"Kamu ini benar-benar, ya!" Sekar mengacungkan telunjuk di hadapan Lova. "Kamu itu bikin malu nama baik keluarga saya."
"Memangnya salah saya apa, Bu? Saya diam saja selama di dalam. Mbak asing tadi yang menghampiri meja saya.""Kesalahan terbesar kamu adalah kembali ke sini.""Sepertinya kita sudah mendebatkan hal ini waktu itu. Jika Ibu ingin marah, silakan ke Mas Ardhan.""Sudah. Tapi Ardhan tidak mau dengar. Kamu pasti memakai guna-guna kan? Makanya Ardhan selalu memihak kamu.""Apapun yang saya katakan Ibu pasti tidak percaya, lalu, saya harus bagaimana?""Pergi dari hidup Ardhan!""Ada apa sih ini? Kenapa kalian di luar?"Sekar dan Lova menoleh ke sumber suara. Rafael dengan celana jeans robek dan kaos oblongnya langsung berbinar begitu melihat Lova. "Cinta? Kamu kembali? Oh, akhirnya." Pria itu merentangkan tangan hendak memeluk. Lova segera berlindung di belakang tubuh Sekar."Ih, apa sih kamu!""Almaira harus istirahat. Kalau ingin bertemu, besok saja," ucap Lova, lalu kembali menutup pintu.Namun, Rafael buru-buru menahannya. "Aduh, Cinta. Masa kamu melarang seorang ayah bertemu dengan putrinya?"Lova menghela napas. Rafael ternyata masih menyebalkan seperti dulu. Lova malas meladeninya. "Aku mohon, Rafael. Biarkan kami istirahat. Lagi pula, kedatangan kamu ke sini sangat tidak patut."Pria itu menyengir lebar. "Sejak kapan aku peduli suatu hal itu patut atau tidak?""Tapi aku peduli, jadi silakan pergi."Lova kembali hendak menutup pintu. Namun, lagi-lagi, keinginannya gagal. Kali ini Almaira yang menahannya. Dia langsung turun dari tempat tidur begitu mengenali suara Rafael."Om Ael!" serunya senang.Rafael mengangkat Almaira ke dalam gendongan. "Hai, jagoannya Om! Om sudah mendengar aksi heroik kamu. Keren, Mai."Almaira tersenyum karena mendapat pujian. "Aku pakai jurus yang diajarkan Om."
Selama menikah dengan Ardhan, Lova tidak pernah makan malam bersama Sekar. Sejak tadi, meskipun mereka terpisah meja, Lova bisa merasakan sorot intimidasi dari ibu mertuanya itu. Lova mungkin tidak setakut dulu. Namun, tetap saja, ditatap sinis seperti itu membuatnya tidak nyaman.Entah apa yang bisa membuat Sekar menerima Lova. Dia tidak mengharapkan itu, sebetulnya. Hanya saja, lama-lama Lova kasihan kepada Ardhan yang saat ini sedang berjuang sendirian merebut hati Chyara. Lova tahu Ardhan sebenarnya sedih melihat Sekar tidak menyukai Lova."Makanan kamu, Love." Ardhan menggeser piring berisi steak ayam yang sudah dia potong-potong sehingga Lova tinggal memakannya.Lova lantas tersenyum simpul. "Terima kasih, Mas."Pria itu membalas senyuman Lova. "Makan yang banyak." Ardhan menambahkan beberapa potong miliknya untuk Lova. Sekarang Lova sudah mulai nafsu makan lagi. Mual-mualnya karena aroma masakan perlahan berkurang."Bukankah kamu t
"Chyara, Vier, jangan main game terus, dong! Nanti Papa kalian marah," ucap Freya kesal. "Kalian itu harusnya belajar!"Xavier dan Chyara bergeming. Mata mereka fokus melihat gadget masing-masing. Keduanya bahkan tidak memedulikan kehadiran Freya yang berkacak pinggang."Vier! Chyara!" Freya sedikit membentak.Xavier mendengkus. "Apa sih, Ma? Mengganggu saja! Mama biasanya tidak melarang kita.""Iya." Chyara menyetujui."Sekarang Mama melarang kalian! Kalian cuma boleh main ponsel dua jam sehari." Freya melotot galak.Xavier mencondongkan tubuhnya ke arah Chyara, lalu berbisik, "Mama jahat, ya, Chy?"Chyara mengangguk. "Mama jahat!" kata anak itu.Emosi Freya sontak meninggi. Dia menjewer Xavier sampai anaknya itu mengaduh. Namun, Freya tidak melepaskannya. "Jangan mengajari yang tidak benar! Kamu itu kakaknya! Kamu harus jadi contoh yang baik!""Mama yang mengajari aku dan Chy. Mama itu mama kita. Mama
"Mama, Papa kapan pulang?" tanya Almaira sambil menopang dagu menggunakan sebelah tangannya. Tatapannya lurus mengarah ke halaman belakang."Jika urusan Papa selesai, Papa pasti pulang," jawab Lova.Ardhan sedang mengurus masalah di Jogja. Hotel baru Nuraga yang sedang dibangun ambruk. Berita buruknya, ada beberapa pekerja yang menjadi korban jiwa."Doakan saja semoga urusan Papa dimudahkan." Lova mengelus sayang kepala Almaira.Almaira manyun. "Aku tiba-tiba kangen Chy."Terakhir kali Almaira bertemu dengan sang adik saat resepsi. Chyara masih bersikap semena-mena. Almaira tidak lagi mengikuti semua keinginannya yang membuat Chyara marah. Namun, Almaira tetap ingin melihat adiknya itu."Kalau kamu mau bertemu adikmu, besok kita ke rumah Oma."Mata anak itu langsung berbinar. "Serius, Ma? Tidak apa-apa?"Lova tersenyum. "Tidak apa, kan, ada Mama.""Hore!" Almaira berseru girang.Besoknya Lova benar-benar membawa Almaira ke rumah Sekar sepulang dia dari sekolah. Mereka lebih dulu membe
Freya dan Lova membelalak. Sama-sama terkejut. Bedanya, Lova tidak menyangka Freya melakukan kekerasan kepada anaknya sendiri. Sedangkan Freya tidak menduga Xavier akan mengadukan hal itu.Lova langsung berdiri di depan Xavier untuk melindunginya. "Apa Mbak memukul Chy juga?" tanya Lova curiga. Dia masih berusaha menahan emosi."Tidak. Aku tidak menyakiti Chyara. Aku memukul Vier karena dia nakal dan aku ingin memberinya hukuman agar jera.""Tetap bukan seperti itu caranya, Mbak.""Aku tidak butuh nasihatmu, Lova." Freya hendak menarik Xavier. Namun, Lova menghalanginya."Biarkan Xavier di sini," ucap Lova tegas."Kamu pikir kamu siapa? Aku ibunya.""Xavier, kamu ingin ikut mama kamu?" Lova menoleh Xavier."Tidak. Aku ingin di sini menunggu Papa." Xavier menunjukkan raut serius."Mbak dengar, kan? Xavier yang datang sendiri ke sini. Mungkin dia ingin meminta perlindungan dari ibu yang melakukan KDRT kepadanya. Mbak masih
"Papa kamu datang. Awas kalau kamu cerita macam-macam!" Freya mengacungkan telunjuk tepat di hadapan wajah Chyara yang membuat anak itu menjengit takut. "Ayo, keluar!"Freya mengulurkan tangannya. Namun, Chyara justru bergeming. Perempuan itu lantas menarik paksa dan setengah menyeret Chyara karena anak itu ogah-ogahan berjalan. Setelah di luar, Freya berubah lembut dan menuntun Chyara seperti seorang ibu yang menjaga anaknya."Selamat datang, Ar," ucap Freya dengan senyum hangatnya. "Chyara, salim ke Papa, Sayang." Perempuan itu mengusap punggung Chyara, dan memberi cubitan kecil di sana untuk memperingatkan.Chyara menurut. Dia menyalami Ardhan tanpa mengatakan apa-apa. Ardhan lantas memngangkat putri keduanya ke dalam gendongan. "Apa kabar, Nak? Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Ardhan, lalu mencium pipi Chyara.Chyara mengalungkan tangannya ke leher Ardhan. Dia ingin bilang kalau Freya jadi monster yang jahat. Namun, saat Ardhan membawanya d
"Mama tidak percaya Freya seperti ini."Setelah mendapat kabar jika Ardhan sudah mentalak Freya, Sekar segera bertolak ke Jakarta. Selama ini Freya selalu bersikap manis kepada Chyara sampai anak itu merasa nyaman dengannya.Sekar juga mengenal Freya sejak perempuan itu masih remaja. Sekar bahkan ikut patah hati saat Freya memutuskan menikah dengan laki-laki lain daripada Ardhan. Tidak heran, beliau sangat terkejut."Apa Mama masih tidak percaya setelah bukti-buktinya ada?" Ardhan balik bertanya.Sekar menghela napas, kemudian menyerahkan ponsel Ardhan yang menyimpan kelakuan Freya setelah Sekar pergi. Berani-beraninya Freya mengancam Chyara sampai anak itu ketakutan! "Sekarang dia ada di mana?""Sudah kembali ke apartemennya.""Vier?""Vier tidak ingin kembali bersama Freya. Kita juga khawatir Freya akan melakukan kekerasan lagi kepada anak itu."Sekar mendengkus. Kepada darah dagingnya sendiri saja Freya bisa
"Apa maksudmu tidak ditemukan? Si Maira barusan masih naik tali apalah itu namanya!"Sekar kemudian melongok wahana yang dinaiki Almaira beberapa menit yang lalu. Anak itu betulan tidak ada. "Si Maira itu memang seperti tupai. Loncat ke sana, loncat ke sini. Cari lagi yang benar. Pasti dia mencoba yang lain." Sekar membuat gerakan mengusir menggunakan tangannya.Ika kembali mencari anak-anak. Tadi Xavier pamit ingin mencoba memanah. Ika pun bertanya kepada petugasnya dengan mengatakan ciri-ciri Xavier. Benar, Xavier mencoba archery. Namun, sekarang entah ke mana dia.Berbagai wahana Ika cek satu per satu."Bagaimana?" tanya Sekar yang memilih menyusul.Ika menggeleng. "Tidak ada, Bu. Keduanya tidak ada.""Aduh! Benar-benar mereka berdua! Kalau ketemu, saya akan menyuruh mereka memijati saya," ucap Sekar geregetan."Mungkin sudah lebih dulu pergi ke tempatnya Bu Lova.""Apa iya? Kurang ajar sekali tidak memberi t