Nathan terkejut ketika Eliza sudah berpindah posisi di atas pangkuannya. Namun hal itu terjadi hanya beberapa detik. Detik berikutnya ia tersenyum senang. Apakah ini rezeki atau musibah? "Mas hantunya keluar," teriak Eliza sambil memeluk Nathan. Sedangkan wajahnya bersembunyi di dada bidang pria tersebut."Iya hantunya lagi ngintip." Nathan tersenyum geli melihat tingkah Eliza. Padahal tadi ngakunya paling penakut, tapi nyatanya dia yang lebih takut."Mas Liza takut, hantunya serem." Eliza memeluk Nathan dengan sangat kuat ketika mendengar suara jeritan."Iya jangan dilihat." Dengan sengaja Nathan memeluk Eliza dengan erat. Posisi Eliza yang berada di atas pangkuannya seperti ini membuat Nathan menjadi gelisah. Namun tetap saja dia tidak ingin Eliza segera beranjak dari tempatnya."Mas hantunya sudah pergi belum?""Belum dia masih liatin ke arah kita, matanya serem banget." Nathan berusaha menahan tertawanya. Eliza memang benar-benar bocil. Terus gimana coba dia bisa menjadi seorang
Eliza keluar dari dalam bioskop dengan wajah masam. Ada rasa kecewa dan juga sebal dengan film yang ditontonnya. Jika tidak memikirkan malu dengan Nathan, ia sudah menonton film hingga selesai. Namun karena hantu yang suka muncul dengan tiba-tiba, membuatnya ketakutan. Sedangkan Nathan hanya senyum-senyum sendiri memandang Eliza yang sangat menggemaskan. "Mas, kita pulang aja yuk." Eliza melihat jam di handphone yang ternyata sudah jam 01.00 malam."Apa nggak mau makan dulu sebelum pulang?"Eliza menggelengkan kepalanya. "Sudah sangat malam mas? Lagi pula nanti Noha suka bangun tengah malam. Jadi kita langsung pulang aja. Apa Mas lapar?" Eliza justru balik bertanya dengan Nathan.Nathan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Kalau gitu kita pulang aja, nanti kalau Mas pengen makan apa, kasih tau Liza biar lizza yang masakin di rumah." Eliza berkata dengan tersenyum. Malam ini Nathan sudah melakukan banyak hal untuknya, karena itu Eliza akan memasak menu sesuai dengan permintaa
Nathan masuk ke kamar Eliza. Ternyata di sana sudah banyak boneka yang dibelinya. Boneka-boneka itu tersusun dengan rapi di sebuah lemari. Padahal tadi dia tidak membeli lemari namun ternyata sang Mami sudah langsung memberikan lemari boneka untuk menyusun boneka-boneka yang sudah dibeli oleh Eliza. Nathan mengambil guling kucing milik Eliza, Noha dan juga miliknya. Dia keluar dari kamar dan langsung menuju ke kamar Noha Nathan melihat sang Mami yang ternyata sudah tidak ada di sana. Hal ini pasti jauh lebih baik daripada harus mendengar sang Mami yang mengomel ketika dia akan masuk ke kamar putranya tersebut. Nathan tersenyum memandang Eliza yang sudah tertidur dengan lelap. Dia meletakkan guling kucing diperlukan Eliza dan meletakkan guling kucing kecil di pelukan Noha. Saat ini ibu dan anak itu tampak kompak dengan gaya tidur yang sama sambil memeluk guling. Dan yang lucunya mereka tidur searah dan saling berpandangan. Melihat Eliza dan Noah tidur seperti ini membuat hatinya m
Nathan keluar dari kamar dengan wajah fresh sehabis mandi. Penampilannya juga sangat santai, dengan celana jeans pendek dan kaos berkerah berwarna putih. Dengan langkah ringan ia berjalan menuju ke kamar Noah. Hari ini hari libur, itu artinya ia memiliki banyak waktu bermain dengan putra mungilnya tersebut. Langkah kaki Nathan berhenti tepat di depan kamar Eliza dan mendengar suara tertawa Noah. Pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat ia bisa melihat kejadian di dalam kamar."Ayo Jip, lari yang kencang. kita harus melawan buaya darat itu. kasih korbannya sudah banyak." Eliza tertawa kecil sambil memegang tubuh Noha. Sedangkan boneka harimau ditarik oleh mbak Ani. Noha tertawa ngakak sambil memegang telinga boneka harimaunya. "Jangan malas jip, ayo cepat lari. Buaya nya ada di sana. kita harus melawan buaya itu." Eliza berkata sambil menunjuk ke arah boneka buaya yang berukuran besar. "Siap pangeran." Mbak Ani menarik kepala harimau hingga harimau semakin dekat dengan buaya.
"Yura takut papa?" Tanya Rizky.Gadis kecil bertubuh kerempeng itu menganggukkan kepala. "Yura jangan takut, ada Om di sini. Yura harus cerita sama Om, sebentar apa yang sudah terjadi," Rizki membujuk gadis kecil tersebut.Yura kembali menganggukkan kepalanya. Rizky mengeluarkan Yura dari bawah tempat tidur dan kemudian menaikkannya kembali ke atas tempat tidur pasien. "Dok, Yura sudah jumpa?" Kiara bertanya setelah kembali ke kamar rawat Yura. Dilihatnya risky yang sedang mengangkat tubuh kecil, anak malang tersebut."Iya dia bersembunyi di bawah tempat tidur," kata Rizki sambil meletakkan Yura dengan hati-hati.. Kiara memandang gadis kecil itu dengan rasa kasihan. Ia memasangkan selang infus di tangan kanan gadis kecil tersebut. Karena ulah Yura yang mencabut selang infusnya secara paksa, tangannya banyak mengeluarkan darah. "Om, aku harus segera pergi." Yura berkata setelah berpikir beberapa saat.Bagi anak seusianya, jalan terbaik untuk menyelamatkan diri hanya dengan pergi
Suster Kiara membuka baju yang dipakai Noha dan mengusap kapas beralkohol di bagian kulit yang akan disuntik. Sedangkan Nathan sudah memeluk erat putranya. Tampak jelas kecemasan di wajahnya ketika melihat jarum suntik yang akan menembus permukaan kulit bayi bertubuh subur tersebut. Selama ini Eliza yang selalu memegang Noha setelah kali akan di suntik. Sedangkan Nathan memilih untuk menjauh. Namun karena cemburu terhadap sang dokter, Nathan langsung yang memegang putranya. "Si pintar om, apa sudah sarapan?" Rizky berkata dengan wajah tersenyum. Sedangkan Noah hanya tersenyum memandang sang dokter. Dengan sangat tenang Rizky menyuntikkan vaksin di bagian lengan Noha. Bayi mungil itu awalnya tidak menangis, namun setelah menyadari rasa sakit di tangannya iapun memandang jarum suntik dan kemudian menangis.Ekspresi wajah Noha yang langsung berubah dengan bibirnya yang kecil dan bulat maju ke depan. sungguh sangat menggemaskan hingga membuat Kiara tersenyum. "Sakit ya nak?" Nathan ta
Suasana di dalam ruangan, hening sesaat. Dua orang pria dewasa saling pandang dengan pikirannya masing-masing. "Jangan dekati Eliza, karena dia bakal jadi istri aku." Nathan berkata dengan yakin. Ia harus memberi peringatan terhadap sahabatnya dengan cara baik-baik seperti ini. Tapi tunggu dulu, cara baik menurut Nathan kok terkesan aneh. Jelas-jelas dia tidak memiliki hubungan khusus dengan Eliza, namun dengan tanpa malu mengklaim bahwa Eliza calon istrinya.Ah biar saja yang penting Rizky kena mental duluan, pikir Nathan.Rizky memandang Nathan dengan senyum mengejek. "Selagi Eliza belum memutuskan, aku akan kejar cintanya."Yang terpenting perjuangan mengejar cinta, masalah jodoh serahkan dengan yang maha kuasa. Seperti itu prinsip dokter berwajah manis tersebut. Nathan benar-benar kesal melihat senyum mengejek Rizky. Mau seperti apapun usaha temannya itu, tetap dialah yang yang akan menjadi pemenang. Meskipun tahu seperti itu, tetap saja Nathan merasa cemas serta cemburu."Dokt
"Tangkap mereka." Pria berseragam coklat itu langsung memerintahkan anak buahnya untuk menangkap pasangan suami istri tersebut. "Kalian tidak bisa menangkap saya. Saya hanya ingin menyelamatkan anak saya." Indra melawan ketika salah seorang petugas kepolisian memegang tangannya. "Anda biasa jelaskan semuanya di kantor polisi," jawab pria yang dipanggil komandan oleh anggotanya tersebut. "Itu anakku, Aku ingin membawa anakku ke rumah sakit terbaik." Indra masih tidak menerima ketika tangannya sudah dipasang borgor. "Aku tidak ada hubungan dengan masalah ini. Dia sendiri yang tadi ingin mencelakai anaknya dan mencekik lehernya. "Nita berkata sambil menunjuk ke arah Indra. "Kau bilang apa, mengatakan ini semua perbuatan aku? Apa kau lupa siapa yang melempar Yura dari lantai 2 hingga keluar dari halaman. Wajah Nita tampak pucat ketika mendengar ucapan pria tersebut. Rizky tidak menghiraukan perdebatan antara kedua orang tua Yura dan juga polisi. Karena kini dia harus fokus me
Kiara masuk ke dalam kamar dengan jantung berdebar cepat. Berulang kali ia menepuk pipinya untuk memastikan apakah ini nyata atau mimpi? Apakah benar ia akan menjadi istri dari Dokter Rizky? Salah seorang dokter yang paling dikaguminya di rumah sakit. Selain berwajah manis dan baik, dokter itu juga terkenal minim gosip. Padahal di rumah sakit begitu banyak yang mengagumi sang dokter, baik dari kalangan dokter perempuan yang berstatus gadis ataupun janda. Begitu juga dengan para perawat. Namun siapa yang bisa menyangka bahwa Kiara lah yang akan menjadi pemiliknya. "Untung aja nasib aku nggak seperti Siti Nurbaya yang harus menikah dengan Datuk maringgih." Kiara tersenyum bahagia mengingat sebentar lagi Ia akan menikah dengan dokter Rizki. "Andaikan Samsul Bahri cepat datang dan membawa Siti Nurbaya kabur seperti dokter Rizky, pasti judul novelnya bukan kasih tak Sampai." Kiara sangat menyayangkan kisah cinta Siti Nurbaya dan juga Samsul Bahri. Kisah cinta yang seharusnya berakhir b
"Gini Om ceritanya. Kiara perawat yang bekerja di rumah sakit, akan dinikahkan sama orang tuanya. Kiara tidak mau menikah dengan orang itu. Karena itu aku menyelamatkannya dari pernikahan. Pernikahannya dua hari lagi, aku sudah membawa dia kabur." Rizky menjelaskan dengan singkat. Dia berharap Hermawan dan juga Mawar mengerti situasinya saat ini. "Kamu melarikan calon istri orang?" Mawar langsung menyahut. Ia tidak menyangka bahwa Rizky yang merupakan seorang dokter hebat dan dosen, bisa bersikap seperti ini. Padahal gadis cantik seperti apapun, bisa didapatkannya dengan mudah."Iya, Tante," jawab Rizky."Ya ampun kamu berani sekali melarikan calon istri orang," sembur Hermawan."Nggak ada jalan lain," Rizky berkata dengan nada suara lemah. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Kiara. Gadis yang tidak pernah hadir dalam mimpinya. "Kalau kamu benar-benar ingin menikah, wanita seperti apapun yang kamu mau, bisa Tante carikan. Kalau seperti ini, nama kamu bisa rusak." Mawar menasehati
"Ya nggaklah," jawab Rizky. Ia sangat membutuhkan dokumen pernikahan. Karena itu syarat untuk mendapatkan hak asuh Yura. Setelah akad nikah, Rizky akan langsung mengurus dokumen serta syarat pernikahan. "Abang hebat, gercep, gaya lo asik," kata Elisa yang belagu sok gaul. Nathan yang sedang mengemudikan mobil tertawa melihat gaya Eliza yang sok jauh."Gercep adek?" Tanya Rizky yang tidak tahu istilah anak muda."Gerak cepat," jawab Eliza dengan sedikit tertawa. "Daripada kak Kiara dinikahi sama Pak tua mending Abang yang nikahi. Kak Kiara itu cantik banget. Terus juga orangnya baik, yang terpenting Yura sangat dekat sama kak Kiara. Oh iya apa Abang jadi mau adopsi Yura?" Tanya Eliza dengan cerewetnya."Iya, syaratnya harus nikah baru bisa adopsi Yura," jelas Rizky."Wah enak banget kalau seperti itu, nikah langsung dapat anak." Eliza berkata dengan riang. "Iya," jawab Rizky yang masih ragu dengan keputusannya."Abang itu sangat cocok sama kak Kiara. Sama-sama cantik dan juga gant
Eliza memandang Nathan yang sedang mengemudikan mobil. Nathan yang memakai kacamata tampak semakin gagah dan tampan. Entah sejak kapan Eliza memiliki hobi memandang wajah duda satu anak itu. "Apa belum puas memandang wajah Mas?" Nathan berkata tanpa menoleh ke arah Eliza yang duduk di sebelahnya. "Siapa yang pandangi Mas," elak Eliza. Wajahnya sudah memerah menahan rasa malu karena ketahuan sedang memperhatikan sang bos."Oh nggak ada ya," kata Nathan dengan sedikit tersenyum. Ia tidak mempermasalahkan jawaban Eliza yang tidak jujur. "Mas, apa masih ngantuk?" Eliza dengan sengaja mengalihkan topik obrolan. Apalagi Nathan sudah menguap berulang kali. "Lumayan, kepala juga rasanya agak pusing mungkin karena tidur pagi," kata Nathan yang tidak terbiasa tidur di pagi hari. "Kenapa nggak libur aja ke kantornya?" Eliza memberikan saran."Ada kerjaan penting, mas sudah ada janji sama klien. Nggak enak kalau cuma mengutus Dirga. Sedangkan klien datang dari Bali." Nathan sedikit te
"Kia akan mencari suami lewat media sosial. Disana pasti ada pria yang mau nikah sama Kia." Kiara tersenyum lebar.Jika tidak ada masalah dengan Rudi dan Rini, Kiara tidak akan seperti wanita yang sudah kebelet kawin seperti ini.Rizky terdiam dengan kepala berdenyut nyeri. Kiara kelewatan cantik. Jika ingin mencari suami lewat media sosial, pasti banyak pria yang bersedia. Apalagi dia menikah tidak punya tuntutan uang hantaran, mahar, uang isi kamar dan pengeluaran besar lainnya."Bagaimana jika kamu dapat suami yang jahat?" Tanya Rizky."Kia gak mikir masalah itu dok, yang penting bebas aja dulu," jawab Kiara tanpa pikir panjang.Rizky memijat kepalanya yang berdenyut nyari. Sepertinya Kiara benar-benar sudah stres. Jika mendapatkan suami asal-asalan, takutnya keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau. Bagaimana jika Kiara justru dijadikan psk oleh suaminya? Kepala Rizky semakin pusing ketika membayangkan hal tersebut. Lalu apa gunanya penyelamatan yang dilakukannya?Belum lag
Rizky benar-benar tercengang melihat Kiara. Di mana gadis lugu yang selama ini sering dia lihat. Dan kenapa sekarang Kiara tampak jauh berbeda. Meskipun dirinya dokter, namun dia laki-laki normal. Mana mungkin dia sanggup menahan godaan yang seperti ini."Kamu tidak risih pakai seperti itu?" tanya Rizky."Kenapa harus risih, ini baju dokter yang kasih. Lagian juga Dokter sudah lihat sendiri kan jadi buat apalagi malu." Kiara berkata dengan tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya.Rizky mengusap keringat di pelipis kepalanya. Dia tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini lugu cukup barbar. "Dok saya lapar.""Saya akan pesan makanan." Rizky langsung memesan makanan secara online. Yang bodohnya lagi dia memesan makanan tanpa bertanya apa yang diinginkan oleh Kiara. Bukan hanya satu jenis atau tiga jenis makanan yang dipesannya tapi sudah lebih dari 10 jenis makanan. Hal ini menunjukkan bahwa sang dokter dalam keadaan grogi. Rizky meletakkan handphonenya setelah selesai memesan ma
"Ya masih ingat," jawab Rizky jujur. Bentuknya sangat indah dan menggoda, mana mungkin ia bisa melupakannya dalam waktu singkat."Tuh kan dokter masih ingat. Kalau gini Kia jadi malu." Kiara memandang Rizky sekilas kemudian menundukkan kepalanya.Rizky bingung harus berkata apa. Bagaimana jika Kiara salah paham dan menganggap dirinya sudah sudah direndahkan. Kiara diam beberapa saat dan kemudian memandang Rizky.Dokter berwajah manis itu benar-benar gugup ketika Kiara memandangnya. Ia tahu bahwa Kiara pasti marah dan kecewa. Belum lagi image nya sebagai pria baik, sopan dan pintar akan tercoreng dan dikatai pria mesum. "Dokter, sudah menyelamatkan nyawa saya serta menyelamatkan Saya dari pernikahan. Apa dokter mau menjadi suami saya?" Rizky sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Kiara. Ia langsung melakukan pemeriksaan terhadap kepala pasiennya tersebut. "Dok, saya sadar, saya juga tahu dengan apa yang saya katakan." Kiara berkata sambil memandang wajah sang dokter yang begi
Kiara memperhatikan sosok pria yang tidur di sofa. Meskipun pria itu membelakanginya namun dari potongan rambut dan postur tubuh, ia tahu bahwa pria itu dokter Rizky. "Kepala aku pusing." Kiara memegang kepalanya sambil terus mengingat apa yang terjadi semalam. "Apakah aku pingsan? Baju aku siapa yang ganti?" Kiara panik ketika menyadari bahwa saat ini pakaiannya sudah diganti. Lalu siapa yang telah menggantinya? Ya sudahlah Kiara tidak perlu terlalu memikirkan masalah pakaian. Yang terpenting ia selamat. Kiara merasakan tenggorokannya kering. Dilihatnya di meja yang disamping tempat tidur. Tidak ada gelas ataupun air mineral kemasan. Ia ingin membangunkan Rizky, namun tidak enak. Pada akhirnya Kiara bangkit dari tidurnya dan berniat mencari air minum.Rizky tersentak ketika mendengar suara berisik dari tempat tidur. Dilihatnya Kiara yang sudah turun dari atas tempat tidur. "Suster Kiara, Kamu sudah bangun?" "Iya Dok, saya haus." Kiara berkata sambil menundukkan kepalanya. Berdu
Begitu sampai di apartemen, Rizky merebahkan tubuh Kiara di atas tempat tidur. Dilihatnya wajah Kiara yang sudah pucat. Sedangkan tangannya sudah merah dengan darah Kiara. Rizky langsung melakukan pemeriksaan terhadap Kiara. Kondisinya cukup lemah dan kekurangan darah. Ia menghubungi salah seorang dokter di rumah sakit dan meminta untuk diantarkan satu kantong darah golongan O untuk Kiara.Agar luka Kiara tidak infeksi, ia langsung memberikan suntik tetanus. Luka di kepala Kiara cukup dalam dan juga panjang. Ia membersihkan luka terlebih dahulu kemudian memotong rambut di bagian luka. Setelah itu barulah luka dijahit. Setelah menjahit luka di kepala Kiara, Rizky memasang jarum infus di tangannya. Karena kondisi Suster itu dalam keadaan lemah. "Baju kamu sangat kotor dan penuh darah. Maaf ya saya harus menggantinya." Rizki memandang baju yang melekat di tubuh Kiara. Jantungnya berdebar dengan cepat ketika membuka kancing kemeja yang dikenakan Kiara. "Tidak apa-apa, ini adalah penan