Menurut Kevin, hari ini Fay terlihat murung. Meski gadis itu tersenyum juga sesekali dan ikut tertawa karena sebuah lelucon yang dilemparkan Kevin. Itu tak membuat awan gelap di matanya memudar. Mata indah yang biasanya cerah kini seperti langit yang tertimpa badai. Waktu Fay melontarkan sebuah kalimat, Kevin tahu bahwa memang ada masalah.“Apa kau bisa mencarikanku pekerjaan?” ujar Fay setelah menghabiskan setengah sarapannya.Kevin melirik isi piring gadis itu dan ingat bahwa Fay tidak pernah menyisakan makanan. Dia meneguk sedikit air putih dari gelas sebelum bicara.“Kau punya masalah dengan tuan Goldwin?” Kevin bertanya curiga.Fay langsung tertawa mendengar pertanyaan Kevin. “Sejak awal aku memang memiliki masalah dengan penjahat itu. Tidak. Bukan itu sebabnya. Aku hanya sedikit bosan. Kau tahu, aku tidak menyukai anak-anak. Menjadi pengasuh itu seperti sebuah hukuman. Aku hanya tidak punya pilihan lain waktu itu.”“Aku bisa memberimu pekerjaan. Tapi apa tuan Goldwin sudah tahu
Cade menunduk hingga Pricilla mengira lelaki itu ingin menciumnya. Kelopak mata indah , perlahan menutup.Tapi bibir Cade hanya mendekat ke sisi wajah gadis itu. Dia berkata dengan tenang. Nyaris tanpa tekanan.“Ibuku ingin aku menyampaikan pesan padamu.”Pricilla yang menunggu selama beberapa detik, dan ciuman itu belum juga datang, langsung membuka mata begitu mendengar kata-kata Cade.“Apa?” Napas Pricilla terasa sesak saat mengendus aroma tubuh lelaki itu. Dia menjadi mabuk tanpa perlu menenggak alkohol.Cade mundur sedikit. Matanya tidak lepas dari wajah gadis itu.Tangan Cade meraba bagian belakang tubuh Pricilla. Menemukan resleting di sana dan menurunkannya perlahan.Pricilla menyadari pergerakan itu. Dia tidak peduli. Itu memang yang diinginkannya. Di mana pun tempatnya, bukan masalah. Gadis itu malah membantu Cade meloloskan gaunnya tanpa sekalipun melepaskan pandangan dari wajah dengan fitur nyaris sempurna itu.Gaun yang terlepas dilempar sembarang ke lantai mobil. Pricil
“Kalau bukan karena anak-anak yang menginginkan nona Willmer tinggal di sini, aku tidak akan pernah membiarkannya menginjakkan kaki di apartemenku.” Suara Cade terdengar dingin.Itu bukan jawaban yang diinginkan Laura. Malah tidak ada hubungannya. Tapi dia tidak ingin berdebat saat ini.Anak-anak meletakkan sendoknya hampir bersamaan. Wajah keduanya terlihat kesal. Tapi mereka masih dengan keras kepala tidak ingin berbicara dengan ayah mereka.“Mike. Mika. Kalian makan sedikit sekali.” Laura menegur dengan tidak berdaya. Dia perhatikan keduanya hanya makan beberapa sendok.“Tiba-tiba saja aku merasa kenyang.” Mike yang menyahut. Sudut matanya melirik Cade dengan sengit. Anak itu turun dari kursinya dan meninggalkan meja makan lebih dulu.“Lagi pula di sini udaranya sangat pengap.” Mika ikut bersuara sambil mengipasi wajah dengan tangan. Dia menyusul kakaknya pergi.Itu hanya alasan, Laura tahu. Wanita itu mengelengkan kepala dengan sedih. Dia melirik Cade yang tampak tidak tergerak h
“Jadi, Nona Willmer. Apa kau pikir bisa memanjat naik pada keluarga Blair dengan menjadi sekretaris putraku?” Susan Blair tidak lagi mencoba berbasa-basi.Fay sudah mengira akan menghadapi serangan yang lebih keras dari nyonya besar Blair.“Nyonya sangat perhatian padaku. Aku harus berterima kasih.” Fay menyindir dengan senyum masih menghias bibir.Susan mendengus kesal. Dia tidak pernah bertemu gadis muda tak tahu malu seperti ini.“Aku sudah melihat banyak gadis muda. Kau yang paling menjijikkan. Jangan pernah berharap bisa menjadi bagian dari keluarga Blair. Kau tidak pantas dan tidak akan pernah pantas.” Nada bicara Susan tajam menusuk.Tak ada yang akan sanggup menghadapinya tanpa terluka.Fay tidak luput dari tusukannya. Apalagi akhir-akhir ini dia menjadi cukup peka tentang status sosialnya. Hal itu pula yang membuatnya pergi dari tempat tinggal Cade dan melepas kehidupan yang nyaman sebagai pengasuh si kembar.Namun Fay tentu saja tidak akan membiarkan dirinya ditindas dengan
Fay dengan sukses jatuh di pelukan Cade Goldwin. Terlihat persis seperti dalam film-film roman. Trik murahan seorang gadis demi menarik perhatian lawan jenis.Untuk beberapa waktu ada kesunyian yang menakutkan. Ruangan pesta yang semula ramai mendadak hening. Semua pandangan tertuju pada satu titik, Fay yang terjatuh dalam pelukan Cade Goldwin.Para wanita mulai mengutuk Fay dan berharap agar Cade memberi hukuman. Mereka semua cemburu. Bagaimana bisa seorang gadis asing yang tidak jelas status sosialnya menyentuh Cade dengan mudahnya.Sementara wajah dingin Cade semakin muram. Kalau saja hal ini dilakukan gadis lain dan bukan Fay Willmer, dia akan menuduhnya sebagai trik kotor paling menjijikkan. Tak pernah ada seorang pun wanita yang berani mencoba melakukan ini padanya. Tapi gadis dalam pelukannya adalah Fay Willmer yang suka mencari masalah dengannya. Cade mencoba menebak adakah ini sebuah ketidaksengajaan atau ada maksud lain.Sesaat Fay hanya bisa meringis. Dia masih mencengkeram
“Apa hari ini bukan ulang tahunmu?” Nyonya Goldwin balik bertanya. Dia kini menatap pada anak-anak.Mika tertawa geli saat melihat neneknya memandangi mereka berdua dengan pandangan ‘kalian membohongiku’.“Kami hanya mengatakan ingin merayakan ulang tahun mommy. Tapi bukan berarti mommy berulang tahun hari ini. Sebelumnya kami tidak pernah merayakannya.” Mike berujar santai tanpa rasa bersalah sedikit pun.Itu hanya sebuah alasan agar Laura Goldwin mau mengantar mereka ke apartemen Fay.“Akh!” Laura menepuk keningnya sendiri. “Kalian sudah menipu nenek.”“Kami tidak menipu nenek. Nenek saja yang salah mengartikannya.” Mike tetap tidak menerima dirinya disalahkan.Fay yang mendengar itu hanya mencibir. Dia sudah hapal dengan kelakukan dua anak ini. Tidak pernah mau kalah kalau berdebat.“Mommy, kau cantik sekali hari ini.” Mika memeluk lengan Fay dan menarik-narik ujung lengan gaun.“Aku memang selalu cantik.” Fay menyahut cepat. Kedua anak saling lirik. Sebagaimana Fay tahu mereka, m
Fay cemberut waktu melihat Callie menerobos masuk kamarnya. Di belakangnya mengiringkan Mike dan Mika.“Ada apa dengan wajahmu?” tegur Callie sambil meletakkan tasnya di atas meja dekat tempat tidur.Beberapa hari ini Fay menghindar tanpa alasan yang jelas. Callie jadi pusing sendiri. Hingga kemudian dia tidak lagi ingin mencari tahu alasannya. Mungkin kadar dopamine dalam tubuh Fay sedang turun. Hingga sahabatnya ini mudah tersinggung.“Aku dengar kakimu terkilir. Jadi, aku membawakan banyak camilan.” Callie mendorong kantong plastik besar ke arah Fay, mengabaikan wajah cemberutnya.Mau tidak mau Fay menerimanya. “Apa hubungan camilan dan kaki yang terkilir?”Callie membawa dirinya berbaring di sebelah Fay yang sedang duduk di tepi tempat tidur.“Kau perlu sesuatu untuk dimakan agar tidak bosan.”Suasana hati Fay tidak seburuk sebelumnya. Dia memeriksa isi kantong plastik dan sedikit senang.“Mommy, kau harus membaginya dengan kami.” Mika yang ikut mengintip isinya meminta bagian.“K
Untuk beberapa detik lelaki itu terdiam. Di bawah pandangan sengit tiga pasang mata, akhirnya Oscar tertawa canggung.“Baiklah. Aku memang berdusta soal pamanmu. Sebenarnya, aku adalah teman dekat keluarga Barney. Aku hanya ingin membantu mereka untuk menemukan lagi puteri mereka yang hilang. Setelah beberapa lama tidak menemukan petunjuk, beberapa hari yang lalu seorang suruhanku memberitahu tentangmu.Ciri-cirinya sangat mirip. Yang meragukan hanyalah bahwa di akta kelahiranmu, kau lahir di sebuah desa kecil. Tapi waktunya bertepatan dengan saat Felix Willmer pindah ke Trixie, saat itu juga Alice Barney menghilang.”Fay mendengarkan tanpa menyela. Mike dan Mika sibuk dengan pikiran mereka sendiri.“Keuntungan apa yang akan kau dapatkan dengan menemukan nona muda Barney ini?” Pertanyaan Fay di luar perkiraan Oscar.Lelaki itu memaksakan sebuah senyum sebelum menjawab. “Tidak ada. Selain sebuah bantuan seorang teman.”“Mereka pasti menjanjikan sejumlah besar uang.” Fay mengejar penga
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida