru rilis.""Boleh," jawab Viera cepat, terlalu cepat malah. Apa saja, asal bisa keluar dari kafe ini, menjauh dari Ian dan wanita misterius itu.Mereka bergegas membereskan buku-buku dan meninggalkan kafe. Viera bahkan tidak menoleh ke arah meja Ian saat mereka lewat. Di parkiran, Felix menyerahkan helm cadangan untuk Viera kenakan."Aku selalu bawa helm cadangan, just in case," Felix

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 8 - Siapakah Wanita itu?

    Jantung Viera seakan berhenti berdetak saat melihat Ian melangkah masuk ke dalam Kafe Kini Kopi. Yang membuat dirinya semakin kaget adalah kehadiran seorang wanita cantik di samping Ian.Wanita itu terlihat sangat anggun dengan blazer cream dan rok pendek berwarna hitam. Rambutnya yang hitam legam tergerai rapi, make up-nya natural namun memancarkan kedewasaan yang membuat Viera merasa begitu kecil.Felix yang menyadari kehadiran Ian langsung berdiri. "Selamat pagi, Pak Ian," sapanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dan mencium tangan Ian.Mau tidak mau, Viera juga harus berdiri dan melakukan hal yang sama. "Selamat pagi, Pak," ucapnya pelan sambil mencium tangan calon suaminya itu, sebuah rahasia yang masih ia simpan rapat dari Felix dan semua orang di sekolahnya."Pagi, Felix… Viera," jawab Ian datar seperti biasa.Felix kemudian menyalami wanita yang bersama Ian. Viera mengikuti, mencoba tersenyum meski hatinya dipenuhi tanda tanya. Siapa wanita ini? Mengapa ia terlihat b

DMCA.com Protection Status