Callie mengintip lewat lubang kunci saat langkah-langkah kaki itu berhenti tepat di depan pintu. Mereka terdengar bercakap-cakap di luar.“Adik Cade Goldwin?” Seorang wanita, terdengar dari suaranya berkata dengan nada heran. Dia pernah mendengar tentang saudara perempuan lelaki itu, tapi tidak pernah mendengar nama atau melihat orangnya.“Gadis bernama Callie itu.” Suara seorang lelaki memberitahu.“Tapi, dia bilang dia adalah pengasuh anak-anak Cade.” Dari celah kecil di lubang kunci, Callie dengan susah payah akhirnya bisa melihat si wanita. Sayang, wajahnya tertutup sebuah topeng perak berukir wajah seorang wanita yang sedang tersenyum.Lucu sekali! Dia mencoba menutupi wajahnya agar tidak dikenali. Tapi tentu saja Callie bisa menebak dengan pasti. Pricilla. Kekasih kakaknya, Cade. Siapa lagi? Bukankah satu-satunya orang yang mengira kalau Callie adalah si gadis pengasuh hanya Pricilla seorang?Jadi, gadis konyol itu adalah dalang dibalik penculikan mereka? Senyum sinis terukir
Wajah Pricilla langsung menjadi jelek. “Kau ...!” Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi waktu melihat senyum mengejek Fay di depan sana, dia berusaha menahan diri.Gadis itu pasti hanya membual. Selera Cade tidak mungkin begitu rendah. Pricilla bergumam dalam hati.“Sebelumnya aku sempat berpikir untuk melepasmu saja, Nona Willmer. Karena melihat dari penampilanmu, kurasa aku terlalu memandang tinggi dirimu. Namun rupanya kau tidak suka dikasihani. Kukira Cade tidak akan keberatan kehilangan seorang pengasuh tak berharga.” Sebelumnya Pricilla terkejut saat orang-orang yang disuruhnya menculik si pengasuh memberitahu kalau mereka hampir saja membawa orang yang salah. Setelah memeriksa identitas kedua gadis ini dari kartu identitas yang mereka bawa, barulah Pricilla sadar kalau dia telah ditipu oleh adik perempuan Cade.Fay mendadak tertawa nyaring. “Nona Haines, jangan terlalu yakin. Sebagai kekasih Cade Goldwin, aku ragu apakah kau pernah naik ke ranjang yang sama dengannya? Aku
“Sejak tiba di sini aku sudah siap untuk pergi,” sahut Callie kesal.“Kalau begitu, bagaimana dengan penjaga di luar? Mungkin kita bisa menyerangnya bersamaan saat pintu terbuka, lalu pergi ke arah belakang.”Callie tampak tidak tertarik dengan rencana Fay. “Aku bisa melumpuhkannya sendirian. Masalahnya aku tidak bisa melakukan itu dari dalam sini. Kau pikir kita hantu yang bisa menembus tembok?”Fay hanya terkekeh mendengar kata-kata yang dilontarkan Callie dengan ketus itu.“Kau terlalu serius, Callie. Tentu saja pintunya harus dibuka dulu.” Entah dari mana datangnya, Fay sudah mengacungkan sebuah kawat kecil pendek ke udara. “Kau bersiaplah.”Callie tercengang dengan sikap penuh percaya diri Fay. Apa temannya ini bisa membuka kuncinya hanya dengan kawat kecil itu? Sejak kapan Fay memiliki keahlian seorang maling kampung?Tapi Fay tidak mempedulikan tatapan tidak percaya Callie. Dia kembali membungkuk ke arah lubang kunci, mengutak-atik di sana sebentar. Tidak sampai semenit terdeng
Keduanya terdiam bersamaan. Serentak saling pandang.“Kau pikir itu salah satu dari mereka?” Fay merasa jantungnya yang sempat berdetak tenang kembali terpacu.“Entahlah. Mungkin.” Callie juga tidak bisa mengira.“Bukankah mereka juga memiliki helikopter? Apa mereka bermaksud melakukan pencarian lewat udara?” “Kalau pun itu benar, tidak mudah juga menemukan kita. Tapi mungkin akan sedikit kacau. Kau pernah merasakan sensasi dikejar dari udara?” Callie memandang sahabatnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Seperti anak ayam yang dikejar elang.”Wajah Fay menjadi muram. Callie sama sekali tidak membantu. Perumpamaan anak ayam untuk mereka hanya menunjukkan bahwa mereka adalah mangsa yang lemah.“Entah di mana hutan ini berakhir. Aku tidak peduli mereka akan berhasil menangkapku atau tidak. Yang pasti aku akan terus bergerak.” Setelah mengucapkan itu, Fay bergegas melangkah pergi ke satu arah dengan setengah berlari.“Fay, tunggu!” Callie mengejar, merasa Fay tidak ingin mengajaknya.
Jim menelan ludah. Dia tidak yakin saat sudah mengatakannya, Cade Goldwin akan mengampuni.“Tuan, apa kau akan mengampuni kami kalau aku memberitahu siapa dia?” ujar Jim memelas.“Apa dia juga akan membiarkan kau tetap hidup bila kau bisa keluar dari sini dengan selamat?”Jim tidak tahu harus mengatakan apa. Dia serba salah.“Nona Haines,” ujarnya dengan suara tercekat. Tenggorokannya terasa kering dan sakit.“Katakan dengan jelas.” Cade sedikit terkejut mendengar ucapan lelaki di depannya ini.“Pricilla Haines.”Ada keheningan sesaat usai nama itu disebutkan.Lalu tawa keras Cade terdengar bergema di seluruh ruang tamu villa yang luas. Itu bukanlah sebuah ekspresi kegembiraan. Tawa itu terdengar menyeramkan. Lebih menyerupai ejekan, rasa tidak percaya dan juga ancaman kematian.Kemudian terdengar suara tembakan. Tubuh Jim tersentak beberapa kali. Dia bahkan tidak sempat menjerit sebelum kemudian tumbang ke lantai. Matanya terbelalak menatap langit-langit ruangan.Cade mengembalikan s
Menurut Kevin, hari ini Fay terlihat murung. Meski gadis itu tersenyum juga sesekali dan ikut tertawa karena sebuah lelucon yang dilemparkan Kevin. Itu tak membuat awan gelap di matanya memudar. Mata indah yang biasanya cerah kini seperti langit yang tertimpa badai. Waktu Fay melontarkan sebuah kalimat, Kevin tahu bahwa memang ada masalah.“Apa kau bisa mencarikanku pekerjaan?” ujar Fay setelah menghabiskan setengah sarapannya.Kevin melirik isi piring gadis itu dan ingat bahwa Fay tidak pernah menyisakan makanan. Dia meneguk sedikit air putih dari gelas sebelum bicara.“Kau punya masalah dengan tuan Goldwin?” Kevin bertanya curiga.Fay langsung tertawa mendengar pertanyaan Kevin. “Sejak awal aku memang memiliki masalah dengan penjahat itu. Tidak. Bukan itu sebabnya. Aku hanya sedikit bosan. Kau tahu, aku tidak menyukai anak-anak. Menjadi pengasuh itu seperti sebuah hukuman. Aku hanya tidak punya pilihan lain waktu itu.”“Aku bisa memberimu pekerjaan. Tapi apa tuan Goldwin sudah tahu
Cade menunduk hingga Pricilla mengira lelaki itu ingin menciumnya. Kelopak mata indah , perlahan menutup.Tapi bibir Cade hanya mendekat ke sisi wajah gadis itu. Dia berkata dengan tenang. Nyaris tanpa tekanan.“Ibuku ingin aku menyampaikan pesan padamu.”Pricilla yang menunggu selama beberapa detik, dan ciuman itu belum juga datang, langsung membuka mata begitu mendengar kata-kata Cade.“Apa?” Napas Pricilla terasa sesak saat mengendus aroma tubuh lelaki itu. Dia menjadi mabuk tanpa perlu menenggak alkohol.Cade mundur sedikit. Matanya tidak lepas dari wajah gadis itu.Tangan Cade meraba bagian belakang tubuh Pricilla. Menemukan resleting di sana dan menurunkannya perlahan.Pricilla menyadari pergerakan itu. Dia tidak peduli. Itu memang yang diinginkannya. Di mana pun tempatnya, bukan masalah. Gadis itu malah membantu Cade meloloskan gaunnya tanpa sekalipun melepaskan pandangan dari wajah dengan fitur nyaris sempurna itu.Gaun yang terlepas dilempar sembarang ke lantai mobil. Pricil
“Kalau bukan karena anak-anak yang menginginkan nona Willmer tinggal di sini, aku tidak akan pernah membiarkannya menginjakkan kaki di apartemenku.” Suara Cade terdengar dingin.Itu bukan jawaban yang diinginkan Laura. Malah tidak ada hubungannya. Tapi dia tidak ingin berdebat saat ini.Anak-anak meletakkan sendoknya hampir bersamaan. Wajah keduanya terlihat kesal. Tapi mereka masih dengan keras kepala tidak ingin berbicara dengan ayah mereka.“Mike. Mika. Kalian makan sedikit sekali.” Laura menegur dengan tidak berdaya. Dia perhatikan keduanya hanya makan beberapa sendok.“Tiba-tiba saja aku merasa kenyang.” Mike yang menyahut. Sudut matanya melirik Cade dengan sengit. Anak itu turun dari kursinya dan meninggalkan meja makan lebih dulu.“Lagi pula di sini udaranya sangat pengap.” Mika ikut bersuara sambil mengipasi wajah dengan tangan. Dia menyusul kakaknya pergi.Itu hanya alasan, Laura tahu. Wanita itu mengelengkan kepala dengan sedih. Dia melirik Cade yang tampak tidak tergerak h
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida