Home / Rumah Tangga / Menjadi Ibu Untuk Anakku / 4. Harapan Yang Tersemat

Share

4. Harapan Yang Tersemat

last update Last Updated: 2023-04-24 06:36:50

Sejak pertemuan Megan dengan Mikail dan Kiano tiga hari yang lalu, Megan sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Jelita benar-benar sudah kehilangan akal untuk membujuk sang supermodel tersebut untuk menurunkan kaki dari tempat tidur.

Megan-benar sudah kacau. Tak hanya penampilan, pikiran waras wanita itu sudah lenyap. Membatalkan beberapa pemotretan dan harus membayar biaya ganti rugi yang tak sedikit. Akan tetapi, berkat reputasi dan bujukan maut Jelita, -yang seharusnya mendapatkan hujan pujian dari Megan- ganti rugi tersebut berhasil ditangguhkan dan semua menginginkan perubaha jadwal hinga suasana hati dan kesehatan Megan Ailee kembali membaik.

Akan tetapi, Jelita tak bisa terus-menerus membentengi ketidak profesionalan Megan. Kali ini, ia harus berhasil membujuk Megan turun dari tempat tidur. Setidaknya.

Dan ... satu-satunya cara adalah dengan menggunakan anak wanita itu. Pagi itu, dengan rencana dan penyelidikan yang lumayan akurat, Jelita duduk di pinggiran tempat tidur. Menyentuh pundak Megan yang tertutupi oleh selimut tebal. Menghela napas panjang dan perlahan sebelum memulai pembicaraan serius mereka.

"Sampai kapan kau akan meratapi nasib menyedihkanmu ini, Megan?"

Megan hanya bergeming, matanya tetap terpejam meski ia tidak pernah tidur selama beberapa malam. Dan ia yakin kantung hitam menggantung di bawah kelopan matanya dan butuh beberapa kali perawatan untuk kembali normal.

Lalu, sampai kapan ia akan meratapi nasibnya ini?

Megan hanya bisa menjawab kata 'selamanya' dengan kepedihan yang tak mampu melewati bibirnya.

"Apa kau juga ingin membatalkan kontrak dengan perusahaan Mikail?"

Megan ingin menjawab ya, tetapi ... sesuatu menahan dadanya. Tak yakin apakah sekali lagi ia mampu melepaskan Mikail dan Kiano dari hidupnya sekali lagi?

"Au tak tahu apakah ide ini buruk atau tidak. Tapi, jika kau memutuskan untuk melanjutkan kerjasama ini, mungkin kita memiliki beberapa kesempatan untuk memperbaiki dan mengurangi penyesalanmu, Megan."

Megan masih bergeming, tetapi kali ini dadanya diselimuti ketertarikan yang perlahan memanjat naik ke dadanya akan ide yang diberikan oleh Jelita.

"Anakmu. Dia selalu ikut dengan Mikail ke kantor. Bukankah jika kau melakukan pemotretan ini. Setidaknya kau bisa melihat putramu dari kejauhan?"

Megan tetap terdiam. Tampak mempertimbangkan informasi Jelita. Ya, kerjasama ini tak sepenuhnya buruk. Ia bisa melihat Kiano dari kejauhan. Sekali lagi Megan mencerna ide Jelita dengan saksama.

"Lagipula, jika Mikail mengijinkanmu bertemu dengan Kiano, tentu saja kau akan kesulitan untuk menjelaskan siapa dirimu yang sebenarnya pada anakmu, kan?" Kalimat Jelita berhasil membuat Megan menyingkap selimut dan bangun terduduk. Dengan kedua mata yang bersinar cemerlang meski kantung hitam di bawah kelopak mata wanita itu tampak begitu jelas.

Jelita tersentak pelan dengan Megan yang tiba-tiba beranjak terduduk dan mengagetkan wanita itu. Harapan yang teramat besar terlihat menyelimuti wajah pucat dan kucel Megan. "B-bagaimana?"

"Kau benar. Batalkan kerja samaku dengan semua pihak,kecuali dengan perusahaan Mikail. Aku harus menjadi dekat dengan putraku,"putus Megan kemudian, dengan penuh tekad yang kuat.

***

Dengan harapan yang bertumpu terlalu banyak di hatinya, Megan akhirnya turun dari tempat tidur. Memulai paginya dengan sempurna. Menyuruh Jelita memanggil seseorang untuk melakukan perawatan tubuhnya dari atas ke bawah dari spa paling ternama di pusat kota.

Tubuhnya menjadi rileks dengan perawatan tubuh, sekaligus mengembalikan ketenangan emosi serta pikirannya. Megan mempersiapkan mentalnya untuk pertemuan pertamanya secara professional dengan Mikail Matteo esok siang. Sebagai Megan Ailee, supermodel yang akan menjadi brand ambassador untuk perusahaan Mikail.

Sekali lagi, Megan mematut penampilan sempurnanya di depan cermin tinggi. Rambutnya yang dicat merah dan bergelombang dikuncir miring ke samping. Karena cuaca hari cukup panas, Megan memutuskan mengenakan celana jeans pensil berwarna biru mudanya dengan off shoulder blouse putihnya. Dilengkapi stiletto putih yang semakin menampilkan kejenjangan kakinya.

Wajah Megan terlihat sempurna cerah, dengan kulit yang terlihat berkilau. Sesempurna perasaannya yang ditata seapik mungkin untuk pertemuan makan siang hari ini. Dengan Mikail Matteo, CEO mall M-King.

Tepat jam satu siang, mobil Megan sudah terparkir tepat di halaman restoran tempat janji temu disepakati. Akan tetapi, Jelita menahannya untuk turun dari mobil.

"Kenapa kita harus menunggu?" protes Megan ketika Jelita mengatakan bahwa mereka harus menunggu.

Jelita mendecakkan lidahnya. "Jangan membuat dirimua semudah itu, Megan. Kau harus membuat dirimu layak ditunggu."

Kening Megan berkerut tak mengerti. Jelita adalah teman terdekat yang merangkap sebagai manager, yang memiliki obsesi berlebih pada waktu. Untuk setiap jadwal yang sudah sempurna diatur, wanita itu akan memastikan dirinya datang dan berada di tempat yang tepat dan seharusnya dirinya berada. Tidak terlambat satu detik pun. Dan tidak sekali dua kali, Jelita secara terang-terangan menyindir klien atau rekan kerja mereka jika jadwal pertemuan yang sudah mereka sepakati akan terlambat satu menit pun.

Lalu sekarang, Jelita malah sengaja membuat dirinya terlambat, agar dirinya tidak menjadi mudah dan layak ditunggu. Yang masih berusaha Megan cerna arti di balik arahan Jelita. Dan tetap tak bisa Megan pahami setelah mereka menunggu hampir setengah jam di dalam mobil. Keduanya pun akhirnya turun dan berjalan masuk ke dalam restoran. Begitu Jelita mengatakan keperluan mereka pada greeter restoran, pria muda dengan penampilan rapi dan sopan itu mengarahkan Jelita dan Megan menuju salah satu sudut restoran, melewati dinding air mancur yang mengarah ke lorong pendek. Melewati beberapa pintu dan berhenti di pintu nomor dua sebelah kanan. Setelahnya, Jelita menyuruh greeter tersebut untuk kembali dan biarkan mereka mengambil alih.

Megan menghela napas panjang dan dalam sebelum Jelita mengangkat tangan untuk mengetuk pintu ruang pribadi yang ada di depan mereka, memandang Megan dan menangkap isyarat anggukan singkat sang model. Lalu mengetukkan pintu dan suara bass dari dalam membuatnya mendorong pintu di depannya untuk Megan. Megan pun melangkah masuk lebih dulu, disusul Jelita.

Pada akhirnya, sekuat dan sekeras apa pun usaha Megan untuk tidak terpengaruh dengan keberadaan Mikail. Berakhir dengan sia-sia. Begitu pandangan Megan menangkap Mikail yang berdiri dengan senyum yang terpasang apik di kedua sudut bibir pria itu, meruntuhkan pertahanan dirinya. Jantungya berdegup kencang akan ketenangan yang pria itu tampilkan. Seolah tak ada apa pun yang pernah dan masih ada di antara mereka. Jauh berbeda dengan dirinya. Masa lalu dan apa yang tengah Megan rasakan tentang mereka, masih begitu memengaruhi dirinya.

"Selamat siang, Nona Ailee." Mikail membentangkan kedua lengannya dan maju dua langkah demi memberikan pelukan sambutan untuk Megan.

Sambil menahan napasnya, Megan tak diberi pilihan selain membiarkan tubuhnya masuk ke dalam pelukan pria itu dan membiarkan pria itu mencium pipi kanan dan kirinya dengan sikap yang begitu formal. Dalam hati, Megan mengeluhakn sikap hangat dan terlalu intim yang diberikan Mikail pada dirinya. Yang artinya, pria itu juga sering melakukan hal semacam ini tidak hanya pada dirinya.

Megan bergegas menepis pemikiran semacam itu di dalam benaknya. Tak ada yang perlu ia pikirkan, apalagi ia khawatirkan dengan sikap Mikail terhadap wanita mana pun. Terhadap siapa pun. Ia tak perlu peduli pada kehidupan Mikail. Tujuannga datang di pertemuan ini hanyalah ingin menjadi lebih dekat dengan Kiano. Yang tidak dibawa oleh Mikail dalam pertemuan siang ini.

Dengan sudut matanya, Megan mencari keberadaan Kiano. Tetapi hanya Mikail dan seorang wanita yang tengah berdiri di samping kursi Mikail dengan sebuah berkas yang diletakkan di pelukan wanita muda itu.

"Mencari seseorang, Nona Ailee?" senyum Mikail menangkap pencarian di kedua mata Megan.

Megan mengerjap dan kembali memusatkan perhatian pada Mikail sembari melepaskan diri dari kedua lengan Mikail yang masih setengah menyentuh tubuhnya. Menggeleng singkat sembari melemparkan satu tatapan singkat pada Jelita yang segera mengalihkna pembicaraan.

"Maafkan kami datang terlambat, Tuan Matteo."

Masih dengan senyum lebarnya, Mikail mengedikkan bahunya singkat. "Tidak apa-apa. Kami juga baru saja memeriksa salinan berkas kontrak kita dan memastikan semuanya menguntungkan kita berdua. Tepat seperti yang Anda inginkan?"

Jelita mengangguk dengan senyum sopannya. Ya, karena berkas kerjasama yang sudah mereka tanda tangani dirobek oleh Megan saat pikiran wanita itu masih dikacaukan oleh kemunculan mantan suami dan anak laki-laki wanita itu. Memaksanya membuat kebohongan bahwa salah satu asistennya melakukan kecerobohan terhadap kontrak tersebut sebelum mereka membuat salinan untuk Mikail Matteo.

“Terima kasih, Tuan Matteo."

Mikail mengangguk. Kemudian mempersilahkan Megan dan Jelita duduk, memulai pembicaraan. Jelita dan sekretaris Mikail yang bernama Lisa saling berbincang, sesekali Mikail menimpali dan lebih banyak mendengarkan dan memastikan semuanya poin-poin secara detail. Sedangkan Megan, wanita itu sama sekali tidak membuka mulutnya. Jelita sudah mewakilia segala hal yang ia inginkan di setiap patah katanya.

Hingga sampai pada akhir kesepakatan dan tanda tangan dari kedua belah pihak dibubuhkan di masing-masing salinan. Pertemuan pun berakhir dengan hidangan makan siang yang disajikan oleh pelayan memenuhi meja mereka. Saat itulah Mikail mendapatkan panggilan.

"Di mana?" tanya Mikail pada seseorang yang ada di seberang.

"..."

Mikail mengangguk mengerti, kemudian sedikit menurunkan ponsel dari telinganya dan bertanya pada Megan dengan nadanya yang formal. "Bolehkah saya mengudang seseorang untuk bergabung bersama ?"

Megan segera mengangkat wajahnya, begitu pun dengan Jelita. Megan menahan napasnya ketika tatapannya bertemu dengan Mikail. Seseorang? Tentu saja Megan keberatan, tetapi ...

"Tentu saja, Tuan Matteo," jawab Jelita mendahului Megan dan mengabaikan protes yang menyeruak di kedua mata Megan.

Megan menoleh dan melemparkan tatapan sengitnya pada Jelita. Sungguh, pertemuannya dengan Mikail sudah membuatnya harus menahan napas dan kekurangan oksigen meski ia tak melakukan apa pun di ruangan ini selain duduk manis dan menandatangani berkas perjanjian kontrak mereka. Dan Megan tak butuh ditekan oleh segala macam emosional lain dengan wanita yang akan diundang oleh Mikail untuk bergabung bersama mereka di meja ini.

Mikail merasa tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Jelita pun beralih menatap Megan. Meminta persetujuang secara langsung dari sang model.

"Sepertinya di ruangan ini sudah ada terlalu banyak wanita." Megan sama sekali tak menutupi kesengitan dalam jawabannya ketika diberi kesempatan menjawab.

Seringai tersamar di ujung bibir pria itu dan salah satu alis pria itu terangkat. "Saya tidak pernah mengatakan bahwa seseorang yang saya maksud adalah seorang wanita, Nona Ailee."

Ekspresi di wajah Megan seketika membeku. Sebelum kemudian berubah menjadi merah padam. Dan merasakan kakinya diinjak oleh Jelita. Menyadari bahwa dirinya telah mempermalukan dirinya sendiri.

Jelita memecah keheningan di antara Megan dan Mikail dengan suara tawa yang dibuat-buat. "Maafkan kata-kata Megan, Tuan Matteo. Megan tidak tahu apa yang dikatakannya. Terkadang dia mengucapkannya begitu saja karena terlalu senang. Kesepatakan yang sudah kita sepakati membuatnya begitu senang."

Mikail tak mengatakan apa-apa meski pun tahu dalih yang diucapkan oleh Jelita hanyalah omong kosong. Dengan senyum yang masih bertengger di kedua ujung bibirnya, Mikail menjawab, "Tidak apa-apa. Jika Nona Ailee keberatan dengan tamu undangan saya, apakah mengundang anak saya ke meja ini dibolehkan?" Kali ini pertanyaan Mikail diaujukan tepat dan hanya untuk Megan. Yang seketika membuat seluruh tubuh Megan membeku.

***

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   5. Emosional

    Megan tak bisa menahan perhatiannya kepada Kiano hanya sekedar menjadi lirikan biasa. Sejak anak kecil itu masuk ke ruang pribadi mereka dan duduk di samping Mikail. "Ah, ada tante cantik," sapa Kiano dengan senyum yang segera memenuhi wajah mungil dengan pipi gembul anak itu. Megan tercengang, karena Kiano masih mengenalinya. Bahkan setelah dua kali ia meninggalkan anak itu. Karena tak mampu menghadapi emosi yang ditimbulkan Kiano pada dirinya. Yang lebih besar dari yang Megan harapkan. Pandangan Megan beralih pada Mikail. Bahkan pria itu sama sekali tak menegur cara memanggil Kiano padanya. Atau setidaknya Mikail memberi tahu Kiano siapa namanya, meski Megan sama sekali tak keberatan Kiano memanggilnya dengan 'tante cantik.' "Kemarilah, Jagoan." Mikail mengangkat tangannya ke arah Kiano yang terhenti di samping kursi Megan. Anak laki-laki itu pun langsung menghambur ke pangkuan Mikail. Mencium pipi kiri dan kanan sang papa sebelum kemudian bercerita singkat. "Tante Alicia sedan

    Last Updated : 2023-04-24
  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   6. Tante Cantiknya Kiano

    "Kami bukan siapa-siapa mu lagi, Megan. Aku dan Kiano hanyalah orang asing di hidupnya. Dan kita terlibat dalam situasi ini karena sebuah keprofesionalan. Tidak seharusnya kau menjadi emosional seperti ini," desis Mikail tepat di bibir Megan. Napas panas pria itu menerpa seluruh permukaan wajah Megan, yang membuat jantung wanita itu nyaris melompat dari dadanya. Saking kuatnya getaran yang ditimbulkan oleh Mikail pada tubuhnya. Megan tak mengatakan apa pun, selain nyaris melompat dari dadanya. Saking kuatnya getaran yang ditimbulkan oleh Mikail pada tubuhnya. Megan tak mengatakan apa pun, kedua matanya melekat kuat dalam kuncian Mikail. Dan hanya sepersekian detik, Megan berpikir Mikail tersesat dengan keinginan pria itu. Tetapi rupanya kewarasan pria itu berbicara lebih tegas dan keras, yang membuat Mikail mengerjap sekali sebelum kemudian mendorong tubuh pria itu menjauh dari tubuhnya. Seolah terbangun dari kesadarannya. "Kau sudah pernah melukai anakku dan menyisakan luka yang m

    Last Updated : 2023-04-25
  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   7. Nicholas Matteo

    Nicholas Matteo, model pria yang entah bagaimana jejak karirnya terus mengekor di belakang Megan Ailee. Dan pria itu memiliki obsesi konyol untuk memasangkan nama Matteo di belakang namanya. 'Kebetulan sekali, namaku Megan Matteo,' tandas Megan dengan delik peringatan ketika Nicholas mengungkapkan keinginannya tersebut. Tepat di hari pernikahan dan Mikail. 'Mulai hari ini.' Senyum Nicholas melengkung dengan tanpa dosa, sebelum kemudian berubah menjadi cemberut yang dibuat-buat. 'Sayangnya, Matteonya bukan milikku.' 'Yup, sayang sekali,' balas Megan dengan cemberut yang dibuat sepalsu mungkin, lalu berbalik pergi meninggalkan Nicholas dengan buket bunga pernikahannya dan Mikail. Megan masih bisa mengingat semua itu di benaknya. Hingga sekarang. Bahkan setelah setahun pernikahannya dan Mikail, perasaan Nicholas padanya tetap tak berubah. Semakin hari, pria itu tak sungkan untuk mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan di hadapannya maupun Mikail. Sejak remaja, banyak agens

    Last Updated : 2023-04-26
  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   8. Lamaran Sialan

    Begitu Anthony mengatakan cukup dan puas dengan semua sesi foto kali ini, Megan mendorong dada Nicholas menjauh dari tubuhnya. Dengan delikan tajamnya, wanita itu kemudian berbalik dan melangkah pergi. Menyeberangi ruangan dengan langkahnya yang ringan dan feminim. Di sisi lain, Mikail merasa konyol dengan berpikir bahwa dirinya tidak akan terpengaruh ketika memutuskan untuk datang ke tempat ini. meyakinkan diri bahwa keputusannya datang ke tempat ini adalah karena –seperti keprofesionalannya- ia butuh memastikan semua proses dilakukan dengan sempurna. Tepat seperti yang diinginkannya. Dan semua itu malah membuat sesuatu yang sudah terpendam dalam-dalam di kedalaman hatinya mengambang ke permukaan. Membuat dadanya bergemuruh oleh amarah semua itu karena seorang Megan Ailee. Wanita yang sudah mencampakkan dan membuangnya. Tatapan Mikail mengikuti Megan yang melintasi ruangan luas ke arah meja rias. Manager Megan mengekor di belakang. Memberikan jaket untuk menutupi pakaian tipis yan

    Last Updated : 2023-04-27
  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   9. Pembicaraan Pria

    "Di balik semua kesuksesanmu, aku tak tahu ternyata kau memiliki kenaifan sekonyol ini, Nicky. Benar-benar tak cocok dengan keberengsekan dan keangkuhanmu." Mikail berhasil mengendalikan emosi yang bergemuruh di dadanya, menampilkan ketenagan yang terkendali di raut wajahnya yang dingin. Nicholas hanya tersenyum. Sama sekali tak tersinggung akan kenaifannya yang diejek oleh Mikail, jika itu selalu berhubungan dengan Megan Ailee. "Bahkan setelah tujuh tahun, hanya ini pencapaian yang kau dapatkan?" cibir Mikail menambahkan. "Aku percaya, usaha tak akan mengkhianati hasil." "Hasil yang kau dapat rupanya menunjukkan sebesar apa usahamu, kan?" dengus Mikail lagi. Senyum di bibir Nicholas masih mengembang lebar di kedua ujung bibir Nicholas. "Kali ini usahaku tidak main-main. Aku akan langsung melamarnya." "Bagaimana jika dia menolakmu?" "Bagaimana jika dia menerimaku?" Keyakinan dalam suara Nicholas sangat teguh. Tak ada getar keraguan sedikit pun yang melumuri setiap patah kata ya

    Last Updated : 2023-04-27
  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   10. Uncle Nicky

    Megan terkejut ketika sekretaris Mikail membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. Dan untuk kedua kalinya, ia terkejuta melihat Mikail bukanlah satu-satunya penghuni di dalam ruangan tersebut. Nicholas, pria menjengkelkan itu ternyata juga ada di sana. Dengan senyum semringah yang terlihat berlebihan menyambutnya. Nicholas bangkit berdiri, menghampiri Megan dengan kedua tangan yang membentang terbuka. "Well, umur panjang, Megan. Kami sedang membicarakanmu." Kening Megan berkerut mencerna kalimat Nicholas, yang membuatnya membiarkan Nicholas memeluk dan mendaratkan kecupan singkat di pipi kanan dan kirinya. Dan saat itulah Megan tersadar dan tubuhnya hendak memberikan respon penolakan. Akan tetapi ... Entah kenapa kali ini Megan mempertimbangkan untuk menerima sikap pria itu. Tapi dengan tegas tidak akan membalas sambutan terlalu intim -untuknya jika dilihat dari hubungannya dan Nicholas- yang diberikan sepupu mantan suaminya tersebut. Kemudian perhatian Megan kembali teralih, m

    Last Updated : 2023-05-13
  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   11. Tawaran

    Megan menatap dengan iri melihat Nicholas yang menghujani wajah mungil Kiano dengan kecupan yang membuat bocah kecil itu terbahak karena geli. Merasa hidup begitu tak adil. Orang lain bahkan bisa bebas mencium putranya dan menjadi akrab. Tetapi dirinya, sebagai seorang ibu. Megan hanya diberi satu pilihan ketika dihadapkan oleh putranya. Dan ia harus berpuas diri hanya dengan melihat putranya. Sungguh, ia ingin memeluk putranya dan mencium pipi gembul Kiano. Mendengar suara tawanya yang terbahak dengan lepas karena dirinya. Dan lagi-lagi kecemburuan melingkupi dadanya, Nicholas mendapatkan semua yang diinginkannya dari Kiano.Untuk pertama kalinya, apa yang dimiliki oleh Nicholas membuatnya begitu iri dan cemburu. Pun dengan kebencian dan kemuakan yang ia miliki untuk Nicholas.Sejujurnya, Nicholas bukanlah pria yang jahat dan berengsek padanya. Pria itu selalu memperlakukannya dengan baik dan menghujaninya dengan perhatian. Satu-satunya hal yang ia benci dari Nicholas hanyalah pera

    Last Updated : 2023-05-27
  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   12. Setuju?

    "Kesepakatan yang tak akan kau dapatkan dari siapa pun. Termasuk Mikail," Nicholas melanjutkan tawarannya dengan salah satu alis yang terangkat. Rayuan dan bujukan yang begitu kental menyelimuti kedua mata pria itu. "Tak ada kesepakatan yang lebih sempurna dari ini, Megan. Bahkan sebesar yang bisa kau harapkan dari Mikail."Tawaran Nicholas terdengar begitu menggiurkan. Dan Megan bersumpah, Nicholas mengatakan yang sesungguhnya. Persetujuan sudah berada di ujung lidahnya, akan tetapi jawaban itu segera melebur. Ia tak mungkin membuat kesepakatan dengan Nicholas. Pria itu jelas tidak lebih baik dari Mikail. Megan pun segera menampilkan ketidak peduliannya, yang tentu saja Nicholas melihatnya sebagai sesuatu yang sengaja dibuat-buat."Kau membutuhkanku, Megan. Itu yang tak ingin kau akui."Wajah Megan mengeras dengan jengkel dan membalas dengan telak. "Aku tahu apa yang kau inginkan, Nicholas."Seringai tersungging di kedua ujung bibir Nicholas, mengiyakan jawabah Megan dengan tanpa

    Last Updated : 2023-05-27

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   5. Little Extra Megan Dan Marcel

    Mikail dan Kiano masih menunggu baby Kylie di ruang bayi setelah mengantarkan Megan ke ruang perawatan. Memastikan sang istri untuk istirahat sebelum pergi, tetapi Megan tak bisa tidur. Pun dengan rasa lelah dan letih yang masih membuatnya lemah dan berbaring di tempat tidur. Perutnya terasa lapar setelah semua tenaga yang ia kerahkan saat persalinan. Suara pintu diketuk, Megan menoleh. Sepertinya perawat yang disuruh Mikail untuk membawakannya makanan untuknya. Tetapi wajahnya berubah masam ketika bukan perawat yang muncul, melainkan Marcel. Satu tangan membawa nampan berisi makanan dan satu tangannya disembunyikan di belakang. Membuat Megan berkerut kening akan sikap aneh pria itu. “Kenapa kau di sini, Marcel?” tanya Megan dengan nada tak bersahabat seperti biasa. Marcel tak menjawab, pria itu meletakkan nampan di nakas. “Aku tahu kau tak akan suka jika aku menyuapimu, kan?” Megan hanya mendengus tipis. Tentu saja ia akan menunggu Mikail. Dan ia langsung mengambil ponsel untuk

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   4. Extra Megan Dan Mikail

    Delapan bulan kemudian … Megan memuntahkan seluruh isi perutnya di lubang toilet dengan hentakan yang kuat dari dalam perutnya. Membungkuk dengan kedua tangan bersandar di dinding karena perutnya yang besar membuatnya kesulitan berjongkok. “Kau muntah lagi?” Marcel muncul dari balik pintu yang tak sempat Megan tutup ketika bergegas masuk ke kamar mandi. Berdiri di belakang Megan sembari menggosok pelan punggung wanita itu. Megan yang sudah lemas, tak punya kekuatan untuk menolak perhatian Marcel, apalagi untuk memanggil Mikail yang masih belum turun ke lantai satu. Kedua kakinya melemah dan jatuh bersandar ke tubuh Marcel, sesi muntahan itu akhirnya berhenti dan Marcel mendudukkan Megan di lubang toilet. “Lepaskan dia, Marcel.” Mikail muncul di ambang pintu. Menghampiri Megan dan menarik lengan sang adik untuk menjauh dari istrinya. Marcel hanya mengedikkan bahu dan menuruti keinginan sang kakak meski tidak meninggalkan kamar mandi. Ia mengamati Mikail yang mengambil beberapa lem

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   3. Extra Jelita Dan Nicholas

    Jelita menurunkan ponselnya dari telinga dengan helaan napas yang lolos dari kedua lubang hidung dan bibirnya. Matanya terpejam dengan telapak tangan yang menyentuh perutnya yang masih rata. Pernikahan? Ia tak bisa menolak Nicholas yang ingin menikahinya. Terutama setelah pria itu tahu saat ini dirinya tengah hamil. Ya, seminggu yang lalu. Tiba-tiba ia pingsan di tempat pemotretan Nicholas, pria itu membawanya ke rumah sakit. Dan saat ia terbangun dari pingsannya, pria itu sudah menyelipkan cincin di jari manisnya dengan omong kosong tentang pernikahan. “Apa-apaan ini, Nicholas?” Jelita berusaha melepaskan cincin tersebut dari jari manisnya tetapi ditahan oleh Nicholas. “Menikah? Apa kau kehilangan kewarasanmu? Apa kepalamu baru saja dilempar kamera? Atau kejatuhan lampu?” rentetnya dengan kesal. Bukankah ia yang jatuh pingsan, kenapa malah Nicholas yang kehilangan otaknya. Nicholas hanya menarik seulas senyum sebagai jawaban. “Kita harus menikah. Kita membutuhkan pernikahan ini.”

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   2. Extra Kiano Dan Marcel 2

    Sepanjang perjalanan, Megan sengaja membisu. Matanya terpejam, menahan tangisan kekecewaan dan perasaannya yang campur aduk. Semua ingatan buruknya naik ke permukaan. Keberengsekan Marcel, kehamilannya, pertengkarannya dan Mikail, lalu perceraian mereka. Semua memenuhi benaknya, menekan dadanya. Setelah semua ini, kenapa kenyataan ini harus naik ke permukaan. Menamparnya dengan keras.Setelah setengah jam kemudian, Mikail menghentikan mobil tepat di teras rumah. Belum sempat mematikan mesin mobilnya, Megan sudah membuka pintu mobil. “Tunggu, Megan.” Tangan Mikail tak sempat menangkap tangan Megan yang sudah melompat turun. “Kau harus hati-hati. Kakimu …” Mikail pun menyusul melompat turun dari dalam mobil.Mikail semakin dibuat kebingungan oleh perubahan sikap Megan. Ia setengah berlari mengejar dan berhasil menangkap pergelangan tangan wanita itu di tengah ruang tamu. “Apa yang terjadi, Megan? Kenapa denganmu?”Megan menatap wajah Mikail dengan penuh kekecewaan, tetapi bibirnya tetap

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   1. Extra Kiano Dan Marcel

    Satu bulan kemudian … Setelah satu bulan. Dengan diantar Mikail, akhirnya hari ini Megan kembali ke rumah sakit untuk melepaskan gips di kaki kanannya. Retakan di tulang kaki Megan sudah sembuh, meski harus tetap hati-hati dan menggunakan peyangga demi melatih kaki yang sudah lama tidak digunakan untuk jalan. Sekarang keduanya berada di lift, hendak turun ke lantai basement dan kembali pulang. Megan duduk di kursi roda, meski sudah bersikeras akan berjalan kaki dengan peyangga saja, Mikail malah mendudukkan pantatnya di sana. Mendorong kursi roda dan membungkam protes Megan dengan tegas. “Jam berapa sekarang?” “Dua.” “Kiano sudah pulang?” “Ya, Marcel sudah menjemputnya, dia baru saja sampai di sekolahnya Kiano.” Megan mendesah kesal. Selama satu bulan penuh dan karena kakinya yang butuh perawatan khusus, Mikail menyerahkan semua tentang Kiano pada Marcel. Ya, Megan masih belum sepenuhnya menerima sikap baik Marcel meski pria itu selalu memperlakukannya dengan baik. Seperti yang

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   100. Akhir Untuk Alicia

    Mikail membeku dalam ketercengangannya, kehilangan kata-kata ketika menemukan perut Alicia yang membesar hanyalah sebuah perut palsu yang dililit di pinggang. Sekilas tampak seperti nyata, tapi … itu terbuat dari bantalan kain yang menyerupai perut asli. Bahkan memiliki pusar di tengahnya. Cukup lama bagi Mikail untuk mencerna apa yang disaksikannya saat ini, dalam kebingungannya ia berusaha menemukan pijakannya. Alicia membelalak, terkesiap dengan keras dan wajahnya tertunduk menatap perut palsunya yang sekarang terekspos di hadapan Mikail. Kebohongannya terbongkar, dilucuti habis-habisan tak hanya oleh Mikail, tetapi juga oleh Marcel. Tidak, kebohongannya yang sudah ia bangun mati-matian, tidak bisa terbongkar semudah ini. “M-mi …” bibirnya bergetar hebat, bahkan hanya untuk memanggil nama Mikail. Ia bahkan belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi, tetapi kembali dipatahkan oleh kalimat Marcel. “Dia benar-benar menipumu mentah-mentah, Mikail. Aku sudah mengatakan padamu, kan.

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   99. Terbongkar

    Alicia tak berhenti berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, kedua tangannya saling meremas dengan gugup. Ia sudah membereskan CCTV, bukti kebusukannya. Tapi masih ada satu bukti yang akan memberatkannya. Bukti yang masih hidup itu harus ia lenyapkan. Janji Alicia pada dirinya sendiri. Kedua tangannya mengepal dengan kuat oleh kegugupan yang tak berhenti menghantui benaknya. Wanita itu mengambil ponselnya, sudah hampir tengah malam. Tapi ia jelas tak bisa tidur dengan semua kegelisahan ini. Tidak, malam ini adalah kesempatannya. Ia harus menutup mulut Megan sebelum wanita itu membuka mulut. Alicia memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berjalan keluar kamar. Membangunkan sopir untuk membawanya ke rumah sakit sambil memegang perut dan berpura kesakitan. Sopir pun bergegas membawa Alicia ke rumah sakit. Baru saja penjaga keamanan menutup pintu gerbang setelah mobil Alicia pergi, penjaga keamanan itu kembali membukakan pintu gerbang untuk Marcel. Sesampai di rumah sakit, Alicia turun

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   98. Kepalsuan

    Akan tetapi, seringai itu hanya bertahan satu detik di ujung bibirnya. Ketika suara langkah kaki yang bergema dari lantai bawah memucatkan seluruh permukaan wajahnya. Dan dari atas ia bisa melihat Marcel yang tercengang menemukan tubuh Megan yang tersungkur di lantai. “Megan?!” Marcel melompat ke arah tubuh Megan yang tergeletak di lantai, tak bergerak dengan kepala yang berdarah. Pria itu terduduk di lantai, membawa kepala Megan dalam pangkuannya. Telapak tangannya menepuk pelan pipi Megan, berusaha menyadarkan wanita itu. “Ada apa ini? Megan?” Mikail muncul, tak kalah tercengangnya dengan Marcel dan ikut duduk di lantai memeriksa keadaan Megan. Marcel mendongak, tatapannya menajam ke ujung tangga. “Alicia?” Sekali lagi Mikail dikejutkan dengan Alicia yang juga tak sadarkan diri di tengah anak tangga. “Aku harus membawanya ke rumah sakit.” Marcel menyelipkan kedua lengannya di balik punggung dan lutut Megan. Menggendong tubuh Megan dan bergegas membawanya keluar. Mikail ingin m

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   97. Kebusukan Alicia

    Hari ini, Megan harus berhasil. Janji Megan pada dirinya sendiri yang tengah berdiri di depan cermin. Kedua tangannya saling meremas, memberikan dukungan dan semangat untuk dirinya sendiri. Setelah Mikail berangkat kerja dan ia mengantar Kiano ke sekolah, Megan menghabiskan waktu di lantai satu untuk mengintai kegiatan Alicia. Wanita itu hanya keluar untuk makan pagi, dengan memasang raut pucat yang ditampakkan semenyedihkan mungkin. Mikail terlihat ibat, tapi untuk pertama kalinya ia merasa Marcel memihaknya karena pria itu sama sekali tak terpengaruh dengan tampilan Alicia. Pria itu seolah bisa membaca mata batin Alicia yang sesungguhnya. Jika saja sedikit kecerdasan Marcel dimiliki oleh Mikail, tapi ia sendiri tak bisa menyalahkan Mikail. Dirinyalah yang menciptakan ketakutan itu pada Mikail saat hamil Kiano. Dan rupanya itu membekas begitu dalam di hati Mikail sehingga kebaikan hati pria itu dimanfaatkan oleh wanita licik seperti Alicia. Alicia tampak tak tenang ketika di meja m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status